Faktor Pribadi Petani
a. Analisis Fungsi Faktor Pribadi Petani Terhadap Kebutuhan Pelatihan Faktor pribadi petani memuat tiga indikator ukuran, yaitu : petani yang
mempunyai jumlah tanggungan keluarga, petani yang punya pengalaman bergelut dalam usaha ternak domba, dan petani yang mempunyai frekuensi ikut pelatihan
ternak domba. Hasil analisis menunjukkan bahwa karateristik indikator yang
perlu ditingkatkan kompetensinya berdasarkan pendekatan faktor pribadi petani, yaitu : petani yang mempunyai tanggungan keluarga 3-5 orang 28,7, petani
yang lama punya pengalaman bergelut dalam usaha ternak domba 3 tahun ke atas 41,6, dan petani mempunyai frekuensi ikut pelatihan tidak lebih dari 2 kali.
Hubungan fungsionalnya
digambarkan dalam
bentuk persamaan
Y = -0,992 + 0,065x1 + 0,029x2 + 0,081x3 dengan tingkat signifikansi 0,006. Jika pengukuran nilai signikansi ditetapkan 0,05, maka secara simultan faktor: petani
yang mempunyai tanggungan keluarga 3-5 orang, petani yang lama punya pengalaman bergelut dalam usaha ternak domba 3 tahun ke atas, dan petani
mempunyai frekuensi ikut pelatihan tidak lebih dari 2 kali; berpengaruh terhadap kebutuhan pelatihan ρ = 0,006 0,05. Namun jika secara partial tidak ada faktor
yang mempunyai hubungan fungsional terhadap kebutuhan pelatihan karena nilai ρ 0,05.
b. Analisis Hubungan Faktor Pribadi Petani Terhadap Kebutuhan Pelatihan Faktor pribadi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : jumlah
tanggungan keluarga, lama berusaha ternak, frekuensi ikut pelatihan. Berdasarkan hasil Crosstab Analysis seperti tersaji pada Tabel 20, ada kecenderungan
hubungan yang nyata antara jumlah tanggungan keluarga ρ = 0,027 dengan kebutuhan pelatihan bidang kemampuan petani dengan hubungan keeratan sebesar
-0,360. Merujuk
pada Tabel
20 diketahui
kecenderungan petani
yang membutuhkan pelatihan adalah yaitu kelompok yang mempunyai tanggungan
keluarga kisaran 1-2 orang sebanyak 9 orang atau sebesar 17 dan yang mempunyai tanggungan keluarga kisaran 3-5 orang sebanyak 17 orang atau
sebesar 32,1, sedangkan yang mempunyai tanggungan keluarga x 5 orang sebanyak 6 orang atau sebesar 11,3. Jadi total yang menjawab membutuhkan
pelatihan di bidang kemampuan petani sebanyak 32 orang atau sebesar 60,4 dari total petani sebanyak 53 orang. Hubungan negatif yang terjadi menandakan bahwa
hubungan komposisi ketiga kelompok petani tersebut terhadap kebutuhan pelatihan dalam dinamika yang berbeda dimana penyebabnya belum dapat
terungkap dalam penelitian ini.
Tabel 20. Hubungan Faktor Pribadi Terhadap Kebutuhan Pelatihan
No. Faktor
Nilai Interpretasi
α = 0,1 P Chi-Square
Pearson’s R Spearman C
A. Organisasi
1. Jumlah Tanggungan
0,328 -0,122
-0,130 t.a hubungan signif.
2. Lama Berusaha
0,944 -0,015
-0,012 t.a hubungan signif
3. Sering Pelatihan
0,398 0,008
0,021 t.a hubungan signif
B. Kemampuan Petani
1. Jumlah Tanggungan
0,027 -0,356
-0,360 Ada hubungan signif
2. Lama Berusaha
0,346 -0,200
-0,200 t.a hubungan signif
3. Sering Pelatihan
0,206 -0,072
-0,056 t.a hubungan signif
Faktor Usahatani
a. Analisis Fungsi Faktor Usahatani Terhadap Kebutuhan Pelatihan Faktor usahatani memuat tujuh indikator ukuran, yaitu : jumlah domba yang
dipelihara, status kepemilikan domba, besaran biaya peliharaan, besaran keuntungan
yang diperoleh,
lama pemeliharaan,
sumber pembiayaan
pemeliharaan, dan jumlah orang membantu dalam usaha ternak domba. Hasil analisis menunjukkan bahwa
karateristik indikator yang perlu ditingkatkan kompetensinya berdasarkan pendekatan faktor usahatani, yaitu : petani yang
memelihara sedikitnya 3 ekor domba 47, petani yang memiliki domba sendiri 23,4, petani yang mengeluarkan biaya pemeliharaan dibawah Rp 500.000
40, petani yang memperoleh keuntungan sampai dengan Rp 1.000.000 51, petani yang melakukan pemeliharan ternak tidak dari 2 tahun 49,8, petani
yang menggunakan sumber pembiayaan sendiri 30,8, dan petani yang menggunakan tenaga kerja lain antara 1 sampai 2 orang 41,1. Hubungan
fungsionalnya digambarkan dalam bentuk persamaan Y = -0,664 -0,139x1+ 0,042x2 – 0,107x3+ 0,044x4 + 0,198x5+ 0,081x6-0,003x7 dengan tingkat
signifikansi 0,098. Jika pengukuran nilai signikansi ditetapkan 0,05, maka secara
simultan faktor usahatani tidak berpengaruh terhadap kebutuhan pelatihan ρ = 0,098 0,05. Namun jika secara partial, faktor petani yang mengeluarkan biaya
pemeliharaan dibawah Rp 500.000 mempunyai hubungan fungsional terhadap kebutuhan pelatihan karena nilai ρ = 0,041 0,05.
b. Analisis Hubungan Faktor Usahatani Terhadap Kebutuhan Pelatihan Merujuk pada Tabel 21 diketahui bahwa ada kecenderungan hubungan yang
nyata antara keuntungan yang diperoleh dengan kebutuhan pelatihan bidang kemampuan petani dengan nilai korelasi sebesar -0,308, artinya semakin besar
keuntungan adanya kecenderungan tidak membutuhkan pelatihan. Berdasarkan data dari kuesioner diketahui kecenderungan petani yang membutuhkan pelatihan
adalah yaitu kelompok yang memperoleh keuntungan x Rp 470.000 sebanyak 20 orang atau sebesar 37,7 dan yang memperoleh keuntungan kisaran Rp
470.000 – Rp 1.000.000 sebanyak 11 orang atau sebesar 20,8, sedangkan yang memperoleh keuntungan x Rp 1.000.000 sebanyak 1 orang atau sebesar 1,9.
Jadi total yang menjawab membutuhkan pelatihan di bidang kemampuan petani sebanyak 32 orang atau sebesar 60,4 dari total petani sebanyak 53 orang. Hal ini
dapat dijadikan indikator, bahwa efektitifas pemberdayaan petani melalui gapoktan mulai dirasakan hasilnya. Tujuan jangka pendek program ini adalah
menjadikan usaha KDT sebagai pemberi kontribusi terhadap pendapatan petani gapoktan.
Ketertarikan petani yang mempunyai domba yang lebih relatif lebih sedikit untuk kebutuhan pelatihan, menjadi indikasi bahwa kegiatan tersebut sudah
dirasakan manfaatnya. Keberadaan program KDT yang berorientasi ekonomi dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat diharapkan menjadi benteng
pencegah masyarakat untuk memasuki kawasan hutan lindung dengan mengambil hasil hutan tanpa kontrol. Jika dikaitkan dengan teori kelembagaan baru, sikap ini
bisa dikategorikan ke dalam sikap kognitif-culture. Dimana sikap petani dalam memaknai segala hal diseputarnya norma dan regulasi, ia tidak langsung patuh
sepenuhnya. Mereka memaknai lagi, lalu memilih sikap untuk mengambil sesuatu keputusan yang berkaitan dengan kepentingan dirinya.
Tabel 21. Hubungan Faktor Usahatani Terhadap Kebutuhan Pelatihan
No. Faktor
Nilai Interpretasi
α = 0,1 P Chi-Square
Pearson’s R Spearman C
A. Organisasi
1. Banyaknya domba
0,771 0,013
-0,004 t.a hubungan signif
2. Status kepemilikan
0,164 -0,052
-0,060 t.a hubungan signif
3. Biaya yang dikeluarkan
0,401 0,168
0,179 t.a hubungan signif
4. Keuntungan yg diperoleh
0,492 -0,124
-0,105 t.a hubungan signif
5. Lama memelihara ternak
0,745 0,100
0,096 t.a hubungan signif
6. Sumber pembiayaan
0,148 0,026
0,033 t.a hubungan signif
7. Jumlah yang membantu
0,366 0,183
0,189 t.a hubungan signif
B. Kemampuan Petani
1. Banyaknya domba
0,066 -0,297
-0,314 t.a hubungan signif
2. Status kepemilikan
0,372 -0,153
-0,148 t.a hubungan signif
3. Biaya yang dikeluarkan
0,474 -0,144
-0,161 t.a hubungan signif
4. Keuntungan yg diperoleh
0,074 -0,313
-0,308 Ada hubungan signif
5. Lama memelihara ternak
0,917 -0,021
-0,028 t.a hubungan signif
6. Sumber pembiayaan
0,154 -0,090
-0,080 t.a hubungan signif
7. Jumlah yang membantu
0,141 -0,162
-0,201 t.a hubungan signif
Faktor Eksternal
a. Analisis Fungsi Faktor Eksternal Terhadap Kebutuhan Pelatihan Faktor eksternal memuat empat indikator ukuran, yaitu : petani yang
jumlah kehadiran dalam pertemuan gapoktan, petani yang jumlah kehadiran dalam pertemuan gapoktan satu bulan terakhir, motivasi petani ikut dalam
pertemuan, dan kesulitan yang dialami petani dalam pertemuan gapoktan. Hasil analisis menunjukkan bahwa
karateristik indikator yang perlu ditingkatkan kompetensinya berdasarkan pendekatan faktor eksternal, yaitu : petani yang
jumlah kehadirannya tidak lebih dari 2 kali 36,6, petani yang jumlah kehadiran dalam satu bulan terakhir tidak lebih dari 2 kali 32,4, petani yang mempunyai
motivasi butuh informasi dalam keikutsertaannya pada pertemuan gapoktan, dan petani yang mengalami kesulitan karena tidak mengerti materi yang disampaikan
28,9. Hubungan fungsionalnya
digambarkan dalam
bentuk persamaan
Y = -0,439 + 0,350x1 - 0,214x2 – 0,041x3 – 0,022x4 dengan tingkat signifikansi 0,450. Jika pengukuran nilai signikansi ditetapkan 0,05, maka secara simultan
faktor eksternal petani tidak mempunyai pengaruh terhadap kebutuhan pelatihan ρ = 0,450 0,05. Namun jika secara partial, faktor petani yang jumlah
kehadirannya dalam kegiatan pertemuan gapoktan tidak lebih dari 2 kali dalam
sebulan mempunyai hubungan fungsional terhadap kebutuhan pelatihan karena nilai ρ = 0,017 0,05.
b. Analisis Hubungan Faktor Eksternal Terhadap Kebutuhan Pelatihan Faktor eksternal yang dimaksud adalah : frekuensi pertemuan dalam
sebulan, frekuensi ikut pertemuan, motivasi ikut pertemuan, dan pemahaman materi dalam pertemuan. Berdasarkan output dari Crosstab Analysis diperoleh
gambaran sebagai berikut :
Tabel 22. Hubungan Faktor Eksternal Terhadap Kebutuhan Pelatihan
No. Faktor
Nilai Interpretasi
α = 0,1 P Chi-Square
Pearson’s R Spearman C
A. Organisasi
1. Frekuensi pertemuan
0,004 -0,448
-0,435 Ada hubungan signif
2. Frekuensi ikut pertemuan
0,050 -0,314
-0,290 Ada hubungan signif
3. Motivasi ikut pertemuan
0,003 -0,392
-0,381 Ada hubungan signif
4. Pemahaman materi
0,351 -0,084
-0,100 t.a hubungan signif
B. Kemampuan Petani
1. Frekuensi pertemuan
0,149 -0,180
-0,218 t.a hubungan signif
2. Frekuensi ikut pertemuan
0,739 -0,107
-0,106 t.a hubungan signif
3. Motivasi ikut pertemuan
0,427 -0,010
-0,005 t.a hubungan signif
4. Pemahaman materi
0,019 -0,373
-0,382 Ada hubungan signif
Merujuk pada Tabel 22 diketahui bahwa ada kecenderungan hubungan yang nyata antara frekuensi pelaksanaan pertemuan, frekuensi ikut pertemuan, dan motivasi
ikut pertemuan terhadap kebutuhan pelatihan bidang organisasi. Dimana nilai korelasi dari 3 faktor tersebut adalah : 1 nilai korelasi frekuensi pelaksanaan
pertemuan sebesar -0,435 artinya semakin sering pertemuan kelompok dilakukan, maka kecenderungan tidak membutuhkan pelatihan bidang organisasi. frekuensi
ikut pertemuan, dan motivasi ikut pertemuan, 2 nilai korelasi frekuensi ikut pertemuan sebesar -0,290 artinya semakin sering ikut pertemuan maka
kecenderungan tidak membutuhkan pelatihan bidang organisasi, dan 3 nilai korelasi motivasi ikut pertemuan sebesar -0,381 artinya orang yang hanya ikut-
ikutan cenderungan tidak memerlukan pelatihan bidang organisasi. Ada kecenderungan hubungan yang nyata antara pemahaman materi pertemuan
dengan kebutuhan pelatihan di bidang kemampuan petani. Dimana nilai
korelasinya sebesar -0,382 artinya semakin orang tidak mengerti materinya kecenderungan semakin membutuhkan pelatihan. Berdasarkan data dari kuesioner
diketahui kecenderungan petani yang membutuhkan pelatihan adalah yaitu kelompok yang tidak mengerti materi yang disampaikan dalam pertemuan
sebanyak 20 orang atau sebesar 37,7 dan mengalami kesulitan dalam cara penerimaan penyampaian materi sebanyak 8 orang atau sebesar 15,1, sedangkan
yang mengalami keduanya sebanyak 4 orang atau sebesar 7,5. Jadi total yang menjawab membutuhkan pelatihan di bidang kemampuan petani sebanyak 32
orang atau sebesar 60,4 dari total petani sebanyak 53 orang. Proses tumbuhnya kesadaran terhadap kesalinghubungan komunitas petani
dengan staker holder penyuluh sesungguhnya respon tersebut merupakan cerminan upaya pemenuhan kebutuhan dasar komunitas itu sendiri, hal ini dapat
dimaknai sebagai “the act of taking part of sharing in something” Syahyuti, 2011. Pembelajaran dari Program Saumaul Undong di Korea Selatan di era tahun
1970-an, dimana keberhasilan program pengentasan kemiskinan masyarakat desa tersebut melalui pendekatan kemandirian masyarakat desa yang didasarkan pada
hal tersebut, yaitu : kerjasama antar petani, pemimpin-pemimpin petani, dan pihak pemerintah penyuluh. Ada faktor kemiripan antara kunci keberhasilan program
tersebut dengan kondisi di program KDT, yaitu : dukungan dari pemerintah melalui penyuluh, tingkat partisipasi yang diimplementasi dengan tingkat
antuasiasme dalam kegiatan pertemuan, adanya peran pemimpin lokal dimana kultural masyarakat Banten sangat patuh terhadap Umaroh.
Aktivitas Gapoktan
a. Analisis Fungsi Aktivitas Gapoktan Terhadap Kebutuhan Pelatihan Faktor aktivitas gapoktan memuat enam indikator ukuran, yaitu : tingkat
kesulitan tentang peraturan yang dialami petani, tingkat kemanfaatan yang dirasakan petani bergabung dengan gapoktan, penilaian petani terhadap kerukunan
pengurus dan anggota gapoktan, penilaian petani terhadap pelayanan pengurus gapoktan, penilaian petani terhadap tingkat keperdulian pengurus dan anggota
terhadap gapoktan, dan penilaian petani terhadap jumlah keanggotaan dalam gapoktan. Hasil analisis menunjukkan bahwa karateristik indikator yang perlu
ditingkatkan kompetensinya berdasarkan pendekatan faktor aktivitasgapoktan, yaitu : petani yang jarang menemui kesulitan tentang peraturan 44,1, petani
yang merasakan kemanfaatan bergabung dengan gapoktan 51,6, petani yang memberikan penilaian baik terhadap kerukunan pengurus dan anggota gapoktan
25,6, petani yang memberikan penilaian cukup terhadap pelayanan pengurus gapoktan 31,6, petani yang memberikan penilaian baik terhadap tingkat
keperdulian pengurus dan anggota terhadap gapoktan 26, dan petani yang memberikan penilaian banyak mengenai jumlah keanggotaan dalam gapoktan
23,9. Hubungan fungsionalnya
digambarkan dalam
bentuk persamaan
Y = 0,092 + 0,112x1 – 0,242x2 + 0,215x3 + 0,094x4+ 0,014x5 + 0,078x6 dengan tingkat signifikansi 0,878. Jika pengukuran nilai signikansi ditetapkan 0,05, maka
secara simultan faktor aktivitas gapoktan tidak berpengaruh terhadap kebutuhan pelatihan ρ = 0,878 0,05 begitu pula halnya secara partial tidak ada yang
mempunyai hubungan fungsional ρ 0,05.
b. Analisis Hubungan Aktivitas Gapoktan Terhadap Kebutuhan Pelatihan Faktor aktivitas gapoktan yang dimaksud adalah : pemahaman terhadap
aturan, manfaat ikut gapoktan, suasana kondusif, pelayanan pengurus, rasa memiliki organisasi, dan jumlah anggota. Merujuk pada Tabel 23 diketahui bahwa
ada kecenderungan hubungan yang nyata antara manfaat ikut gapoktan dan rasa memiliki organisasi terhadap kebutuhan pelatihan bidang organisasi. Dimana nilai
korelasi dari 2 faktor tersebut adalah : 1 nilai korelasi manfaat ikut gapoktan sebesar -0,339 artinya semakin merasakan manfaat, maka kecenderungan
membutuhkan pelatihan bidang organisasi, 2 nilai korelasi rasa memiliki
organisasi sebesar 0,289 artinya semakin baik keperdulian terhadap organisasi, maka kecenderungan membutuhkan pelatihan bidang organisasi.
Hal ini
menunjukkan bahwa
petani merasakan
manfaat dalam
keterlibatannya di gapoktan, sehingga ada upaya untuk menjaga media organisasi sebagai sarana untuk pencapaian kebutuhannya. Kondisi ini
mengisyaratkan bahwa program pemberdayaan yang direfleksikan dengan cerminan partisipasi, cukup berhasil. Kunci utama program pemberdayaan adalah
timbulnya motivasi atau dorongan untuk menggali potensi yang ada pada dirinya
melalui media organisasi sebagai proses pembelajaran dan penciptaan perubahan untuk mencapai kondisi yang lebih baik.
Tabel 23. Hubungan Aktivitas Gapoktan Terhadap Kebutuhan Pelatihan
No. Faktor
Nilai Interpretasi
α = 0,1 P Chi-Square
Pearson’s R Spearman C
A. Organisasi
1. Pemahaman aturan
0,272 -0,202
-0,174 t.a hubungan signif
2. Manfaat ikut gapoktan
0,003 -0,339
-0,339 Ada hubungan signif
3. Suasana kondusif
0,148 0,248
0,258 t.a hubungan signif
4. Pelayanan pengurus
0,286 0,208
0,211 t.a hubungan signif
5. Rasa memiliki organisasi
0,093 0,283
0,289 Ada hubungan signif
6. Jumlah anggota
0,944 -0,015
-0,12 t.a hubungan signif
B. Kemampuan Petani
1. Pemahaman aturan
0,622 0,108
0,125 t.a hubungan signif
2. Manfaat ikut gapoktan
0,132 -0,207
-0,207 t.a hubungan signif
3. Suasana kondusif
0,320 0,197
0,183 t.a hubungan signif
4. Pelayanan pengurus
0,444 0,166
0,160 t.a hubungan signif
5. Rasa memiliki organisasi
0,662 0,094
0,082 t.a hubungan signif
6. Jumlah anggota
0,106 -0,041
-0,022 t.a hubungan signif
Faktor Dominan
a. Analisis Fungsi Faktor Dominan Terhadap Kebutuhan Pelatihan Faktor dominan memuat tiga indikator ukuran berdasarkan tingkat
signifikansi secara partial, yaitu : petani yang lama bergabung dengan gapoktan lebih dari 3 tahun, petani yang mengeluarkan biaya pemeliharaan dibawah Rp
500.000, dan petani yang jumlah kehadirannya dalam kegiatan pertemuan gapoktan tidak lebih dari 2 kali dalam sebulan. Hubungan fungsionalnya
digambarkan dalam bentuk persamaan Y = -0,392 - 0,109x1 + 0,032x2 + 0,179x3 dengan tingkat signifikansi 0,238. Jika pengukuran nilai signikansi ditetapkan
0,05, maka secara simultan faktor dominan tidak berpengaruh terhadap kebutuhan pelatihan ρ = 0,238 0,05. Namun jika secara partial, petani yang jumlah
kehadirannya dalam kegiatan pertemuan gapoktan tidak lebih dari 2 kali dalam sebulan mempunyai hubungan fungsional terhadap kebutuhan pelatihan karena
nilai ρ = 0,006 0,05.
b. Analisis Hubungan Faktor Dominan Terhadap Kebutuhan Pelatihan Faktor-faktor karateristik petani yang mempunyai kecenderungan hubungan
yang sangat nyata dengan kebutuhan pelatihan di bidang manajemen organisasi
antara lain: jenis kelamin ρ = 0,002, frekuensi pertemuan kelompok ρ = 0,004, memahami tujuan pertemuan ρ = 0,003, dan merasakan manfaat dari pertemuan
kelompok ρ = 0,003. Di bidang teknis kemampuan petani, kebutuhan pelatihan
mempunyai kecenderungan
hubungan yang
sangat nyata
dengan faktor
ketidakpahaman terhadap materi yang disampaikan dalam pertemuan kelompok ρ = 0,019, gambaran tersebut tersaji pada Tabel 24.
Tabel 24. Hubungan Faktor Dominan Terhadap Kebutuhan Pelatihan
No. Faktor
Nilai Interpretasi
α = 0,1 P Chi-Square
Pearson’s R Spearman C
A. Organisasi
1. Jenis Kelamin
0,002 -0,421
-0,421 Ada hubungan signif.
2. Frekuensi pertemuan
0,004 -0,448
-0,435 Ada hubungan signif
3. Frekuensi ikut pertemuan
0,050 -0,314
-0,290 Ada hubungan signif
4. Motivasi ikut pertemuan
0,003 -0,392
-0,381 Ada hubungan signif
5. Manfaat ikut gapoktan
0,003 -0,339
-0,339 Ada hubungan signif
6. Rasa memiliki organisasi
0,093 0,283
0,289 Ada hubungan signif
B. Kemampuan Petani
1. Jumlah Tanggungan
0,027 -0,356
-0,360 Ada hubungan signif
2. Keuntungan yg diperoleh
0,074 -0,313
-0,308 Ada hubungan signif
3. Pemahaman materi
0,019 -0,373
-0,382 Ada hubungan signif
5.4 Karateristik Kurikulum Materi Pelatihan
Sebagai langkah lanjutan dari penilaian kebutuhan pelatihan, diperlukan gambaran mengenai karateristik kurikulum atau materi yang dibutuhkan dalam
program KDT untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan teknis petani dalam usaha ternak domba. Analisis dilakukan melalui pendekatan indikator yang
sama dengan analisis fungsional dan analisis hubungan. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan informasi yang utuh dan konsisten terhadap pendekatan
indikator yang dipergunakan. Urutan mengenai jenis materi kebutuhan pelatihan diurutkan berdasar besaran kebutuhan dari urutan yang terbesar ke urutan yang
terkecil, seperti yang tersaji pada Tabel 25.
Tabel 25. Karateristik Kurikulum Materi Pelatihan
5.5 Karateristik Petani Yang Membutuhkan Pelatihan dan Faktor Penyebab Gap Kompetensi
Mengacu kepada analisis fungsional dan analisis hubungan, penetapan indikator utama ditentukan melalui pendekatan :
1. Identitas petani, diketahui profil petani yang perlu ditingkatkan kompetensinya adalah petani berjenis kelamin laki-laki yang mayoritas berpendidikan tamat
SD atau
sederajat, dan
merupakan petani
“senior” yang
mengikuti perkembangan dari awal pendirian gapoktan. Jika dikaitkan dengan hasil
analisis kecenderungan hubungan, profil petani ini membutuhkan peningkatan kompetensi di bidang manajemen kepengurusan gapoktan.
2. Faktor pribadi petani, diketahui profil petani yang perlu ditingkatkan kompetensinya adalah petani yang mempunyai tanggungan keluarga 3-5 orang,
mempunyai pengalaman beternak lebih dari 3 tahun, dan baru mengikuti
No. Kurikulum Materi
Besaran Kebutuhan
No. Kurikulum Materi
Besaran Kebutuhan
1 Kompetensi Perencanaan Manajemen
55,0 5
Penyiapan Bibit dan Bakalan Teknis 36,0
Menyiapkan kegiatan pelatihan 54,3
Pemilihan bibit dan memelihara bakalan 36,0
Menyiapkan kegiatan pertemuan 55,0
Menyiapkan peralatan kegiatan pertemuan 50,9
6 Pelaksanaan Manajemen
36,8 Kerjasama dalam persiapan pertemuan
54,3 Aktif dalam acara pelatihan
30,0 Pengusulan kegiatan secara tertulis
57,8 Aktif dalam pertemuan rutin
33,4 Perhitungan keputusan usaha
57,6 Aktif dalam kegiatan
32,3 Melaksanakan aturan yang ada
35,6 2
Pengendalian Manajemen 50,9
Menggunakan peralatan yang dianjurkan 41,8
Pemanfaatkan pengalaman 47,7
Menggunakan saprodi ternak yang dianjurkan 47,7
Pencatatan usaha 54,0
7 Sarana dan Peralatan Teknis
21,7 3
Pemeliharaan Teknis 44,2
Pengetahuan alat pembersih kandang ternak 21,7
Membersihkan kandang 40,9
Memberikan obat pada ternak yang sakit 44,5
8 Panen dan Pascapanen Teknis
18,0 Merawat ternak secara rutin
39,2 Memahami tujuan memelihara ternak
20,2 Membuat pakan peruntukan indung,anak,dewasa
49,9 Mengetahui waktu jual ternak yang tepat
18,7 Membersihkan kotoran ternak
45,6 Mengetahui bobot hidup ternak layak jual
24,1 Pengetahuan jenis penyakit ternak
50,6 Pemanfaatan feses ternak
9,2 Penentuan waktu perkawinan ternak yang tepat
44,0 Tindakan persiapan kelahiran ternak
39,3 9
Kepemimpinan Kelompok Manajemen 26,6
Membantu teman yang dalam kesulitan 24,8
4 Organisasi Manajemen
35,2 Menjalankan kewajiban
30,8 Aktif mengikuti pertemuan gapoktan
35,3 Bekerja sama dengan anggota kelompok lain
26,9 Aktif dalam kelompok belajar
36,0 Bekerja sama dengan relasi di luar gapoktan
23,9 Memahami peraturan yang ada
33,0 Menjalankan peran sesuai tugasnya
36,4
pelatihan ternak domba sebanyak 2 kali. Jika dikaitkan dengan hasil analisis kecenderungan hubungan, profil petani ini membutuhkan peningkatan
kompetensi di bidang teknis. 3. Faktor
usahatani, diketahui
profil petani
yang perlu
ditingkatkan kompetensinya adalah petani yang memelihara ternak domba lebih dari 3 ekor,
petani yang memiliki domba sendiri, yang mengeluarkan biaya pemeliharaan tidak lebih dari Rp 500 ribu, yang memperoleh keuntungan tidak lebih dari Rp
1 juta, lama memelihara ternak hingga dijual tidak lebih dari 2 tahun, sumber pembiayaannya sendiri, dan menggunakan tenaga kerja 1-2 orang. Jika
dikaitkan dengan hasil analisis kecenderungan hubungan, profil petani ini membutuhkan peningkatan kompetensi di bidang teknis.
4. Faktor eksternal,
diketahui profil
petani yang
perlu ditingkatkan
kompetensinya adalah petani yang aktif dalam pertemuan 2 kali dalam sebulan, mempunyai motivasi karena butuh informasi,dan tidak mengerti dengan materi
yang disampaikan. Jika dikaitkan dengan hasil analisis kecenderungan hubungan, profil petani yang membutuhkan peningkatan kompetensi di bidang
manajemen dengan ciri frekuensi keaktifan dalam pertemuan 2 kali sebulan dan motivasi untuk mendapatkan informasi, sedangkan di bidang teknis
bercirikan petani tidak mengerti tentang materi yang disampaikan. 5. Faktor aktivitas gapoktan, diketahui profil petani yang perlu ditingkatkan
kompetensinya adalah
petani yang tidak
mengalami kesulitan
dalam pemahaman peraturan, merasakan manfaat bergabung dengan gapoktan,
mempunyai penilaian baik terhadap kerukunan antara pengurus dan anggota, mempunyai penilaian cukup terhadap pelayanan pengurus, mempunyai
penilaian baik tentang keperdulian pengurus dan anggota terhadap gapoktan, dan mempunyai penilaian banyak terhadap jumlah anggota gapoktan saat ini.
Jika dikaitkan dengan hasil analisis kecenderungan hubungan, profil petani yang membutuhkan peningkatan kompetensi di bidang manajemen bercirikan
merasakan manfaat bergabung dengan gapoktan dan mempunyai penilaian baik tentang keperdulian pengurus dan anggota terhadap gapoktan.
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat diketahui karateristik petani yang memerlukan peningkatan kompetensi di bidang manajemen kepengurusan
gapoktan dan di bidang teknis kemampuan petani, yaitu: 1. Karateristik petani di bidang manajemen bercirikan : petani laki-laki,
berpendidikan SD atau sederajat, petani yang bergabung dari awal, mempunyai motivasi membutuhkan informasi dalam mengikuti kegiatan pertemuan,
keaktifan frekuensi dalam pertemuan 2 kali dalam sebulan, merasakan manfaat bergabung dengan
gapoktan, dan
mempunyai penilaian
baik tentang
keperdulian pengurus dan anggota terhadap gapoktan. 2. Karateristik petani di bidang teknis bercirikan : petani yang mempunyai
tanggungan keluarga 3-5 orang, besaran keuntungan yang diperoleh tidak lebih dari Rp 1 juta, dan relatif tidak mengerti tentang materi yang disampaikan
dalam pertemuan.
Karateristik tersebut menggambarkan bahwa pengisian personil di kepengurusan gapoktan diisi oleh petani “senior” yang mempunyai hubungan baik dengan rekan
kerjanya sehingga menghasilkan suatu sinergi positif yang ditujukan pada aktivitas gapoktan. Padatnya kegiatan kepengurusan gapoktan menjadi salah satu
penyebab kurangnya ketersediaan waktu dalam bentuk frekuensi kehadiran pada pertemuan kepengurusan. Informasi merupakan pengikat motivasi di kalangan
pengurus yang digunakan sebagai aliran komunikasi transaksional bemanfaat untuk menunjang aktivitas gapoktan. Sedangkan kondisi di petani anggota,
nampak bahwa kurangnya kompetensi keterampilan teknis yang dikuasainya. Hal ini disebabkan mereka belum memahami mengenai informasi yang disampaikan,
jika merujuk kepada Sudirman 2006 bisa jadi ini merupakan bentuk hubungan relevansi antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan sumberdaya yang belum
tepat guna. Merujuk kepada Gambar 15 tentang frekuensi aktivitas gapoktan di lapangan, nampak bahwa kegiatan rutinitas yang dialami petani gapoktan relatif
banyak. Hal ini sudah semestinya ditunjang dengan keterampilan yang memadai.