Teori Pengukuran Profitabilitas Reksadana

orang yang tinggal disekitar perusahaan, pemasok, perantara, pemerintah dan media komunikasi terhadap perusahaan tersebut. v. Direct marketing adalah sistem pemasaran interaktif yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon terukur dan atau transaksi disembarang lokasi.

2.1.8. Teori Pengukuran Profitabilitas Reksadana

Beberapa metode pengukuran kinerja dengan menggunakan ukuran tertentu yang sudah disesuaikan dengan tingkat risikonya risk adjusted performance evaluation telah dikembangkan oleh para ahli ekonomi. Teori ini terus mengalami perkembangan semenjak tahun 60-an. Pada umumnya, pengukuran kinerja Reksadana diturunkan dari teori CAPM yang dikembangkan oleh Sharpe 1966. Sharpe’s Measure Sharpe’s Measure 1966 mengukur kinerja Reksadana dengan mengukur expected return Reksadana untuk setiap unit risiko. Pengukuran oleh Sharpe diturunkan dengan model CAPM dan Capital Market Line CML yang dikembangkannya, metode penilaian kinerja portofolio dirumuskan sebagai fungsi dari risk premium relatif terhadap simpangan baku. Risiko yang digunakan dalam index ini adalah risiko total σ 2 . Penentuan nilai dari Sharpe’s measure ini dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan : p f p R R Measure s Sharpe σ − = 2.1 dimana f p R R − : selisih average return portofolio terhadap risk free σ p : simpangan baku Penggunaan simpangan baku sebagai faktor pembagi menunjukkan bahwa risiko yang diperhitungkan dalam metode ini adalah total risiko yang merupakan gabungan antara risiko yang dapat didiversifikasi unsystematic risk dan risiko yang tidak bisa didiversifikasi systematic risk yang berarti, bahwa unsur diversifikasi portofolio mempengaruhi kinerja portofolio. Treynor’s Measure Sama seperti Sharpe’s measure , Treynor’s measure 1965 juga mengukur expected return untuk setiap unit risiko. Treynor’s measure digunakan untuk membandingkan antara excess return portfolio dengan risiko sistematis. Penentuan dari Treynor’s measure ini dapat dilakukan berdasarkan persamaan : p f p R R Measure s Treynor β − = 2. 2 Pada saat Treynor’s measure bernilai positif berarti Reksadana tersebut mampu menghasilkan return yang lebih tinggi daripada risiko yang harus ditanggungnya. Perbedaannya dengan Sharpe’s measure adalah pada definisi risiko yang digunakan. Treynor’s measure menggunakan risiko sistematik β, karena diasumsikan investor sudah mendiversifikasi unsystematic risk . Reksadana dengan kinerja yang lebih tinggi untuk setiap unit risiko adalah Reksadana yang dikelola dengan baik, sedangkan Reksadana dengan kinerja yang lebih rendah untuk setiap unit risiko adalah Reksadana yang tidak dikelola dengan baik. Jensen’s Measure Seperti dalam Treynor’s measure , Jensen 1968 mengasumsikan bahwa investor mendiversifikasi unsystematic risk dan oleh karenanya hanya systematic risk yang dimasukkan dalam mengukur kinerja Reksadana. Αlpha α dalam formula Jensen merupakan intersep dari proses regresi antara excess return Reksadana terhadap excess return dari benchmark dalam penelitian ini digunakan SBI sebagai proxy dari risk free asset. Dengan demikian akan diperoleh model regresi berikut : f m p f p R R R R − + = − β α 2.3 Atau, berdasarkan pengamatan terhadap data nilai α dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan : [ ] f m p f p p R R R R − + − = β α 2.4 dimana R p – R f : selisih return portfolio terhadap risk free R m – R f : selisih return market terhadap risk free β : systematic risk Dalam hasil regresi terdapat unsur intercept, yang kemudian dimasukkan kedalam rumus tersebut dengan notasi α alpha. Intercept tersebut diterjemahkan sebagai imbal hasil tetap suatu portofolio yang tidak terpengaruh kondisi pasar. Apabila intercept positif, maka portofolio tersebut lebih superior dari pada portofolio pasar, karena menghasilkan imbal hasil di atas imbal hasil pasar, sedangkan bila intercept negatif, maka portofolio tersebut lebih inferior dari pada portofolio pasar.

2.1.9. Teori Efisiensi