b. Tempat berinvestasi terbatas.
Berbeda dengan produk Deposito dari perbankan yang mampu menjangkau seluruh daerah di Indonesia karena cabang-cabang bank
sudah menyebar merata, pengelola Reksadana sering mengalami kesulitan dalam menjual produknya akibat keterbatasan tempat.
Banyak Reksadana yang hanya dijual di kantor pusat dan itu biasanya berkedudukan di Jakarta, akibatnya investor dari daerah merasa enggan
berinvestasi karena letaknya yang jauh. Belum berkembangnya media online
sebagai sarana promosi paling baik, menjadi sisi kelemahan bagi pihak pengelola Reksadana. Hal ini juga disebabkan belum
tumbuhnya kepercayaan investor untuk bertransaksi lewat internet karena isu keamanan yang belum terjamin. Apalagi dengan sering
terjadinya kasus penipuan kartu kredit lewat internet.
4.7.3. Peluang.
a. Target pasar yang luas.
Berdasarkan data dari laporan Bapepam tahun 2007, investor Reksadana dari kalangan ibu rumah tangga berkembang sangat pesat
dari tahun ke tahun. Ini membuktikan bahwa Reksadana sudah menyentuh seluruh kalangan, seperti fenomena yang terjadi di negara
maju, sehingga pangsa pasarnya diharapkan semakin meningkat. Selain itu, jumlah penduduk yang besar dan semakin meningkatnya
taraf kesejahteraan, memberikan peluang bagi Reksadana untuk berkembang sebagai alternatif investasi yang terjangkau dan
menguntungkan.
b. Tingkat suku bunga bank rendah.
Diturunkannya suku bunga Bank Indonesia hingga menyentuh level 6,25 diharapkan mampu memacu penurunan bunga Deposito
tabungan. Walaupun sampai saat ini kebijakan tersebut belum berjalan, namun diharapkan dalam beberapa bulan ke depan suku bunga
tabungan bisa berangsur-angsur turun. Jika hal ini terjadi, dapat menjadi sinyal positif bagi tumbuhnya Reksadana di Indonesia.
Investor akan berpikir untuk memindahkan dananya ke jenis investasi yang lebih menguntungkan atau memberikan tingkat pengembalian di
atas rataan bunga Deposito.
4.7.4. Ancaman.
a. Kenaikan harga minyak.
Kenaikan harga minyak dapat berpengaruh besar dalam mendongkrak harga-harga kebutuhan pokok yang lain. Kenaikan harga minyak dunia
secara perlahan harus diwaspadai sebagai salah satu indikator inflasi. Jika inflasi terjadi, maka banyak investor yang akan menarik dana
investasinya dan ini dapat berakibat buruk bagi perkembangan pasar modal, terutama Reksadana. Terutama investor dari kalangan ibu
rumah tangga, PNSTNI-POLRI, pegawai swasta dan mahasiswa lebih memilih untuk mendahulukan pemenuhan kebutuhan pokok
dibandingkan untuk berinvestasi. Selain itu, naiknya harga minyak cenderung mempengaruhi turunnya nilai Saham atau Obligasi
perusahaan, sehingga berakibat pada turunnya nilai portofolio yang dimiliki oleh pengelola Reksadana.