Profitabilitas Menurut Sharpe Tingkat Profitabilitas Reksadana

4.1.1. Profitabilitas Menurut Sharpe

Dalam penelitian ini, tingkat profitabilitas Reksadana pendapatan tetap dicirikan dengan ukuran kinerjanya menggunakan tiga metode, yaitu metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil dari perhitungan Sharpe menunjukkan 17 Reksadana dari 54 Reksadana memiliki nilai positif. Artinya menunjukkan bahwa Reksadana tersebut memiliki kinerja di atas rataan kinerja pasar sementara sisanya berada dibawah kinerja pasar. Sedangkan yang menjadi patokan perhitungan benchmark adalah indeks gabungan Obligasi, baik corporate maupun pemerintah. Hal ini disebabkan hampir 80 portofolio Reksadana pendapatan tetap diinvestasikan kedalam Obligasi. Berbeda dengan Reksadana Saham yang portofolionya adalah Saham, dapat digunakan indeks harga Saham gabungan IHSG. Pada Tabel 8, ditampilkan 10 Reksadana pendapatan tetap yang memiliki profitabilitas tertinggi, yaitu kombinasi antara return dan risiko yang terbaik. Tabel 8. Perhitungan profitabilitas berdasarkan Sharpe Sharpe Peringkat Reksadana Nilai 1 Schroder Dana Mantap Plus 1,036 2 Danareksa Gebyar Indonesia II 1,002 3 Manulife Dana Tetap Pemerintah 0,921 4 Dana Obligasi Stabil 0,887 5 GMT Dana Obligasi Plus 0,632 6 Mahanusa Dana Lestari 0,342 7 Panin Dana Utama Plus 2 0,336 8 Fortis Prima II 0,271 9 Si Dana Obligasi Maxima 0,082 10 Samuel Dana Pasti 0,060 Dari Tabel 8 terlihat bahwa 10 Reksadana terbaik menurut perhitungan Sharpe masih dipegang oleh Reksadana-Reksadana yang merupakan penghasil return tertinggi. Empat Reksadana yang masuk 10 besar, dikelola oleh manajer investasi yang sudah memiliki nama besar di Indonesia seperti Schroder, Danareksa, Manulife dan Fortis. Keempatnya sudah terbukti selalu menempati peringkat tinggi dalam setiap perhitungan kinerja, karena didukung oleh manajemen profesional dan sudah bertahun-tahun melakukan pengelolaan dana investor. Dari sisi risiko, kesepuluh Reksadana tersebut mampu berkinerja baik menghadapi kombinasi risiko sistematik maupun non-sistematik. Pada metode Sharpe, risiko yang diperhitungkan adalah gabungan risiko sistematik dan non- sistematik, dilambangkan dengan standar deviasi. Dalam perhitungan matematik, standar deviasi adalah simpangan dari rataan perhitungan. Jika diadopsi dalam perhitungan keuangan maka simpangan dari rataan NAB harian Reksadana menunjukkan faktor risikonya. Dalam perhitungan ini, risiko sistematik terbesar terutama terjadi pada akhir tahun 2008 dimana kinerja Reksadana secara umum terpengaruh oleh nilai Obligasi maupun Saham yang jatuh akibat dari krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat. - 200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00 1,400.00 1,600.00 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2008 Avg . N A B Gambar 7. Pergerakan NAB rataan Reksadana pendapatan tetap di Indonesia sepanjang tahun 2008 Bapepam, 2008. Pergerakan turun NAB Reksadana terbesar terjadi pada September 2008, hal ini dipengaruhi oleh kolapsnya beberapa perusahaan investasi terbesar di Amerika Serikat. Dua perusahaan broker Properti terbesar, yaitu Fannie Mae dan Freddie Mac melelang seluruh Sahamnya mengakibatkan jatuhnya harga Saham dan Obligasi di Amerika Serikat yang diikuti oleh Eropa dan Asia. Kemudian diikuti dengan kejatuhan Lehmann Brother sebagai perusahaan investasi terbesar di dunia yang membuat semakin terpuruknya harga Saham dan Obligasi internasional www.vibiznews.com, 2008. Banyaknya Reksadana yang bernilai Sharpe di bawah satu lebih diakibatkan karena terimbas oleh turunnya nilai NAB di akhir tahun perhitungan 2008. Dari 54 Reksadana pendapatan tetap yang diuji, hanya dua Reksadana yang memiliki nilai di atas satu, yaitu Schroder Dana Mantap Plus dan Danareksa Gebyar Indonesia II. Nilai Sharpe di atas satu menunjukkan bahwa walaupun terimbas krisis namun kinerjanya tetap prima. Menurut Klein and Carter 1989, suatu portofolio yang memiliki nilai indeks lebih dari satu, maka portofolio tersebut merupakan portofolio superior dan mampu memberikan keuntungan optimal dengan tingkat risiko sepadan. Dari sisi risiko non-sistematik, manajer investasi ke tujuh belas Reksadana tersebut telah mampu mendiversifikasikan portofolio dengan baik. Atau dengan kata lain, portofolionya telah disusun berdasarkan perhitungan matang terhadap kinerja Obligasi secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari nilai Sharpe ketujuh belas Reksadana tersebut berada di atas nol. Kejatuhan pasar Saham di akhir tahun 2008 memberi efek domino terhadap perdagangan Obligasi, namun demikian dengan diversifikasi yang tepat pada Obligasi-Obligasi perusahaan yang tidak secara langsung terimbas akan membuat nilai NAB tidak turun secara nyata. Sampai akhir tahun 2008, Obligasi-Obligasi perusahaan di bidang pertanian tidak begitu terimbas dengan kondisi krisis keuangan global www.detikfinance.com, 2008.

4.1.2 Profitabilitas Menurut Treynor