Penelitian Terdahulu yang Relevan

2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Parameter yang terkait dalam suatu produk investasi yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah tingkat risiko risk, tingkat pengembalian investasi return, beban investasi, kas pada bank, perputaran portofolio dan perubahan nilai aktiva. Karakteristik tingkat risiko dan beban investasi diharapkan mewakili kepentingan investor, karena menggambarkan tingkat risiko yang ditanggung investor dan biaya yang harus ditanggung investor dalam berinvestasi di produk investasi. Sedangkan karakteristik kas pada bank dan perputaran portofolio mewakili kegiatan yang dilakukan perbankan dalam menjalankan operasional produk investasi yang dikelolanya. Parameter produk investasi yang digunakan sebagai peubah output, adalah tingkat pengembalian return yang mewakili kepentingan dari kedua belah pihak. Tingkat pengembalian investasi merupakan hal yang menjadi kepentingan investor untuk mengukur keberhasilan investasi yang dilakukan dan mengukur keberhasilan perbankan dalam memberikan pengembalian yang diharapkan. Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan penelitian kinerja portofolio yang dikelola secara profesional dengan menggunakan DEA, diantaranya Reksadana, ethical fund dan hedge fund. Studi yang ditujukan pada Reksadana, termasuk diantaranya yang dilakukan oleh Murthi et. al 1997, Mc-Mullen and Strong 1998, Choi and Murthi 2001, Basso and Funari 2001, Tarim and Karan 2001 dan Sengupta 2003. Studi-studi tersebut menganggap bahwa Reksadana adalah kombinasi dari multi atribut seperti rataan tingkat pengembalian return dan tingkat risiko risk, baik risiko total maupun sistematis, biaya-biaya yang terkait, ukuran Reksadana, kecepatan turnover dan nilai minimum investasi awal. Berbagai atribut tersebut dibentuk dalam model input dan output, sehingga dapat diperoleh ukuran efisiensi relatif Reksadana dengan input tertentu yang menghasilkan output tertentu. Metode DEA lebih banyak digunakan untuk menghitung efisiensi di bidang perbankan, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Berger et. al. 2001 yang menganalisis tingkat efisiensi bank di Kroasia periode 1995-2000 dengan menggunakan DEA. Berger and De Young 1997 menemukan bahwa pengukuran efisiensi biaya memiliki hubungan positif dengan tingkat mutu manajemen bank dan bahwa tingkat manajemen bank terkait erat dengan tingkat mutu aset. Athanassopoulos 1998 membuat model DEA untuk mengevaluasi efisiensi jaringan besar cabang sebuah bank di Inggris dengan membagi dua pendekatannya, yaitu efisiensi pasar dan efisiensi biaya. Haslem and Scheraga 2006 mendemonstrasikan penggunaan DEA untuk mengevaluasi efisiensi relatif cabang terhadap cabang lain dalam sebuah bank. Menurut Lee 2005, tiga pendekatan yang digunakan untuk melihat aktifitas perbankan adalah pendekatan produksi, intermediasi dan modern. Dua pendekatan awal menerapkan teori ekonomi mikro klasik perusahaan pada sektor perbankan. Sementara pendekatan ketiga merupakan modifikasi teori klasik perusahaan dengan menggabungkan beberapa aktifitas bank yang khusus seperti manajemen risiko dan proses informasi. Sedangkan Markowitz 1952 berasumsi bahwa ada dua macam pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung efisiensi biaya bank, yaitu pendekatan ekonometri dengan melakukan perhitungan matematika ekonomi dan pendekatan linear programing LP. Sementara dalam kasus perusahaan, ada dua macam efisiensi yang dikembangkan oleh Murthi et. al. 1997, yaitu efisiensi produktif dan alokatif. Dalam efisiensi produktif dikenal efisiensi pada tingkat perusahaan dan industri. Efisiensi pada tingkat perusahaan akan tercapai bila rasio antara produk marjinal sama dengan rasio harga produk. Efisiensi pada tingkat industri akan terjadi bila produk marjinal dari tiap perusahaan sama. Efisiensi secara alokatif akan terjadi ketika biaya marjinal sama dengan harga input. Sedangkan menurut Choi and Murthi 2001 efisiensi dari perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu efisiensi teknikal dan alokatif. Efisiensi teknikal berkaitan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan output maksimal dengan jumlah input tertentu. Adapun efisiensi alokatif berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam menggunakan input dengan proporsi optimal berdasarkan harganya. Keduanya akan menghasilkan efisiensi ekonomi. Model DEA yang digunakan pada dasarnya adalah model Charnes Cooper Rhodes CCR Charnes et. al. 1978 atau model Banker Charnes Cooper BCC Banker et. al. 1984. Peneliti-peneliti tersebut mencoba untuk membandingkan tingkat efisiensi Reksadana dalam suatu jenis kategori atau antar beberapa kategori yang berbeda misalnya, Reksadana Saham, pasar uang dan pendapatan tetap atau campuran. Untuk kategori Reksadana jenis baru seperti Reksadana penjaminan, belum dilakukan penelitian lebih lanjut karena keterbatasan data yang dimiliki dan jenis investasi yang tergolong baru. Demikian pula Baso and Funari 2003 menemukan bahwa data DEA diadaptasi untuk mengukur kinerja ethical mutual fund dengan menggunakan indikator pemenuhan etika Reksadana sebagai salah satu output, yaitu “fitur solidaritas dan tanggungjawab sosial yang menjadi karakter ethical mutual fund dapat memenuhi tujuan kemanusiaan, tetapi menurunkan tingkat keuntungan investasi”. Oleh karena itu, jika mengikuti Baso and Funari 2003 tidak dapat mengabaikan komponen etika ketika mengevaluasi kinerja Reksadana. Aplikasi DEA untuk mengevaluasi hedge fund dapat dilihat pada studi yang dilakukan oleh Gregoriou 2003 dan kemudian didukung oleh Gregoriou et. al. 2005. Dari studi-studi tersebut, hal yang dapat terlihat adalah mempertimbangkan kinerja risk-return tanpa mempertimbangkan biaya-biaya terkait. Untuk itu, aproksimasi output sebagai hal yang dicari oleh investor dengan memaksimalkan sisi sebelah kanan dari distribusi return, sedangkan input sebagai hal yang dicari investor untuk diminimalisasi dengan sisi sebelah kiri distribusi return . Oleh karenanya, input yang dimasukan adalah 1 rataan semi-skewness bawah, 2 rataan semi-varian bawah, dan 3 rataan return bawah; sedangkan output yang dimasukkan adalah 1 rataan semi-skewness atas, 2 rataan semi- varian atas, dan 3 rataan return atas. Dalam studinya juga ditekankan pemeringkatan kinerja dengan menggunakan teknik DEA yang telah dimodifikasi, yaitu super-efficiency Andersen and Petersen, 1993 dan cross-efficiency Sexton et. al , 1986. Pada Tabel 5 adalah rangkuman penelitian-penelitian dengan menggunakan metode DEA yang dilakukan di beberapa negara dengan dua jenis instrumen investasi yaitu Reksadana dan hedge fund. Penelitian dilakukan sejak tahun 1970 - 2000 dengan mengkombinasikan beberapa macam faktor input dan output . Model DEA yang digunakan adalah BCC, CCR, Cross Efficiency dan Super Efficiency . Tabel 5. Studi-studi pengukuran produk investasi dengan metode DEA Peneliti Produk investasi Model DEA Input Output Murthi et. al 1997 Reksadana • CCR • simpangan baku • rasio biaya • turnover • load • rataan gross return McMullen Strong 1998 Reksadana • CCR dengan nilai bobot terbatas • simpangan baku • nilai investasi minimum • rasio biaya • load • rataan return 1, 3 dan 5 tahun Basso Funari 2001 Reksadana • CCR • beta • semi-varian bawah • load • rataan return • j d Tarim Karan 2001 Reksadana • CCR dengan nilai bobot • simpangan baku • rasio biaya • load • rataan return Choi Murthi 2001 Reksadana • CCR • BCC • simpangan baku • rasio biaya • turnover • load • rataan return Sengupta 2003 Reksadana • BCC • beta • rasio biaya • turnover • load • rataan return • skewness Gregoriou 2003 Hedge fund • BCC • Cross- efficiency • Super efficiency • rataan bawah • rataan semi- varian bawah • rataan semi- skewness • rataan return atas • semi-varian atas • semi-skewness atas Gregoriou et. al 2005 Hedge fund • BCC • Cross efficiency • Super- efficiency • rataan bawah • semi-varian bawah • semi-skewness bawah • rataan return atas • semi-varian atas • semi-skewness atas Dari rangkuman penelitian-penelitian tersebut, terlihat bahwa metode DEA dapat digunakan dengan mengkombinasikan faktor-faktor input dan output yang berbeda dan tidak dibatasi jumlahnya.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Didalam sebuah pasar modal terdiri dari perusahaan emiten atau dikenal dengan perusahaan penerbit Saham dan perusahaan investasi, yaitu perusahaan yang menjadi perantara antara pihak penyedia dana investor dan perusahaan emiten yang membutuhkan dana Gambar 3. Perusahaan emiten melepaskan Saham atau Obligasi di pasar modal dana dan perusahaan investasi bertindak sebagai pengelolanya dengan salah satunya menerbitkan instrumen investasi, yaitu Reksadana. Reksadana tersebut merupakan gabungan dari portofolio berupa Saham maupun Obligasi. Khusus Reksadana pendapatan tetap, portofolionya terdiri dari 80 Obligasi. Selain itu, perusahaan investasi menerbitkan laporan keuangan bulanan maupun tahunan yang berisi informasi arus kas perusahaan. Dalam suatu Reksadana dapat diperoleh informasi mengenai tingkat pengembaliannya return maupun risiko dengan melakukan perhitungan tertentu. Informasi tersebut bila digabungkan dengan informasi indeks gabungan Obligasi yang diterbitkan BAPEPAM-LK maupun suku bunga SBI dari Bank Indonesia , akan diperoleh suatu tingkat profitabilitas yang menggambarkan, apakah Reksadana tersebut memiliki kinerja yang baik untuk menghasilkan profit besar dengan tingkat risiko tertentu ? Dari laporan keuangan perusahaan dapat diketahui, apakah perusahaan pengelola Reksadana tersebut telah mengelola dananya dengan efisien, sehingga diperoleh suatu laporan yang menyeluruh tentang kondisi keuangan perusahaan.