3.4.2. Mengukur Efisiensi Reksadana
Pada awalnya, evaluasi kinerja efisiensi dan produktivitas diukur menggunakan rasio keuangan. Tetapi menurut beberapa pakar Oral and Yolalan,
1990; Berger and Humphrey, 1992, penilaian efisiensi tidak dapat dilakukan secara parsial tetapi secara penuh dengan memperhitungkan seluruh output dan
seluruh input. Pendekatan lain dalam menentukan input dan output mendasarkan pada Critical Success Factor CSF dari suatu bank. McDonell and Rubin 1991
mengidentifikasikan 4 CSF untuk bank, yaitu service delivery and quality, sales, expense dan loss control.
Berdasarkan pendapat di atas, pengukuran kinerja efisiensi dan produktivitas dapat digunakan dengan analisa parametrik salah satu contohnya
adalah Stochastic Frontier Analysis SFA yang paling popular diantara analisa parametrik lainnya dan non parametrik, yaitu DEA. SFA analisa parametrik
diperkenalkan pertama kali oleh Aigner, et. al. 1977. Sedangkan DEA adalah analisa non parametrik yang merupakan pengembangan dari matematika linear
programming yang diperkenalkan pertama kali oleh Charnes, et. al. 1978. Meskipun menggunakan peubah input dan output yang lama, terdapat perbedaan
antara DEA dan SFA, karena pendekatan SFA memasukkan galat pada frontier, sementara pendekatan DEA tidak memasukkan galat. Sebagai konsekuensinya
pendekatan DEA tidak dapat memperhitungkan faktor-faktor peubah makro seperti perbedaan besar kecilnya suatu aset perbankan ataupun peraturan-
peraturan yang mempengaruhi tingkat efisiensi suatu bank. Perbedaan ini kadangkala menyebabkan hasil yang diperoleh menjadi
berbeda Berger and Humphrey, 1997. Beberapa pakar lain mengatakan bahwa
hasil paper, baik oleh DEA maupun SFA relatif konsisten Lee, 2005; Abidin and Cabanda, 2006. Kelebihan DEA adalah mengidentifikasi input atau output suatu
bank yang digunakan sebagai referensi untuk membantu mencari penyebab dan jalan keluar dari sumber ketidakefisienan suatu bank. Dapat dikatakan bahwa
DEA dapat mengukur tingkat efisiensi bank secara umum. Beberapa kelebihan menggunakan metode DEA menurut pendapat beberapa
ahli adalah : a.
Tidak menggunakan asumsi dasar mengenai bentuk fungsional dari suatu fungsi produksi Al Faraj et. al, 1993.
b. Bebas dalam menentukan inputoutput, DEA memperbolehkan analis dalam
memilih input dan output didasarkan pada fokus dari manajerial Avkiran, 1999.
c. Fleksibel dalam pemilihan data Nyhan and Martin, 1999.
d. Input dan output dapat kontinu, ordinal atau peubah kategori Reksadana
Pendapatan Tetap Banker et. al, 1984. e.
Unit ukuran dari input dan output DEA dapat berbeda-beda seperti rupiah, orang, waktu, dan lain-lain. Nyhan and Martin, 1999
f. DEA dapat menggunakan contoh kecil Freixas and Rochet, 1999.
g. DEA dapat digunakan untuk membantu menilai efisiensi, mutu, efektifitas dan
kombinasinya Dyson, 2001. Kelemahan atau keterbatasan DEA :
a. Mengasumsikan data harus bebas dari kesalahan pengukuran Avkiran, 1999.
b. Sensitif terhadap ketidaktersediaan data Avkiran, 1999.
c. Efisiensi suatu DMU hanya dalam himpunannya Avkiran, 1999.
d. Tidak ada indikator statistik untuk mengukur kesalahan Nyhan and Martin,
1999. e.
Tidak dapat digunakan untuk menguji hipotesis Nyhan and Martin, 1999. Tiap-tiap pendekatan memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-
masing. Pendekatan dengan metode SFA atau dapat dikatakan pendekatan ekonometrik, termasuk metode stokastik dan parametrik yang berusaha untuk
membedakan efek dari noise terhadap efek ketidakefisienan suatu spesifikasi bentuk fungsi a priori. Pendekatan dengan metode DEA atau pendekatan
pemrograman matematik merupakan metode nonparametrik yang tidak membutuhkan spesifikasi bentuk fungsi, sehingga membuatnya menjadi kurang
sensitif terhadap tipe-tipe kesalahan spesifikasi yang terkait dengan metode ekonometrik. Metodologi yang dikenal sebagai DEA menggunakan pendekatan
pemrograman matematik dan dalam bentuk stokastik maupun non-stokastik.
Model DEA yang paling populer adalah model CCR yang dibangun oleh Charnes, Cooper dan Rhodes 1978, serta model BCC yang dibangun oleh