Perkembangan Wilayah TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekofisiologi Tanaman Kelapa Sawit

manajemen dalam proses produksi akan tercermin dalam kualitas hasil usahatani yang diperoleh. Hal ini akan terlihat bahwa apabila suatu usahatani dikelola oleh tenaga yang mempunyai keahlian dan keterampilan yang tinggi, maka akan diperoleh hasil usahatani yang mempunyai kualitas yang tinggi denagn penggunaan faktor produksi yang efektif dan efisien. Dengan demikian, keberhasilan usahatani dapat diukur dari produktivitas yang tinggi dan ditentukan oleh pengelolaan yang baik dari setiap faktor- faktor produksi tersebut. Hal-hal yang menyebabkan petani sering kurang berhasil dalam mengelola usahatani adalah; - Pengetahuan cara produksi teknologi yang kurang - Tidak memiliki akses pada sumber-sumber permodalan - Kurangnya informasi tentang kondisi pasar - Belum mampu mengetahui perubahan ekonomi, politik, dan sosial budaya.

2.6. Perkembangan Wilayah

Konsep perkembangan wilayah dikembangkan dari kebutuhan suatu daerah untuk meningkatkan fungsi dan perannya dalam menata kehidupan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehateraan masyarakat. Pengaruh globalisasi, pasar bebas dan regionalisasi menyebabkan terjadinya perubahan dan dinamika spasial, sosial, dan ekonomi antarnegara, antardaerah kotakabupaten, kecamatan hingga perdesaan. Pengembangan dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu wilayah untuk mengembangkan kualitas hidup masyarakatnya. Jadi pengembangan wilayah harus dipandang sebagai sutau proses yang memiliki keterkaitan dan saling mempengaruhi antar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkembangan tersebut serta dapat diidentifikasi dan dianalisis dengan seksama sehingga diketahui runtutan peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan selanjutnya Sitorus, 2006. Pengembangan perdesaan merupakan suatu pendekatan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan sistem usaha pertanian yang mengubah struktur kegiatan ekonomi dari yang bercorak subsisten ke modern, disertai dengan proses transformasi sosial dan lingkungan fisik. Pengembangan wilayah merupakan suatu pendekatan pengarahan proses transformasi ekonomi, sosial, dan lingkungan ke dalam tatanan ruang berdasarkan pada pengembangan interaksi ekonomi antar regional, penyediaan infrastruktur dan pengembangan kawasan permukiman dengan mempertimbangakan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk meningkatkan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Secara sederhana konsep pengembangan wilayah perlu dilakukan dalam perencanaan perdesaan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memperkuat masyarakat di lapisan bawah agar dapat mempengaruhi pasar secara berkelanjutan. Berdasarkan konsep wilayah nodal, pusat atau hinterland suatu wilayah dapat ditentukan dari kelengkapan fungsi pelayanan suatu wilayah. Secara teknis hal tersebut dapat dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah dan jenis fasilitas umum, industri, dan jumlah penduduknya. Unit wilayah yang mempunyai jumlah dan jenis fasilitas umum, industri, dan jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas yang secara relatif paling lengkap dibandingkan dengan unit wilayah lain akan menjadi pusat atau mempunyai hirarki lebih tinggi. Sebaliknya, jika suatu wilayah mempunyai jumlah dan jenis fasilitas umum, industri, dan jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas paling rendah merupakan wilayah hinterland dari unit wilayah yang lain Rustiadi et al., 2009. Secara teoritis, hierarki wilayah sebenarnya ditentukan oleh tingkat kapasitas pelayanan wilayah secara totalitas yang tidak terbatas ditunjukkan oleh kapasitas infrastruktur fisiknya saja tetapi juga kapasitas kelembagaan, sumberdaya manusia serta kapasitas perekonomiannya. Dalam perencanaan tata ruang hierarki dapat ditentukan dengan teknik skalogram. Oleh karena itu, dalam penyusunan suatu hirarki dapat ditentukan jumlah jenis sarana. Hirarki dari pusat pelayanan yang lebih tinggi memiliki jumlah dan jenis sarana pelayanan yang lebih banyak dan lebih beragam dari pusat pelayanan yang berhirarki lebih rendah.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian di lapangan dilaksanakan pada pertengahan bulan Februari hingga April 2010. Lokasi penelitian adalah areal perkebunan inti dan plasma milik PT. Perkebunan Nusantara-III yang berada di Desa Torgamba dan Desa Aek-Raso, Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara Gambar 1. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja purposive, dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah perkebunan dengan budidaya tanaman kelapa sawit. Analisis data dilakukan di Laboratorium Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

3.2. Jenis Data, Sumber Data dan Alat Penelitian

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani menggunakan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber dan instansi-instansi terkait, seperti Peta Wilayah Kabupaten