manajemen dalam proses produksi akan tercermin dalam kualitas hasil usahatani yang diperoleh. Hal ini akan terlihat bahwa apabila suatu
usahatani dikelola oleh tenaga yang mempunyai keahlian dan keterampilan yang tinggi, maka akan diperoleh hasil usahatani yang mempunyai kualitas
yang tinggi denagn penggunaan faktor produksi yang efektif dan efisien. Dengan demikian, keberhasilan usahatani dapat diukur dari produktivitas
yang tinggi dan ditentukan oleh pengelolaan yang baik dari setiap faktor- faktor produksi tersebut. Hal-hal yang menyebabkan petani sering kurang
berhasil dalam mengelola usahatani adalah; -
Pengetahuan cara produksi teknologi yang kurang -
Tidak memiliki akses pada sumber-sumber permodalan -
Kurangnya informasi tentang kondisi pasar -
Belum mampu mengetahui perubahan ekonomi, politik, dan sosial budaya.
2.6. Perkembangan Wilayah
Konsep perkembangan wilayah dikembangkan dari kebutuhan suatu daerah untuk meningkatkan fungsi dan perannya dalam menata kehidupan sosial,
ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehateraan masyarakat. Pengaruh globalisasi, pasar bebas dan regionalisasi menyebabkan terjadinya perubahan dan dinamika
spasial, sosial, dan ekonomi antarnegara, antardaerah kotakabupaten, kecamatan hingga perdesaan. Pengembangan dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang
dilakukan suatu wilayah untuk mengembangkan kualitas hidup masyarakatnya. Jadi pengembangan wilayah harus dipandang sebagai sutau proses yang memiliki
keterkaitan dan saling mempengaruhi antar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkembangan tersebut serta dapat diidentifikasi dan dianalisis dengan
seksama sehingga diketahui runtutan peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap
pembangunan ke tahap pembangunan selanjutnya Sitorus, 2006. Pengembangan perdesaan merupakan suatu pendekatan bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat melalui pengembangan sistem usaha pertanian yang mengubah struktur kegiatan ekonomi dari yang bercorak subsisten ke modern,
disertai dengan proses transformasi sosial dan lingkungan fisik. Pengembangan
wilayah merupakan suatu pendekatan pengarahan proses transformasi ekonomi, sosial, dan lingkungan ke dalam tatanan ruang berdasarkan pada pengembangan
interaksi ekonomi antar regional, penyediaan infrastruktur dan pengembangan kawasan permukiman dengan mempertimbangakan pemanfaatan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup untuk meningkatkan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Secara sederhana konsep pengembangan wilayah perlu dilakukan
dalam perencanaan perdesaan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memperkuat masyarakat di lapisan bawah agar dapat mempengaruhi pasar secara
berkelanjutan. Berdasarkan konsep wilayah nodal, pusat atau hinterland suatu wilayah
dapat ditentukan dari kelengkapan fungsi pelayanan suatu wilayah. Secara teknis hal tersebut dapat dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah dan jenis fasilitas
umum, industri, dan jumlah penduduknya. Unit wilayah yang mempunyai jumlah dan jenis fasilitas umum, industri, dan jumlah penduduk dengan kuantitas dan
kualitas yang secara relatif paling lengkap dibandingkan dengan unit wilayah lain akan menjadi pusat atau mempunyai hirarki lebih tinggi. Sebaliknya, jika suatu
wilayah mempunyai jumlah dan jenis fasilitas umum, industri, dan jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas paling rendah merupakan wilayah
hinterland dari unit wilayah yang lain Rustiadi et al., 2009. Secara teoritis, hierarki wilayah sebenarnya ditentukan oleh tingkat kapasitas pelayanan wilayah
secara totalitas yang tidak terbatas ditunjukkan oleh kapasitas infrastruktur fisiknya saja tetapi juga kapasitas kelembagaan, sumberdaya manusia serta
kapasitas perekonomiannya. Dalam perencanaan tata ruang hierarki dapat ditentukan dengan teknik skalogram. Oleh karena itu, dalam penyusunan suatu
hirarki dapat ditentukan jumlah jenis sarana. Hirarki dari pusat pelayanan yang lebih tinggi memiliki jumlah dan jenis sarana pelayanan yang lebih banyak dan
lebih beragam dari pusat pelayanan yang berhirarki lebih rendah.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian di lapangan dilaksanakan pada pertengahan bulan Februari hingga April 2010. Lokasi penelitian adalah areal perkebunan inti dan plasma
milik PT. Perkebunan Nusantara-III yang berada di Desa Torgamba dan Desa Aek-Raso, Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi
Sumatera Utara Gambar 1. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja purposive, dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu
daerah perkebunan dengan budidaya tanaman kelapa sawit. Analisis data dilakukan di Laboratorium Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
3.2. Jenis Data, Sumber Data dan Alat Penelitian
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani menggunakan
kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber dan instansi-instansi terkait, seperti Peta Wilayah Kabupaten