27
3.2. Limbah PKS
Limbah yang dihasilkan PKS ada yang berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah cair dan limbah B3 bahan bahaya beracun. Limbah padat berupa
cangkang dan fiber digunakan sebagai bahan bakar boiler, dan tandan kosong dimanfaatkan sebagai mulsa pupuk bagi tanaman. Limbah cair yang dihasilkan
harus mengikuti standar yang sudah ditetapkan dan tidak boleh dibuang secara langsung ke sungai karena dapat mencemari lingkungan. Limbah B3 berupa kertas
karbon, tinta printer, batre bekas dan oli kotor disimpan di dalam Gudang Limbah B3.
Biological Oxygen Demand BOD merupakan salah satu indikator kontrol untuk pembuangan limbah, artinya angka yang menunjukkan kebutuhan
oksigen. Jika limbah yang mengandung BOD tinggi dibuang ke sungai maka oksigen yang ada disungai tersebut akan terhisap oleh material organik sehingga
makhluk hidup lainnya di sungai tersebut tidak kebagian oksigen. Sedangkan Chemical Oxygen Demand COD adalah angka yang menunjukkan suatu ukuran
apakah dapat secara kimiawi dioksidasi. Mutu limbah cair yang dapat dialirkan ke sungai adalah :
BOD = 3.500
– 5.000 mg liter Minyak dan lemak
≤ 600 mg liter pH
≥ 6 Adapun Komposisi nutrisi dari LPKS sebelum dan setelah diolah disajikan Pada
Tabel 2 dibawah ini: Tabel
2. Kisaran Komponen Kimia Limbah Cair PKS Sebelum dan
Setelah Penanganan
Uraian WPH
BOD P
N K
Mg Hari
mgl mgl
mgl mgl
mgl Limbah fat-pit
- 25.000
500 - 900 90
– 140
1.000 - 1.975 250 - 340
Kolam Pengasaman
5 25.000
500 - 900 90
– 140
1.000 - 1.975 250 - 340
Kolam Anaerob primer 75
3.500 - 5.000 675
90 –
110 1.000 - 1.850
250 - 320
Kolam Anaerob sekunder
35 2.000 - 3.500
450 62
– 85 875 - 1.250
160 - 215
Kolam Aerobik 15
– 21 100 - 200
80 5
– 15 420 - 670
25 - 55
Kolam pengendapan 2
100 - 150 40 - 70
3 – 15
330 - 650 17 - 40
WPH = waktu penahanan hidrolisis Sumber : Pamin, Siahaan, dan Tobing 1996
28
Ke Tangki Timbun
Kembali ke pabrik
Fat-fit2
Land Aplication ke afdeling
Maturity Pound Gambar 22. kolam Anaerobik
Gambar 23. Motor robot di kolam Maturity Pond
air buangan pabrik
Gambar 24. Peta Eff. Treatment PKS Torgamba
C O
o l
i n
g P
o u
n d
A n
a e
r o
b i
k A
n a
e r
o b
i k
A n
a e
r o
b i
k
Pompa Pompa
Tank Trans
fer Cooling Pound
Pompa
29 Fugsi dari pengolahan limbah Effluent Treatment adalah untuk
menetralisir parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah sebelum diaplikasikan Land Aplication.
1. Fat - Fit Limbah dari PKS dialirkan masuk ke dalam Fat
– fit. Pada Fat – fit ini terjadi pemanasan dengan menggunakan steam dari BPV. Pemanasan bertujuan untuk
memisahkan minyak dengan sludge sebab pengutipan minyak masih mungkin dilakukan pada Fat
– fit dengan menggunakan skimmer. Limbah dari Fat – fit kemudian dialirkan ke kolam Cooling Pound yang berguna untuk mendinginkan
limbah yang telah dipanaskan. 2. Cooling Pound
Cooling Pound berfungsi untuk mengendapkan sludge. Limbah dari Cooling Pound dialirkan ke kolam Anaerobik.
3. Kolam Anaerobik Pada kolam ini terjadi perlakuan biologis terhadap limbah dengan menggunakan
bakteri metagonik yang ada di kolam. Limbah cair pabrik mengandung unsur organik yang digunakan bakteri sebagai bahan makanan kemudian mengubah
limbah tersebut menjadi unsur yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Ketebalan sekam pada kolam anaerobic tidak boleh 25 cm karena jika lebih maka bakteri
menjadi kurang berfungsi dan bisa mati. 4. Maturity Pound
Dari kolam anaerobic, limbah masuk ke kolam maturity Pound untuk pematangan limbah, penurunan BOD dan kenaikan pH. Di kolam Maturity Pound terdapat
pompa yang mensirkulasikan limbah kembali ke kolam anaerobic. Selain itu terdapat Pompa Land Aplication yang digunakan untuk mengalirkan limbah
sebagai pupuk tanaman kelapa sawit.
30
Gambar 25. Pompa Land Aplication
Land Aplication System LAS merupakan salah satu sistem yang mernberikan keuntungan dalam penanganan limbah. Air limbah yang langsung
keluar dari fat-pit tidak sesuai untuk diaplikasikan ke areal tanaman kelapa sawit, karena menimbulkan masalah terhadap lingkungan seperti timbulnya bau yang
tajam, meningkatnya populasi ulat dan lalat, tertutupnya pori-pori tanah oleh padatan tersuspensi, minyak dan lain - lain. Pada Prinsipnya, konsep pemakaian
limbah ke areal tanaman kelapa sawit adalah pemanfaatan dan bukan pembuangan atau mengalirkan sewenang-wenang. Pemanfaatan ini meliputi pengawasan
terhadap pemakaian limbah di areal, agar diperoleh keuntungan dari segi agronomis dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan.
Pemilihan teknik aplikasi yang sesuai untuk tanaman keiapa sawit sangat tergantung kepada kondisi topografi areal kebun dan luas areal yang tersedia.
Tekhnik aplikasi lahan LAS telah banyak dikembangkan di beberapa negara. Di PKS Torgamba, teknik aplikasi limbah yang digunakan adalah dengan
mengalirkan limbah kadar BOD 3.500-5.000 mgl dari kolam limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi ke parit sekunder diantara barisan tanaman. Sistem ini
dibangun secara manual dengan kedalaman yang cukup dangkal. Limbah cair yang akan diaplikasi dipompakan melalui pipa ke atas atau ke dalam bak
distribusi. Setelah penuh, lalu dibiarkan mengalir ke bawah dan masing-masing teras atau flatbed diisi sampai ke tempat yang paling rendah.
Aplikasi limbah cair dengan kecepatan aliran yang optimum tanpa pemupukan, rnemberikan produksi yang lebih tinggi dari pada areal tanaman
31 kelapa sawit yang dipupuk. Kenaikan produksi tersebut berkaitan dengan
pengaruh nutrisi terkandung di dalarn air limbah. Di Indonesia dengan dosis 152 mm curah hujan Pertahun dengan frekuensi aplikasi sekali dalam dua bulan dan
dosis pupuk 50 dari pemberian rekomendasi, menunjukkan adanya kenaikan produksi antara 10-15. Keuntungan pemanfaatan limbah cair PKS secara umum
adalah seperti berikut: 1. Memperbaiki struktur fisik tanah
2. Meningkatkan aerasi, peresapan, retensi, dan kelembaban. 3. Meningkatkan perkembangbiakan dan perkembangan akar.
4. Meningkatkan kandungan organik tanah, pH tanah dan kapasitas tukar kation tanah.
5. Meningkatkan populasi mikroflora dan mikrofauna tanah maupun aktivitasnya.
3.3 Analisa Laboratorium