HirarkiTingkat Perkembangan Desa-desa di Kecamatan Torgamba

mapan, atau petani tersebut justru mengelola lahannya hanya sebagai pekerjaan sampingan karena telah memiliki pekerjaan utama, misalnya menjadi pegawai pemerintahanPNS. Dengan demikian, petani pada karakteristik B tidak bergantung sepenuhnya pada hasil produksi sawit yang ditanam. Meskipun demikian, para petani masih tetap mampu membayar sewa lahan.

5.6. HirarkiTingkat Perkembangan Desa-desa di Kecamatan Torgamba

Hasil analisis skalogram tahun 2003 dan tahun 2008 menunjukkan IPD dan tingkat hirarki desa-desa di Kecamatan Torgamba. Desa-desa dengan Indeks Perkembangan Desa tinggi menunjukkan tingkat perkembangan wilayah desa yang tinggi. Sebaliknya, desa-desa dengan nilai Indeks Perkembangan Desa rendah menunjukkan tingkat perkembangan desa yang rendah. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus pada Tabel 5 terdahulu, diperoleh kisaran nilai IPD untuk penentuan hirarki desa sebagai berikut : Tahun 2003 Hirarki I : IPD ≥ 52,48 Hirarki II : 38,42 IPD 52,48 Hirarki III : IPD 38,42 Tahun 2008 Hirarki I : IPD ≥ 52,16 Hirarki II : 35,18 IPD 52,16 Hirarki III : IPD 35,18 Dengan menggunakan selang penetapan hirarki ini diketahui hirarki masing-masing desa seperti tertera pada Tabel 18 serta Lampiran 2 dan 3. Pada tahun 2003 Desa Aek Batu dan Desa Beringin Jaya termasuk ke dalam hirarki I, Desa Asam Jawa, Bangai, Rasau, Aek Raso termasuk hirarki II, dan Desa Bunut, Torgamba, Pinang Dame, Bukit Tujuh, Pangarungan, Teluk Rampah, Sungai Meranti, Torganda termasuk hirarki III. Pada tahun 2008, Desa Torgamba, Aek Batu dan Asam Jawa termasuk hirarki I, Desa Beringin Jaya termasuk hirarki II dan 10 desa lainnya termasuk ke dalam hirarki III. Tabel 18. IPD dan Hirarki Desa-desa di Kecamatan Torgamba tahun 2003 dan 2008 No Nama Desa IPD dan Tingkat Hirarki Desa pada Tahun Peningkatan + Penurunan - Hirarki 2003 2008 1 Aek Batu 70,48 I 74,17 I 2 Beringin Jaya 59,04 I 37,75 II -1 3 Asam Jawa 49,67 II 62,10 I +1 4 Bangai 41,83 II 13,80 III -1 5 Rasau 40,11 II 31,21 III -1 6 Aek Raso 39,61 II 30,33 III -1 7 Bunut 38,35 III 32,52 III 8 Torgamba 37,83 III 54,93 I +2 9 Pinang Dame 36,51 III 22,97 III 10 Bukit Tujuh 28,52 III 19,22 III 11 Pangarungan 28,01 III 25,73 III 12 Teluk Rampah 26,13 III 30,51 III 13 Sungai Meranti 21,08 III 29,55 III 14 Torganda 20,68 III 27,71 III Keterangan : Hirarki tetap : 0 Hirarki menurun : - 1 Hirarki meningkat : +1 dan +2 Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu 5 tahun, beberapa desa di Kecamatan Torgamba telah mengalami perubahan hirarki ada yang meningkat, ada yang menurun, tetapi ada juga yang tetap tidak berubah. Desa yang mengalami peningkatan perkembangan ada 2 desa yaitu desa Asam Jawa dan desa Torgamba. Desa yang mengalami penurunan perkembangan ada 4 desa yaitu desa Beringin Jaya, Bangai, Rasau, dan Aek Raso. Sisanya ada 8 desa yang tidak mengalami perubahan perkembangan hirarki tetap, yaitu desa Aek Batu, Bunut, Pinang Dame, Bukit Tujuh, Pangarungan, Teluk Rampah, Sungai Meranti, dan Torganda. Peta Hirarki Kecamatan Torgamba Tahun 2003 dan 2008 tertera pada Gambar 10. Gambar 10. Peta Hiraki Kecamatan Torgamba Tahun 2003 dan 2008 Desa Asam Jawa merupakan daerah perkotaan dan dilalui oleh jalan utama. Adanya jalan utama dapat mempermudah penduduk mencapai fasilitas yang dibutuhkan. Desa Asam Jawa mengalami peningkatan perkembangan dari segi fasilitas pendidikan, sosial, perekonomian. Sementara itu, Desa Torgamba yang juga dilalui jalan utama, meskipun bukan sebagai daerah perkotaan namun terdapat berbagai sarana dan prasarana yang lengkap sehingga menjadi hirarki I. Desa Torgamba mengalami peningkatan perkembangan dari segi fasilitas kesehatan, sosial dan perekonomian. Dua desa ini merupakan pusat perbelanjaan bagi penduduk desa disekitarnya. Desa Beringin Jaya mengalami penurunan perkembangan dari hirarki I menjadi hirarki II. Beberapa fasilitas yang terdapat di desa Beringin Jaya kurang mendapat perhatian dari penduduknya terutama fasilitas pendidikan dan kesehatan. Keadaan ini mendorong pihak aparat desa meniadakan fasilitas tersebut. Pengurangan jumlah fasilitas yang tersedia menyebabkan desa Beringin Jaya tidak lagi berhirarki I, ditambah semakin meningkatnya lahan yang digunakan untuk areal perkebunan di desa tersebut. Desa Bangai, Rasau, dan Aek Raso merupakan desa yang jauh dari pusat perkotaan dan lebih dikembangkan sebagai daerah perkebunan sehingga menjadi kurang berkembang. Desa Rasau mengalami penurunan perkembangan desa dari segi fasilitas kesehatan dan perekonomian. Desa Bangai mengalami penurunan perkembangan desa dari segi fasilitas pendidikan, kesehatan, sosial dan perekonomian. Desa Aek Raso mengalami penurunan perkembangan desa dari segi fasilitas pendidikan. Desa Torgamba dan Desa Aek Raso merupakan daerah perkebunan kelapa sawit milik PT. Perkebunan Nusantara-III. Keterkaitan antara produktivitas kelapa sawit dengan hirarki desa tertera pada Tabel 19. Pada umur tanaman 21 tahun, tingkat produktivitas perkebunan inti yang terletak di desa Torgamba lebih tinggi sebesar 10.921,5 kgha dibandingkan dengan produktivitas perkebunan plasma di desa Aek Raso hanya sebesar 6.188,0 kgha Tabel 19. Produktivitas yang tinggi tentu akan menghasilkan keuntungan yang besar bagi perusahaan dan secara tidak langsung dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat perkebunan. Dengan demikian, semakin besar keuntungan perusahaan maka perkembangan desa juga akan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan hirarki desa karena terbukti bahwa desa Torgamba dalam selang waktu 5 tahun mengalami perubahan peningkatan hirarki dari hirarki III tahun 2003 menjadi hirarki I tahun 2008. Sebaliknya, Desa Aek Raso mengalami penurunan perkembangan hirarki dari hirarki II tahun 2003 menjadi hirarki III tahun 2008. Tabel 19. Keterkaitan Produktivitas Kelapa Sawit dengan Hirarki Desa Desa Umur Tanaman Torgamba Aek Raso Status Inti Plasma Hirarki 2003 III II Hirarki 2008 I III Produktivitas – 5 7.521,2 7.366,7 kgha 5 – 10 14.951,9 12.902,1 11 – 15 - 14.882,7 16 – 20 - 12.466,4 21 10.921,5 6.188,0 Desa Torgamba mengalami perkembangan lebih cepat dibandingkan dengan Desa Aek Raso diduga karena lokasi kantor kebun dan pabrik pengolahan tandan buah kelapa sawit terletak di Desa Torgamba. Berdasarkan hasil survei lapang, pembangunan infrastruktur desa Torgamba banyak mendapat bantuan dari perusahaan inti yang bekerja sama dengan aparat desa Torgamba tersebut. Perusahaan inti mendukung komunitas utama masyarakat perkebunan dengan menerapkan Program Bina Lingkungan, yaitu program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha PTPN-III melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan. Tujuan program Bina Lingkungan adalah untuk dapat mewujudkan hubungan yang harmonis dengan masyarakat di sekitar wilayah perkebunan serta menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi kerakyatan sehingga tercapai pemerataan pembangunan. Bentuk bantuan Bina Lingkungan yang diberikan kepada masyarakat antara lain :  Bantuan pendidikan atau pelatihan  Bantuan peningkatan kesehatan  Bantuan pengembangan sarana dan prasarana umum  Bantuan sarana ibadah  Bantuan korban bencana alam Berdasarkan data PODES, fasilitas pendidikan di Desa Aek Raso tahun 2003 terdapat TK 1 unit, SD 6 unit, dan pondok pesantren 1 unit sedangkan pada tahun 2008 jumlah SD berkurang menjadi 3 unit, sementara TK dan pondok pesantren tidak ada lagi. Pembangunan sarana dan prasarana umum di Desa Aek Raso kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah, terutama dari sektor fasilitas pendidikan. Menurut masyarakat setempat, faktor kurangnya tenaga didik serta minat masyarakat yang rendah menjadi alasan tidak berfungsinya bangunan sehingga sarana pendidikan menjadi berkurang. Berkurangnya sarana prasarana desa menyebabkan penurunan hirarkitingkat perkembangan desa tersebut.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1