Tabel 2. Produktivitas Kelapa Sawit pada Kebun Inti dan Plasma di Kalimantan Timur dan Sumatera Utara Poeloengan, et al., 2001 dalam Barchia,
2009. Umur
tanaman tahun
ke- Kalimantan Timur
Sumatera Utara Tabara
Sosa ton TBShatahun
Inti Plasma
Inti Plasma
3 2,6
3,6 5,8
3,2 4
4,9 7,3
10,9 8,1
5 9,2
8,1 16,4
8,7 6
11,7 11,1
19,5 12,2
7 17,2
14,1 20,7
13,1 8
17,7 15,2
22,4 13,5
9 18,4
15,1 27,6
13,6 10
18,8 16,7
22,6 13,8
11 16,2
15,8 20,5
12 15,9
16,7 19,5
13 15,4
13,0 18,3
Rendahnya produktivitas pada kebun plasma disebabkan oleh kualitas sumberdaya petani plasma dan kemampuan swadayanya yang rendah.
Pengelolaan tanah tropika untuk perkebunan kelapa sawit di tingkat plasma dihadapkan pada permasalahan adopsi teknologi yang tidak baku teknis karena
keterbatasan pengetahuan dan daya beli sarana produksi yang rendah.
2.5. Konsep Usahatani
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya
yang mereka miliki yang dikuasai sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran output yang melebihi
masukan input. Tujuan dari analisis usahatani pada dasarnya yaitu mencari
informasi tentang keragaan suatu usaha tani yang dilihat dari berbagai aspek. Telaah seperti ini kajian berbagai aspek sangat penting karena tiap macam tipe
usahatani pada tiap macam skala usaha dan pada tiap lokasi tertentu berbeda satu sama lain; karena hal tersebut memang ada perbedaan dalam karakteristik yang
dipunyai pada usahatani yang bersangkutan Soekartawi, 1995. Analisis struktur biaya usahatani menurut Soekartawi 1995, biasanya
sering dilakukan dengan dua cara, yaitu: a Analisis finansial, dan b Analisis ekonomi. Dalam analisis finansial, data biaya yang dipakai adalah data riil yang
sebenarnya dikeluarkan. Misalnya jumlah tenaga kerja yang dipakai 100 HKSP Hari Kerja Setara Pria dengan upah Rp 3.000hari; maka biaya tenaga kerja
adalah 100 × Rp 3.000 = Rp 300.000. Bila diantara 100 HKSP tersebut, 25 HKSP diantaranya adalah tenaga dalam keluarga, maka nilai upah yang dihitung hanya
upah tenaga kerja yang menyewa saja sebesar 75 HKSP tersebut. Dalam analisis ekonomi, data upah yang dipakai adalah upah menurut
ukuran harga bayangan shadow price. Upah tenaga kerja di Jawa yang jumlah penduduknya berlebihan ini memungkinkan upah tenaga kerja riil lebih kecil
daripada upah menurut ukuran perhitungan harga bayangan. Mungkin upah tersebut bernilai Rp 5.000hari. Bila demikian, biaya untuk 100 HKSP menjadi
100 × Rp 5.000 = Rp 500.000. Rodjak 2002 mengemukakan bahwa usahatani adalah organisasi dari
alam, kerja, modal yang ditujukan pada produksi di lapangan pertanian. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat empat unsur pokok dalam usahatani yang
saling terkait dalam pengelolaannya, yakni lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen.
1. Lahan merupakan faktor produksi utama dalam usahatani yang memiliki
sifat-sifat khusus, yaitu masih relatif luas, tidak dapat dipisah-pisahkan dan sangat membutuhkan perawatan pemupukan. Lahan sebagai faktor
produksi usahatani mengandung pengertian bahwa lahan tersebut harus dikombinasikan dengan faktor produksi lainnya modal, tenaga kerja, dan
keterampilan sehingga dapat menghasilkan produk yang berupa tanaman atau ternak. Lahan pada usahatani dapat berupa lahan pekarangan, tegalan,
dan sebagainya.
2. Tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua dalam proses produksi
pertanian. Tenaga kerja sebagai faktor produksi mengandung arti bahwa tenaga kerja tersebut merupakan sub-sistem produksi, artinya apabila
faktor tenaga kerja tidak ada, maka produksi suatu barangtanaman dan ternak tidak akan terjadi atau sistem produksi tidak akan berjalan. Besar
kecilnya peranan tenaga kerja terhadap hasil produksi usahatani akan dipengaruhi oleh keterampilan tenga kerja yang tercermin oleh tingkat
produktivitasnya. Tingkat produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, pengalaman kerja, kesehatan, alat bantu yang
diberikan, serta tingkat upah dan waktu bekerja. Berdasarkan sumbernya, tenaga kerja berasal dari dalam dan luar rumah tangga keluarga.
Kebutuhan tenaga kerja dipengaruhi oleh jenis komoditas, jenis tanah yang diolah, intensitas pengolahan, pola tanam yang dilakukan, keadaan sistem
pengairan, dan tekhnologi. Ada beberapa sistem upah tenaga kerja dalam usahatani, yaitu sistem upah harian tidak tetap, sistem upah harian tetap,
sistem upah borongan, dan sistem upah kontrak. Konversi tenaga kerja untuk pria : wanita : anak adalah 1 : 0,8 : 0,5
3. Modal merupakan faktor produksi ketiga yang diartikan sebagai barang
ekonomi, artinya bahwa modal merupakan sebagian dari hasil produksi, yang disisihkan untuk dipergunakan dalam proses produksi selanjutnya.
Modal dapat berupa lahan, bangunan, peralatan, mesin, tanaman benihbibit, stok produksi dan uang tunai. Menurut sifatnya, modal
dibedakan atas : -
Modal tetap, yaitu modal yang dapat digunakan untuk beberapa kali produksi. Yang termasuk modal tetap diantaranya adalah lahan usaha
yang dimiliki, bangunan, traktor dan bajak, tanaman budidaya, ternak, alat pembasmi hama dan penyakit.
- Modal tidak tetap atau modal lancar, yaitu modal yang habis digunakan
dalam satu kali produksi perlengkapan, uang tunai, benih, dan piutang.
4. Manajemen usahatani
merupakan kemampuan
petani dalam
menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi usahatani laahn, tenaga kerja, dan modal. Peranan keterampilan
manajemen dalam proses produksi akan tercermin dalam kualitas hasil usahatani yang diperoleh. Hal ini akan terlihat bahwa apabila suatu
usahatani dikelola oleh tenaga yang mempunyai keahlian dan keterampilan yang tinggi, maka akan diperoleh hasil usahatani yang mempunyai kualitas
yang tinggi denagn penggunaan faktor produksi yang efektif dan efisien. Dengan demikian, keberhasilan usahatani dapat diukur dari produktivitas
yang tinggi dan ditentukan oleh pengelolaan yang baik dari setiap faktor- faktor produksi tersebut. Hal-hal yang menyebabkan petani sering kurang
berhasil dalam mengelola usahatani adalah; -
Pengetahuan cara produksi teknologi yang kurang -
Tidak memiliki akses pada sumber-sumber permodalan -
Kurangnya informasi tentang kondisi pasar -
Belum mampu mengetahui perubahan ekonomi, politik, dan sosial budaya.
2.6. Perkembangan Wilayah