Penanaman Tanaman Penutup Tanah Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan

kelapa sawit diberi nama sesuai dengan kepentingannya dan dikenal beberapa jalan sebagai berikut : 1. Jalan utama, yaitu jalan yang menghubungkan afdeling dengan emplasement, afdeling dengan afdeling, dan keluar kebunemplasement. 2. Jalan pengangkutan hasil atau jalan produksi, yaitu jalan yang digunakan dalam pengangkutan hasil dari kebun ke pabrik. Tempat pengumpulan hasil TPH berada pada jalan ini. 3. Jalan kontrol, yaitu jalan yang berfungsi sebagai batas blok atau batas pinggiran kebun, untuk memudahkan pelaksanaan pengontrolan pengawasan kebun oleh pimpinan kebun Administratur, Asisten Kepala, Asisten, dll..

2.2.4. Penanaman Tanaman Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah adalah tanaman kacangan legume cover crops, LCC yang ditanam untuk menutupi tanah yang terbuka di antara kelapa sawit karena belum terbentuk tajuk yang dapat menutup permukaan tanah. Jenis-jenis tanaman kacangan penutup tanah yang umum ditanam di perkebunan kelapa sawit adalah Calopogonium caeruleum, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica, Pueraria phaseoloides, Centrocema pubescens, Psophocarphus palustries, dan Mucuna cochinchinensis Setyamidjaja, 2006 Menurut Pahan 2008, manfaat kacang-kacangan dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut : a. Menambah bahan organik sehingga memperbaiki struktur tanah b. Memperbaiki status hara tanah, terutama nitrogen c. Memperbaiki sifat-sifat tanah akibat pembakaran pembukaan lahan d. Melindungi permukaan tanah dan mengurangi bahaya erosi, terutama pada tanah yang curam e. Mengurangi biaya pengendalian gulma f. Mendorong pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi

2.2.5. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan

Tanaman belum menghasilkan TBM adalah tanaman kelapa sawit yang berada pada umur mulai ditanam hingga berumur kurang lebih 2,5 – 3 tahun. Beberapa kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan yang penting dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Penyulaman Penyulaman menyisip adalah mengganti tanaman yang mati, rusak berat, atau tumbuh abnormal dengan bibit yang baru. 2. Pembuatan dan pemeliharaan piringan Piringan atau bokoran circle weeding adalah lingkungan di sekitar individu tanaman yang dijaga agar selalu dalam keadaan bersih, pada radius antara 1,0 – 1,5 m dari pokok kelapa sawit. Pemeliharaan piringan yang penting adalah penyiangan gulma yang tumbuh pada piringan dengan cara dikored, dibabat, atau disemprot dengan herbisida. 3. Pemeliharaan tanaman kacangan penutup tanah Adapun pemeliharaan tanaman kacangan penutup tanah legume cover crops, LCC adalah sebagai berikut : a. Membuang gulma yang tumbuh di antara kacangan baik gulma yang berbentuk perdu, maupun rumput-rumputan b. Memelihara kemurnian LCC agar LCC yang ada adalah jenis LCC yang sengaja ditanam. 4. Pemupukan Jenis pupuk yang diberikan untuk tanaman kelapa sawit muda adalah pupuk buatan yang mengandung unsur hara N, P, K, Mg, dan B. Unsur hara B yang harus diberikan pada tanaman muda sangat penting untuk menghindarkan kekurangan B Boron deficiency karena kekurangan Boron dapat mengakibatkan kematian pada tanaman kelapa sawit muda. Sementara itu, kekurangan unsur N, P, K, dan Mg hanya akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lambat dan kerdil, tetapi tidak sampai mematikan. Jenis-jenis pupuk yang digunakan adalah Urea atau ZA N, Rock Phosphate P, Muriate of Potash K, Kieserite Mg, dan Borax B. 5. Pemangkasan daun Tujuan pemangkasan daun adalah untuk memperoleh pokok yang bersih, jumlah daun yang optimal dalam satu pohon, dan memudahkan pekerjaan panenan bila tanaman sudah berproduksi. 6. Kastrasi bunga Kastrasi adalah pemotongan atau pembuangan bunga jantan dan bunga betina yang masih muda yang telah tumbuh pada tanaman yang berumur 12 – 20 bulan. Kastrasi berlangsung hingga 6 bulan sebelum panen yang pertama dimulai. Tujuan kastrasi bunga adalah : a. Untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan menghemat penggunaan unsur hara dan air, terutama bagi daerah yang curah hujannya relatif rendah. b. Menciptakan keadaan tanaman lebih bersih sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan hama tikus, tupai dan berjangkitnya penyakit Marasmius sp.. c. Memudahkan pelaksanaan penyerbukan buatan karena keadaan mahkota tanaman lebih bersih. Rotasi pelaksanaan kastrasi adalah sebulan sekali dan pemotongan bunga yang dimaksud menggunakan dodos atau IRHO tools. 7. Penyerbukan bantuan 8. Pengendalian hama dan penyakit Beberapa hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman muda TBM adalah jenis serangga, misalnya kumbang tanduk Oryctes rhinoceros, kumbang Apogonia sp., belalang Valanga sp., dan ulat perusak daun. Beberapa kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan TM adalah pengendalian gulma, pemupukan, penjarangan, pemeliharaan jalan, serta pengendalian hama dan penyakit. Upaya pengendalian gulma telah dilaksanakan dengan menanami tanaman kacangan penutup tanah di antara tanaman kelapa sawit gawangan dan membuat piringan di sekeliling tiap individu tanaman. 2.3. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh iklim, jenis tanah, serta kegiatan kultur teknis. Kegiatan kultur teknis mencakup pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, penunasan dan kegiatan panen. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia 60 tanahnya merupakan tanah Ultisols memiliki kualitas yang rendah dimana pH tanah 5, KTK tanah rendah, 15 me100g, C- organik 1, cadangan mineral rendah, tingkat erodibilitas dan pencuciannya sangat tinggi Adiwiganda et al., 1997. Produktivitas tanah Ultisols yang rendah ini harus diiringi dengan pemupukan yang berimbang untuk mendapat hasil yang optimum. Bila tidak dilakukan perbaikan kesuburan tanahnya, produksi tanaman yang diusahakan pada tanah tropika ini sangat rendah. Pemupukan yang berimbang perlu dilakukan sehubungan dengan tingkat kesuburan dan produksi yang rendah sehingga produktivitas tanah tropika dapat ditingkatkan. Prinsip pemupukan berimbang bertujuan untuk mencapai pemupukan yang efektif dan efisien. Konsep pemupukan berimbang harus diterapkan berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan hara tanaman. Pemupukan berimbang adalah upaya untuk meningkatkan mutu intensifikasi dengan menambah jenis dan takaran pupuk. Dosis pupuk yang berimbang dibuat atas dasar beberapa pertimbangan antara lain; 1 jumlah hara yang terangkut oleh hasil panen, 2 jumlah hara yang terimmobilisasi dalam batang, cabang, pelepahdaun, 3 jumlah hara yang dikembalikan ke dalam tanah, 4 jumlah hara yang terfiksasi dan hilang dalam tanah, dan 5 jumlah hara yang tersedia dalam tanah. Pemupukan perlu dilakukan secara rasional sesuai dengan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara, sifat-sifat tanah, dan pengelolaan oleh petani. Kelebihan pemberian pupuk selain merupakan pemborosan, juga mengganggu keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah, sedangkan pemberian terlalu sedikit tidak akan memberikan produksi yang optimal. Seperti terlihat bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit pada umur 3 – 13 tahun dari beberapa wilayah, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sumatera Utara dan Riau masih di bawah produktivitas baku lahan kelas kesesuaian lahan S-3 Tabel 1. Persentase total produksi rata-rata di Kalimantan baru sekitar 60 persen, dan di Sumatera baru mencapai 70 persen dari potensi produksi baku lahan kelas S-3. Produksi standar kelas kesesuaian lahan S-3 untuk kelapa sawit umur 3 – 13 tahun sebesar 226,8 ton tandan buah segar per hektar Poeloengan, et al., 2001 dalam Barchia, 2009. Tabel 1. Perbandingan Produktivitas Kelapa Sawit di Kalimantan dan Sumatera terhadap standar kelas kesesuaian lahan S-3 Wilayah Total Produksi 3 - 13 tahun Perbandingan Produksi terhadap Ton TBSha Standar S-3 Kalimantan Barat 138,1 60,8 Kalimantan Timur 141,8 62,5 Rata-rata 140,2 61,8 Sumatera Utara 174,4 76,9 Riau 142,8 62,9 Rata-rata 158,6 69,9 Sumber: Poeloengan, et al., 2001 dalam Barchia 2009 Produktivitas tandan buah kelapa sawit dapat diperhitungkan dari komponen-komponennya, yaitu jumlah tandan dan rata-rata berat tandan. Rata- rata berat tandan akan meningkat sejalan dengan umur tanaman, sedangkan jumlah tandan akan menurun dengan semakin bertambahnya umur tanaman Siregar, 1998. Pada keadaan normal, tandan buah kelapa sawit dapat mencapai matang panen untuk pertama kalinya setelah tanaman berumur 3-4 tahun di lapangan. Produktivitas tandan kelapa sawit meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian menurun secara perlahan-lahan dengan tanaman yang makin tua hingga umur ekonomis 25 tahun Corley, 1976 dalam Siregar, 2003. 2.4. Produktivitas Kelapa Sawit antara Perkebunan Inti dengan Plasma Produktivitas kelapa sawit pada tanah tropika yang dikelola oleh perusahaan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang dikelola oleh petani. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, teknologi, tenaga, dan modal dari petani yang mengusahakan tanaman tersebut. Hasil kelapa sawit yang senjang antara produktivitas di perkebunan inti yang dikelola langsung oleh perusahaan perkebunan swasta besar dan plasma yang dikelola oleh petani terlihat nyata dari kebun kelapa sawit di Sumatera Utara seperti disajikan pada Tabel 2. Produktivitas puncak kebun sawit dicapai pada tahun ke-9 umur tanaman, pada perkebunan inti dengan hasil dapat mencapai 27,6 ton TBShatahun, sedangkan pada kebun plasma hanya berproduksi 13,6 ton TBShatahun, atau sekitar 50 dari produktivitas kebun inti. Tabel 2. Produktivitas Kelapa Sawit pada Kebun Inti dan Plasma di Kalimantan Timur dan Sumatera Utara Poeloengan, et al., 2001 dalam Barchia, 2009. Umur tanaman tahun ke- Kalimantan Timur Sumatera Utara Tabara Sosa ton TBShatahun Inti Plasma Inti Plasma 3 2,6 3,6 5,8 3,2 4 4,9 7,3 10,9 8,1 5 9,2 8,1 16,4 8,7 6 11,7 11,1 19,5 12,2 7 17,2 14,1 20,7 13,1 8 17,7 15,2 22,4 13,5 9 18,4 15,1 27,6 13,6 10 18,8 16,7 22,6 13,8 11 16,2 15,8 20,5 12 15,9 16,7 19,5 13 15,4 13,0 18,3 Rendahnya produktivitas pada kebun plasma disebabkan oleh kualitas sumberdaya petani plasma dan kemampuan swadayanya yang rendah. Pengelolaan tanah tropika untuk perkebunan kelapa sawit di tingkat plasma dihadapkan pada permasalahan adopsi teknologi yang tidak baku teknis karena keterbatasan pengetahuan dan daya beli sarana produksi yang rendah.

2.5. Konsep Usahatani