Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kelapa Sawit di Kebun Plasma

Gambar 9. Grafik Produktivitas Kelapa Sawit antar Status Kepemilikan Lahan pada Kelompok Umur Tanaman 11-15 Tahun Para petani yang mengelola lahan sewa dibebani kewajiban untuk membayar biaya sewa lahan. Ini mendorong mereka untuk bekerja lebih giat dalam mengelola lahan sedemikian rupa agar produksi yang diperoleh bisa tinggi. Dengan demikian, produktivitas tanaman umur 11-15 tahun di lahan sewa bisa lebih tinggi daripada di lahan milik sendiri. Berbeda dengan status lahan garap yang produktivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan status lahan milik sendiri dan sewa. Hal ini diduga karena pihak penggarap mendapatkan hak atas tanah dengan perjanjian bagi hasil antara pemilik dan penggarap tanah serta tidak ada kewajiban untuk membayar sewa lahan. Pembelian input produksi menjadi tanggungjawab pihak penggarap. Sehingga pihak penggarap kurang berantusias dalam mengelola lahannya karena setengah dari hasil keuntungan yang diperoleh diberikan kepada pemilik sementara input produksi tetap menjadi tanggungan pihak penggarap.

5.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kelapa Sawit di Kebun Plasma

Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit didahului dengan analisis faktor terhadap kelompok variabel internal usahatani. Analisis dilakukan terhadap 12 variabel yang meliputi faktor umur tanaman, jumlah bibit, kebutuhan pupuk, jumlah pestisida, jumlah tenaga kerja, peralatan, biaya angkut panen, pemupukan rutin dan faktor eksternal pengalaman dan pendidikan petani, pekerjaan sampingan, serta status kepemilikan lahan. Potensi multikolinearitas cukup besar jika seluruh variabel asal terkait input produksi pertanian diikutsertakan dalam regresi berganda. Di sisi lain eliminasi terhadap variabel dihindari karena variabel tersebut penting berkontribusi terhadap pencapaian produktivitas usahatani. Oleh karena itu diperlukan analisis faktor terhadap seluruh variabel input usahatani, dan diharapkan seluruh input usahatani tersebut masuk dalam permodelan. Analisis faktor menghasilkan nilai akar ciri eigenvalues, tabel kumulatif akar ciri communalities, tabel nilai factor loadings, dan tabel nilai factor scores. Nilai akar ciri dari faktor-faktor baru sebesar 72,23 seperti tertera pada Tabel 13. Artinya, faktor-faktor baru yang dihasilkan mampu menjelaskan keragaman data awal sebesar 72,23. Nilai ini menunjukkan suatu deskripsi yang cukup baik karena nilai akar ciri tersebut berada di atas 70. Tabel 13. Akar ciri Komponen-komponen Utama Komponen utama Akar ciri Total keragaman kumulatif akar ciri kumulatif Faktor 1 3,09 38,63 3,09 38,63 Faktor 2 1,67 20,85 4,76 59,48 Faktor 3 1,02 12,75 5,78 72,23 Nilai pada tabel akar ciri pada dasarnya menerangkan keragaman data baru pada ketiga faktor utama yang terbentuk. Besarnya keragaman data masing- masing variabel asal terhadap ketiga faktor utama dapat dijelaskan dengan nilai kumulatif akar ciri communalities seperti tertera pada Tabel 14. Tabel 14. Nilai kumulatif akar ciri hasil analisis faktor Variabel asal From 1 Factor From 2 Factors From 3 Factors Multiple R-Square Umur 0,020 0,106 0,734 0,280 bibit Rp 0,005 0,151 0,563 0,214 pupuk kghatahun 0,006 0,686 0,706 0,331 pestisida Rp 0,436 0,444 0,721 0,451 TK org 0,461 0,759 0,759 0,634 Alat Rp 0,814 0,819 0,835 0,644 Panen Rp 0,686 0,723 0,731 0,504 Pemupukan rutin 0,026 0,700 0,730 0,438 Analisis faktor terhadap 8 variabel input produksi yang mempengaruhi tingkat produktivitas kelapa sawit di Kebun Plasma menghasilkan tiga faktor baru yang orthogonal satu sama lain. Variabel-variabel asal dikelompokkan ke dalam faktor-faktor baru yang diinterpretasikan berdasarkan nilai factor loading-nya. Variabel-variabel asal yang berkorelasi dengan faktor-faktor baru atau dianggap sebagai penciri pada komponen utama ke-i dijelaskan dengan nilai marked loading yang lebih dari 0,7. Nilai factor loading selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Nilai Factor Loading Analisis Komponen Utama Variabel asal Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 Umur tanaman -0,14 0,29 0,79 bibit Rp 0,07 -0,38 0,64 pupuk kghatahun -0,07 0,82 0,14 pestisida Rp 0,66 0,09 -0,53 TK org 0,68 -0,55 -0,02 Alat Rp 0,90 -0,07 -0,12 Panen Rp 0,83 -0,19 0,09 Pemupukan rutin -0,16 0,82 -0,17 Expl.Var 2,45 1,93 1,39 Prp.Totl 0,31 0,24 0,17 Keterangan : Cetak tebal : penciri yang berpengaruh nyata terhadap faktor utama Penjelasan untuk ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1 Faktor utama 1 F1 berkorelasi positif dengan pestisida, tenaga kerja, alat, dan panen selanjutnya disebut dengan variabel biaya input usahatani non pemupukan 2 Faktor utama 2 F2 berkorelasi positif dengan pupuk dan jadwal pemupukan, selanjutnya disebut dengan variabel teknik pemupukan 3 Faktor utama 3 F3 berkorelasi positif dengan umur tanaman dan bibit, selanjutnya disebut dengan variabel umur tanaman Hasil analisis faktor yang lain faktor skor F scores, yakni tabel yang menyajikan titik-titik data baru hasil analisis komponen utama. Nilai-nilai pada F scores inilah yang digunakan untuk analisis regresi berganda. Selengkapnya nilai- nilai pada PC scores tertera pada Lampiran 1. Selanjutnya, hasil analisis faktor berupa nilai-nilai pada tabel faktor skor tersebut digunakan untuk analisis regresi berganda metode forward stepwise. Persamaan hasil regresi berganda dengan produktivitas sebagai variabel tujuan tertera pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Berganda dengan Produktivitas sebagai Fungsi Tujuan Beta Std.Err. of Beta t55 p-level Pendidikan Petani Tahun 0,43 0,19 2,30 0,02 Biaya input usahatani non pemupukan -0,06 0,04 -1,37 0,18 Teknik pemupukan 0,14 0,04 3,47 0,00 Umur tanaman -0,06 0,04 -1,48 0,14 d1 0,08 0,05 1,47 0,15 d22 0,46 0,18 2,54 0,01 R 2 91 R 2 adjusted 90 Std.Error of estimate SE 4226,0 Keterangan : : nyata pada selang kepercayaan 85 : nyata pada selang kepercayaan 95 d1 : pekerjaan sampingan d22 : status kepemilikan lahan sewa Analysis of Variance; DV: Produktifitas kghath Analisis di Plasma S.Keragaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat Tengah Galat F p-level Regress. 1,027456E+10 6 1,712427E+09 95,89 0,00 Galat 1,035821E+09 58 1,785899E+07 Total 1,131038E+10 Hasil uji ANOVA atau F-test menunjukkan F hitung adalah 95,9 dengan nilai peluang galat uji p-level 0,00. Berhubung nilai p-level 0,00 jauh lebih kecil dari α 0,05, maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi produktivitas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel-variabel penduga secara bersama-sama berpengaruh terhadap produktivitas. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh nilai R sebesar 0,95 menunjukkan bahwa korelasihubungan antara produktivitas dengan variabel- variabel bebasnya adalah kuat karena nilai di atas 0,5. Nilai R-square atau koefisien determinasi adalah 0,9084. Hal ini berarti 90,84 variasi dari produktivitas bisa dijelaskan oleh variasi variabel-variabel bebasnya. Sisanya 100 - 90,84 = 9,16 dijelaskan oleh sebab-sebab lainnya atau tidak dapat dijelaskan dengan variabel bebas yang digunakan. Standard Error Estimate SEE adalah 4226,0 atau 4226 kghath satuan yang dipakai adalah variabel tak bebas atau produktivitas. Makin kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel bebas. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa pendidikan petani, teknik pemupukan, dan status kepemilikan lahan sewa berpengaruh nyata terhadap tingkat produktivitas kelapa sawit pada selang kepercayaan 95. Umur tanaman dan pekerjaan sampingan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan antara 85-95. Hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan yang disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Persamaan hasil analisis regresi berdasarkan karakteristik responden No Persamaan Karakteristik responden 1 Y = 0,43X 1 - 0,06F 1 + 0,14F 2 - 0,06F 3 + 0,54 A 2 Y = 0,43X 1 - 0,06F 1 + 0,14F 2 - 0,06F 3 + 0,46 B Keterangan : A : sewa lahan dan memiliki pekerjaan sampingan B : sewa lahan, tidak memiliki pekerjaan sampingan Y : produktivitas X 1 : pendidikan petani tahun F 1 : variabel biaya input usahatani non pemupukan F 2 : variabel teknik pemupukan F 3 : variabel umur tanaman Uraian untuk masing-masing faktor penduga akan dikemukakan berikut ini: a. Pendidikan Petani Pendidikan petani merupakan faktor yang berpengaruh positif dan secara statistik sangat nyata p-level 0,02. Artinya, setiap penambahan pendidikan petani selama 1 tahun nyata menyebabkan kenaikan produktivitas sebesar 0,43 kghatahun. Tingkat pendidikan terkait dengan kemampuan memahami dan mengadopsi introduksi teknologi. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka kualitas sumberdaya petani akan semakin baik. Petani dapat lebih memahami permasalahan pengelolaan dan mengerti bagaimana langkah pemecahannya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Dengan demikian akan berdampak positif terhadap peningkatan produksi tanaman yang dikelola. b. Biaya Input Usahatani Non Pemupukan Faktor ini terdiri dari pestisida, tenaga kerja, alat, dan panen. Keempat variabel tersebut merupakan faktor yang berpengaruh negatif terhadap produktivitas, namun secara statistik tidak nyata p-level 0,18. Pestisida dapat berpengaruh positif jika pemakaiannya tidak melebihi dosis atau aturan pakai. Jika pemakaiannya terlalu berlebih dapat berakibat negatif terhadap produksi karena dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman bahkan kematian. Hasil panen yang diangkut dapat berpengaruh negatif terhadap produktivitas jika jarak dari TPH sampai ke lokasi pabrik atau tempat pemasaran terlalu jauh. Semakin lama waktu perjalanan yang ditempuh maka berat tiap TBS yang diangkut dapat mengalami penyusutan sehingga mengurangi tingkat produktivitas yang dicapai. Sarana pertanian berupa cangkul, parang, kored, beko, dan lain-lain merupakan alat yang membantu para petani untuk mengolah lahannya dan memelihara tanamannya sehingga mereka tidak perlu bersusah payah untuk memperkerjakan orang. Namun, jika petani bekerja sendiri di lahannya maka pekerjaan akan menjadi tidak terspesifikasi khusus sehingga petani sulit berkonsentrasi penuh terhadap tugas-tugasnya. Adanya distribusi atau pembagian tugas yang tidak jelas dapat menyebabkan penurunan produktivitas karena semua pekerjaan tidak terinci untuk dikerjakan. Selain itu, faktor tenaga kerja juga dapat berpengaruh negatif terhadap produktivitas apabila penggunaan tenaga kerja tidak diimbangi dengan pembagian tugas yang terspesifikasi dengan baik. Para pekerja biasanya kurang semangat bila pekerjaan yang mereka kerjakan terlalu berat sementara jumlah tenaga kerjanya banyak. Mereka merasa kurang bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik karena beranggapan bahwa masih ada tenagaorang lain yang akan menyelesaikannya. Pengawasan kerja di kebun plasma juga tidak ketat seperti di kebun inti. Ini dapat menyebabkan produktivitas menjadi rendah karena etos tenaga kerjanya juga rendah. c. Teknik Pemupukan Faktor kebutuhan pupuk dan rutinitas pemupukan merupakan faktor yang berpengaruh positif sangat nyata p-level 0,00. Artinya, setiap penambahan dosis pupuk sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan produktivitas yang secara statistik sangat nyata sebesar 0,14 kghatahun. Demikian pula dengan jadwal pemupukan, petani yang melakukan pemupukan secara rutin akan mendapatkan hasil produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak memupuk secara rutin. d. Umur Tanaman Faktor yang terdiri dari umur tanaman dan bibit merupakan faktor yang berpengaruh negatif nyata p-level 0,14 terhadap tingkat produktivitas kelapa sawit. Umur tanaman berpengaruh negatif terhadap tingkat produktivitas, yang artinya bahwa semakin tua tanaman cenderung semakin turun pula tingkat produktivitasnya. Umur tanaman memberikan respon negatif diduga karena kualitas bibit yang ditanam kurang baik. Ini kemungkinan karena kebutuhan bibit setiap petani kemungkinan tidak sama dan kualitas bibit yang ditanam juga berbeda antar petani yang satu dengan yang lain. Kualitas bibit sangat mempengaruhi produktivitas yang dicapai. Keterbatasan modal dan daya beli sarana produksi yang rendah diduga dapat menjadi penyebab kualitas bibit yang dibeli petani tidak baik atau bukan merupakan bibit unggul. Selain itu, para petani di kebun plasma biasanya juga tidak melakukan seleksi bibit secara cermat ketika bibit siap salur akan dipindahkan ke areal tanam. Beberapa alasan inilah yang mungkin menjadi pemicu produktivitas tanaman kelapa sawit mengalami penurunan. e. Pekerjaan Sampingan dan status kepemilikan lahan Pekerjaan sampingan merupakan faktor yang berpengaruh positif nyata p- level 0,15, dan status kepemilikan lahan berpengaruh positif sangat nyata p- level 0,01. Menurut karakteristik responden Tabel 17 Terdahulu, petani yang menyewa lahan dan memiliki pekerjaan sampingan mampu meningkatkan produktivitas yang secara statistik nyata sebesar 0,54 kghath, lebih tinggi dibandingkan petani yang menyewa lahan namun tidak memiliki pekerjaan sampingan. Hal ini diduga karena petani pada karakteristik A merupakan petani yang masih memiliki keterbatasan modal dan sumberdaya sehingga mereka lebih giat dalam mengolah lahannya agar produksi yang dicapai maksimal sehingga keuntungan yang diperoleh dapat digunakan untuk membayar sewa lahan. Apabila belum tercukupi maka petani mencari pekerjaan sampingan lain untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi dan rumah tangga keluarganya. Jenis pekerjaan sampingan yang dilakukan para petani antara lain menjadi tukang ojek, buruh harian lepas, satpam, dan pedagang sembako. Petani pada karakteristik B merupakan petani yang sudah mapan, atau petani tersebut justru mengelola lahannya hanya sebagai pekerjaan sampingan karena telah memiliki pekerjaan utama, misalnya menjadi pegawai pemerintahanPNS. Dengan demikian, petani pada karakteristik B tidak bergantung sepenuhnya pada hasil produksi sawit yang ditanam. Meskipun demikian, para petani masih tetap mampu membayar sewa lahan.

5.6. HirarkiTingkat Perkembangan Desa-desa di Kecamatan Torgamba