Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan

2.2.2 Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin profesi yang bersifat deskriptif, evaluatif dan perspektif. Dunn 2003 menyatakan bahwa analisis kebijakan merupakan sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang ada hubungannya dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah- masalah kebijakan. Kebijakan sebagai ilmu pengetahuan memerlukan pendekatan interdisipliner dan lintas sektoral, yaitu kebijakan di suatu sektor harus memperhatikan implikasinya bagi kegiatan atau dampak di sektor lain. Permasalahannya ialah kebijakan lintas sektoral sulit karena masing-masing sektor mempunyai strategi, program, proyek dan anggaran terpisah. Kebijakan juga merupakan bentuk intervensi pemerintah untuk mencari cara pemecahan masalah dalam pembangunan untuk mendukung proses pembangunan yang lebih baik. Dengan kata lain penulis mendefinisikan, kebijakan adalah Proses, Sistem, Seni dan Ilmu dalam upaya, cara dan pendekatan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah dirumuskan, memperkenalkan model pembangunan baru berdasarkan masalah lama.

2.2.3 Pengelolaan Hutan

Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan bahwa pengelolaan hutan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi: a. Tata guna lahan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan b. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan c. Rehabilitasi dan reklamasi hutan d. Perlindungan hutan dan konservasi alam Peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan menurut Undang- undang Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999 yang telah diubah menjadi Undang- undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan Pasal 68 meliputi :1 masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan hutan, 2 masyarakat dapat memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan peraturan yang berlaku, mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hasil hutan, memberi informasi, saran, serta pertimbangan dalam pembangunan kehutanan dan melakukan pengawasan, 3berhak memperoleh kompensasi karena hilangnya akses atau ha katas tanah miliknya. Dalam pengelolaan hutan isu pokok yang sering muncul adalah adanya gangguan terhadap hutan terutama pencurian kayu, perambahan, gangguan perburuan liar dan gangguan satwa liar. Faktor-faktor yang meyebabkan gangguan terhadap hutan adalah : 1. Pendapatan yang diperoleh relatif tinggi dan caranya mudah. 2. Rantai pemasaran yang rendah, sehingga petani hutan kurang akses ke pasar. 3. Keterbukaan wilayah yang tinggi 4. Alternatif lapangan kerja yang terbatas. LandasanDasar Hukum pengelolaan hutan adalah UUD RI tahun 1945, UU Nomor 41 tahun 1999 yang telah diubah menjadi UU Nomor 19 Tahun 2004, Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 18 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan yang mengukuhkan Kabupaten Lampung Barat sebagai Kabupaten Konservasi.

2.2.3 Konflik Pengelolaan Sumberdaya