Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH

Dengan demikian, secara ideologikal, sesungguhnya REDD + dan SVLK dapat saling mendukung. Keduanya merupakan skema penyelamatan kayu dan karbon serta sumberdaya hutan sekaligus. Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana menyambungkan dua skema yang “berbeda arena permainan”nya yakni REDD + dan SVLK tersebut, dapat diimplementasikan untuk menyelamatkan hutan di Indonesia seraya memperbaiki kesejahteraan sosial- ekonomi masyarakatnya?

2.3 Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH

Pembentukan KPH diatur dalam Permenhut No. P.6Menhut-II2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH. KPH merupakan wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukkannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH merupakan areawilayah penutupannya didominasi oleh hutan dan mempunyai batas yang jelas, yang dikelola untuk memenuhi serangkaian tujuan yang ditetapkan secara eksplisit sesuai rencana pengelolaan jangka panjang. Keseluruhan wilayah KPH akan mempunyai batas yang jelas baik di lapangan maupun di dalam peta. Di samping tujuan-tujuan yang luas bagi keseluruhan unit KPH dalam sub – sub unit KPH dimungkinkan untuk dikelola dalam regime manajemen yang berbeda dan terpisah. Seluruh kawasan hutan Indonesia nantinya akan terbagi dalam wilayah- wilayah KPH serta akan menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan Nasional, Provinsi, KabupatenKota. KPH terdiri dari KPH Konservasi KPHK, KPH Lindung KPHL dan KPH Produksi KPHP. Terdapat 2 hal penting dalam pembangunan KPH yaitu pembentukan wilayah KPH dan penetapan kelembagaan KPH. Pembentukan KPH di setiap wilayah merupakan bentuk desentralisasi di bidang kehutanan menuju hutan lestari dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan secara nyata.

III. METODOLOGI KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Hutan yang merupakan salah satu dari sumber daya alam mempunyai berbagai manfaat yaitu ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Manfaat sosial dari hutan ialah sebagai hak masyarakat sekitar hutan, estitika, dan budaya. Manfaat ekonomi ialah hasil hutan kayu dan non kayu, kebutuhan lahan dan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan manfaat ekologi dari hutan ialah keanekaragaman hayati, satwa dan habitatnya, iklim, pengatur tata air dan pencegah erosi. Untuk mendapat manfaatnya, hutan harus dikelola. Pengelolaan hutan tergantung pada fungsi dan status suatu hutan. Namun, bentuk pengelolaan hutan harus memperhatikan juga stakeholders di sekitarnya karena mempunyai kepentingan masing-masing terhadap hutan. Jika tidak, maka suatu saat kepentingan yang berbeda-beda tersebut akan bersinggungan sehingga akan menimbulkan konflik. Bila konflik ini berlangsung terus, maka akan merugikan stakeholders dan hutan sendiri. Meskipun saat ini bentuk pengelolaan hutan telah menghasilkan hal-hal positif, tetapi ada beberapa hal yang menjadi masalah yaitu tentang keseimbangan antara ekologi, ekonomi dan sosial budaya dalam pengelolaan hutan di Kabupaten Lampung Barat. Strategi dan Keberlanjutan adalah kata kunci dalam upaya pengelolaan hutan di Kabupaten Lampung Barat. Keberlanjutan juga merupakan pernyataan ideal di mana masyarakat hidup untuk menikmati kebutuhan mereka yang ramah lingkungan dan berkeadilan sosial. Dalam prakteknya, keberlanjutan lebih pada proses penerimaan, pengimplementasian dan pengembangan strategi, institusi dan tekonologi yang sesuai untuk memajukan masyarakat menuju kondisi ynag ideal Suaedi.2007. . Aspek ekologi ditekankan pada faktor-faktor kesesuaian peruntukan dan daya dukung lingkungan yang mencirikan kondisi ekologi suatu kawasan berdasarkan biogeofisik, sosial, ekonomi dari sumber daya dan lingkungan di kawasan tersebut. Aspek ekologi terkait pula dengan aspek sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat sebagai pelaku dan pengguna pemanfaat kawasan.