Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

serta partisipasi masyarakat berurutan dengan nilai prioritas 0,4, 0,4 dan 0,2. Hal ini mengindikasikan bahwa sudut pandang Dinas Kehutanan dan SDA untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, nilai estitika, hidrologis, ekowisata dan jasa lingkungan didukung oleh pemerintah daerah secara intensif. Sementara dukungan pemerintah pusat dan dunia internasional begitu tinggi dengan nilai prioritas 0,400 diimbangi dengan diversifikasi usaha dengan nilai , 0,400 dan diikuti dengan permintaan dan trend ekowisata dengan nilai prioritas 0,200. Kelemahan paling utama dengan nilai faktor prioritas sebesar 0,493 ialah Sumber Daya Manusia yang secara kuantitas kurang 1 Polisi Kehutanan menjaga 8000 hektar, idealnya 1:1000 Ha W2 hail ini diikuti belum terpadunya pengelolaan hutan yang ada antara pihak terkait, antara dinas yang program kegiatannya samaW1 dan ini diperparah dengan ketergantungan yang tinggi masyarakat terhadap hutan dengan nilai prioritas 0,196 W3. Ancaman utama dengan nilai prioritas 0,493 adalah gangguan hutan berupa penebangan liar, perambahan, pemukiman liar diikuti dengan angka kemiskinan masyarakat di sekitar hutan dengan nilai prioritas 0,311T2 serta konflik kepentingan dalam pemanfaatan SDA seperti tata batas yang belum jelas, hak kepemilikan rakyat yang belum diakomodir T3 dengan nilai prioritas 0,196. Analisis silang dari tanggapan Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Barat terlihat bahwa kelompok kekuatan dan peluang merupakan hal paling berpengaruh dalam melaksanakan kebijakan Pengelolaan Hutan Berbasis Ekologi, Ekonomi dan Sosial Budaya di Kabupaten Lampung Barat dibandingkan dua kelompok SWOT lainnya. Nilai prioritas menggambarkan kelompok kekuatan dan peluang ialah 0,31 dan ancaman 0,20 dan Kelemahan mengikuti 0,18.

4. Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Hasil analisis dari Balai Besar Taman Nasional BUkit Barisan Selatan terungkap bahwa kekuatan potensi luas hutan, keanekaragaman hayati, ekowisata dan jasa lingkungan yang besar S1 didukung oleh pemerintah daerah dalam bentuk anggaran, komitmen pelestarian alam yang memadai S3 serta partisipasi masyarakat berurutan dengan nilai prioritas 0,4, 0,4 dan 0,2. Hal ini mengindikasikan bahwa sudut pandang Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, nilai estitika, hidrologis, ekowisata dan jasa lingkungan S1 didukung oleh pemerintah daerah dengan peraturan daeran dan komitmen politik untuk melestarikan keanekaragaman hayati, hutan dan nilai estitika S2. Sementara dukungan pemerintah pusat dan dunia internasional begitu tinggi dengan nilai prioritas 0,400 diimbangi dengan diversifikasi usaha dengan nilai , 0,400 dan diikuti dengan permintaan dan trend ekowisata dengan nilai prioritas 0,200. Kelemahan paling utama dengan nilai faktor prioritas sebesar 0,493 ialah Sumber Daya Manusia yang secara kuantitas kurang 1 Polisi Kehutanan menjaga 8000 hektar, idealnya 1:1000 Ha W2 hail ini diikuti belum terpadunya pengelolaan hutan yang ada antara pihak terkait, antara dinas yang program kegiatannya samaW1 dan ini diperparah dengan ketergantungan yang tinggi masyarakat terhadap hutan dengan nilai prioritas 0,196 W3. Ancaman utama dengan nilai prioritas 0,413 adalah gangguan hutan berupa penebangan liar, perambahan, pemukiman liar diikuti konflik kepentingan dalam pemanfaatan SDA seperti tata batas yang belum jelas, hak kepemilikan rakyat yang belum diakomodir T3 dengan nilai prioritas 0,327 serta tingkat kemiskinan masyarakat di sekitar hutan dengan nilai prioritas 0,260T2. Analisis silang dari tanggapan Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan terlihat bahwa kelompok kekuatan dan peluang merupakan hal paling berpengaruh dalam melaksanakan kebijakan Pengelolaan Hutan Berbasis Ekologi, Ekonomi dan Sosial Budaya di Kabupaten Lampung Barat dibandingkan dua kelompok SWOT lainnya. Nilai prioritas menggambarkan kelompok kekuatan dan peluang ialah 0,37 dan 0,24 sedangkan kelemahan 0,19 dan ancaman 0,20.

5. BPLH