4. 3. Kondisi Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya Lampung Barat ditandai dengan adat istiadat pesisir yang masih terpelihara hingga saat ini. Lampung Barat dikenal dengan
sebutan Tanah Sai Betik atau tanah yang indah dengan tata kehidupan masyarakat dengan sistem Patrilinial, dimana harta pusaka, Gelar dan nama
Suku diturunkan menurut garis AyahBapak. Suku bangsa asli yang mendiami wilayah Kabupaten Lampung Barat berasal dari bekas Kerajaan Skala Brak yang
banyak mendapat pengaruh Sumatera Barat. Masyarakat Kabupaten Lampung Barat tergabung dalam 6 enam Kebuayan, yaitu Buay Belunguh Kenali, Buay
Pernong Batu Brak, Buay Bejalan Di Way Kembahang, Buay Nyerupa Sukau, Buay BulanNerima Lenggiring dan Buay MenyataAnak Mentuha Luas
Dari enam kebuayan tersebut di atas, hanya empat yang menjadi Raja Paksi Pak yang secara bersama-sama memerintah kerajaan Skala Brak, dan
dua Buay yang tidak memerintah yaitu Buay MenyataAnak Mentuha dan Buay BulanNerima. Buay Menyata merupakan penghuni terdahulu Kerajaan Skala
Brak. Oleh karena itu, keempat Paksi mengangkatnya sebagai Anak Mentuha atau yang dihormati, sedangkan Buay Nerima merupakan NakbarMirul anak
perempuan yang diambil orang. Karena beberapa faktor, sebagian penduduk Skala Brak berpindah
mencari daerah baru yang terbagi dalam dua arah yaitu melalui danau dan melalui pantai Pesisir. Penduduk yang mengambil jalan melalui Danau
kebanyakan keturunan Paksi Pak, sedangkan penduduk yang melalui pesisir merupakan keturunan Buay BulanNerima yang menyebar sepanjang pantai
pesisir mulai dari Krui, Kota Agung, Teluk Betung, Kalianda sampai Labuhan Maringgai.
Selain terbagi atas 6 kebuayan, di Kabupaten Lampung Barat terdapat marga-marga. Ada 20 marga di wilayah Kabupaten Lampung Barat. Wilayah
marga-marga memiliki batas yang cukup jelas antara satu marga dengan marga lainnya. Masing-masing marga tersebut di atas dipimpin oleh seorang Saibatin
Kepala Marga. Oleh karena itu, masyarakat Lampung Barat juga dikenal dengan masyarakat adat Saibatin khususnya bagi keturunan Buai Paksi Pak
dengan tujuh tingkatan Gelar yaitu: Suntan, Raja, Batin, Radin, Minak, Kimas dan Mas.
Pada zaman Belanda, tanah adat diakui sebagai tanah marga dari 20 marga yang memiliki wewenang disana. Batas Bochwessen BW, kawasan
hutan dan tanah marga dihormati oleh Pemerintah Belanda maupun masyarakat sekitarnya. Selain penduduk asli, di Kabupaten Lampung Barat, juga terdapat
penduduk pendatang Jawa, Bali, Semendo, dan lain-lain yang hidup rukun berdampingan satu sama lain. Oleh karena itu, Lampung Barat mempunyai Motto
“Beguai Jejama” yang artinya bekerja bersama bergotong royong tanpa memandang asal dan suku bangsa. Secara rinci nama marga, pusatlamban
gedung dan lokasi kecamatan disajikan pada tabel 7. dibawah ini
Tabel 7. Nama-nama Marga di Kabupaten Lampung Barat No. Marga
PusatLamban Gedung
Kecamatan
1. Suoh
Suoh Suoh
2. Liwa
Liwa Balik Bukit
3. Liwa Gedung Asin
Way Empulau Ulu Balik Bukit
4. Sukau
Buay Nyerupa Sukau
5. Belimbing
Bandar Dalam Bengkunat
6. Bengkunat
Sukamarga Bengkunat
7. Ngaras
Negeri Ratu Ngaras Bengkunat
8. Ngambur
Negeri Ratu Ngambur Pesisir Selatan
9. Tenumbang
Negeri Ratu
Tenumbang Pesisir Selatan
10. Way Napal Way Napal
Pesisir Tengah 11. Pasar Krui
Krui Pesisir Tengah
12. Ulu Krui Gunung Kemala
Pesisir Tengah 13. Pedada Penggawa V Ilir
Pedada Pesisir Tengah
14. Bandar
Penggawa V
Tengah Bandar
Pesisir Tengah 15. Laay Penggawa V Ulu
Laay
Karya Penggawa
16. Way Sindi Way Sindi
Karya Penggawa
17 Pulau Pisang
Pulau Pisang Pesisir Utara
18 Pugung Tampak
Pugung Tampak Pesisir Utara
19 Pugung Penengahan
Pugung Penengahan Lemong
20 Pugung Malaya
Malaya Lemong
Sumber: Bappeda 2007a
4. 4. Kondisi Perekonomian Daerah