Faktor Internal dan Eksternal SWOT

dengan ketergantungan yang tinggi masyarakat terhadap hutan dengan nilai prioritas 0,260 W3. Ancaman utama dengan nilai prioritas 0,413 adalah kemiskinan diikuti dengan ancaman gangguan hutan berupa penebangan liar, perambahan, pemukiman liar diikuti dengan angka kemiskinan masyarakat di sekitar hutan dengan nilai prioritas 0,327T2 serta konflik kepentingan dalam pemanfaatan SDA seperti tata batas yang belum jelas, hak kepemilikan rakyat yang belum diakomodir T3 dengan nilai prioritas 0,260. Analisis silang dari tanggapan DPRD Kabupaten Lampung Barat terlihat bahwa kelompok kekuatan dan peluang merupakan hal paling berpengaruh dalam melaksanakan kebijakan Pengelolaan Hutan Berbasis Ekologi, Ekonomi dan Sosial Budaya di Kabupaten Lampung Barat dibandingkan dua kelompok SWOT lainnya. Nilai prioritas menggambarkan kelompok peluang sebesar 0,37 dan kekuatan 0,36 sedangkan ancaman sebesar 0,14 dan kelemahan 0,13..

5.5.5 Faktor Internal dan Eksternal SWOT

Untuk memperoleh arahanlandasan strategi yang tepat dalam penjabaran dari strategi utama yang dipilih, perlu adanya identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi strategi tersebut, sehingga ketika suatu saat kebijakan digulirkan tidak menyebabkan kesalahan bagi pencipta kebijakan itu sendiri. Apabila perumusan faktor-faktor internal dan eksternal dapat dirumuskan secara tepat, sudah pasti kebijakan yang digulirkan tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Seperti yang dikemukan oleh Sun Tzu1992 dalam Rangkuti 2006 dan dalam buku Merah Sun Tzu bahwa apabila kita telah mengenal kekuatan dan kelemahan sendiri, dan mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, sudah dapat dipastikan bahwa kita akan dapat memenangkan pertempuran. Lebih lanjut konsep dasar pendekatan ini dinamakan konsep dasar pendekatan SWOT Strength, Weakness, Opportunity dan Threats. Adapun hasil identifikasi dari faktor internal dan eksternal dan skor dapat dilihat pada Tabel 20. berikut: Tabel. 20. Evaluasi faktor Internal dan Eksternal Skor NO FAKTOR-FAKTOR INTERNAL EKSTERNAL SKOR 1. 2. STRENGTH WEAKNESS 0,32 0,17 SKOR FAKTOR STRENGTH - WEAKNESS 0,15 3. 4. OPPORTUNITIES THREATS 0,30 0,20 SKOR FAKTOR OPPORTUNITIES - THREATS 0,12 Berdasarkan pada Tabel 23. didapat nilai skor Kekuatan total 0,32 dan total skor faktor internal kelemahan 0.17 yang jika dikurangi berjumlah 0,15 sedangkan Faktor Peluang dan Ancaman adalah 0,32 – 0,20 sama dengan 0,12. Dengan memadukan hasil penjumlahan faktor internal X=0,15 dan eksternal Y=0,12 pada sumbu x dan y seperti yang terlihat pada Gambar 11., maka akan dihasilkan posisi pengelolaan hutan di Kabupaten Lampung Barat saat ini berada pada kuadran I. OPPORTUNITIES THREATS WEAKNESS Internal STRENGTH Internal KUADRAN I KUADRAN III KUADRAN IV KUADRAN II Posisi Strategi Pengelolaan Hutan Di Kabupaten Lampung Barat W = 0,17 O = 0,32 0,15; 0,12 T = 0,20 S = 0,32 Gambar 11. Diagram Kuadran Strategi Operasional Pengelolaan Hutan Adapun arahan strategi operasional pengelolaan hutan di Kabupaten Lampung Barat adalah berupa strategi S-O Artinya situasi pengelolaan hutan Kabupaten Lampung Barat dan strategi operasional pengelolaan hutan di Kabupaten Lampung Barat mendukung Strategi Agresif, memanfaatkan peluang yang ada dengan mengerahkan segala kekuatan yang dimilik. FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL Kekuatan S Kelemahan W Peluang O Strategi S – O 1.Sosialisasi Nilai Ekonomi dan Manfaat Kawasan Hutan 2.Optimalisasi dukungan masyarakat dengan Strategi Agroforestry 3.Optimalisasi Potensi dengan Strategi Ekowisata 4.Gabungan dua strategi agroforestry dan ekowisata 5.Penguatan kelembagaan dan Manajemen :Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH, Review tata ruang, Koordinasi Penegakkan hukum, kapasitas SDM kehutanan, CDM,Carbon Strategi W – O 1.Melakukan perencanaan terhadap tata ruang kawasan hutan bersama instansi terkait 2.Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat 3.Mempetakan kawasan hutan Ancaman T Strategi S – T 1.Penyuluhan tentang arti hutan 2.Penegakkan hukum yang tegas namun manusiawi 3.Menyelesaikan konflik kepentingan dalam pemanfaatan SDA Strategi W – T 1.Meningkatkan koordinasi pengawasan dan penegakan hukum di bidang kehutanan 2.Penguatan lembaga masyarakat baik ekonomi maupun sosial budaya Gambar 12. Matriks Strategi Faktor Internal dan Eksternal Adapun alternatif strategi agresif adalah : 1 Strategi sosialisasi nilai ekonomi dan manfaat kawasan hutan 2 Strategi Agroforestry 3 Strategi Ekowisata 4 Strategi Gabungan antara strategi agroforestry dan ekowisata dengan memanfaatkan peluang yang ada seperti : dukungan dunia internasional terhadap kelestarian hutan dengan mekanisme penjualan karbon, REDD+ serta Memanfaatkan sumber energi :panas bumi yang ada serta tambang lainnya yang melalui studi kelayakan dan analisis dampak lingkungan yang bersih, jujur dan adil. 5 Strategi Penguatan kelembagaan dan manajemen dengan membentuk Kesatuan Pengelola Hutan KPH serta Luas Kabupaten Lampung Barat sebesar 495.040 Ha atau 13,99 dari Luas Wilayah Propinsi Lampung, dimana dari luas tersebut sekitar 323.643 ha atau 67,9 dari luas wilayah administratifnya adalah merupakan kawasan hutan. Berikut Penggunaan Lahan dan Ruang pada Tabel 1. Tabel 1. Penggunaan Lahan dan Ruang di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007 No Jenis Penggunaan Luasan ha 1 Lahan basah sawah 7.538,75 2 Permukiman 7.076,25 3 Tegalan Kebun 20.251,11 4 Ladang dan padang rumput 18.862,00 5 Perkebunan 15.356,23 6 Kolam empang 4.909,00 7 Hutan 331.842,52 8 Lain-lain 89.204,14 J U M L A H 495.040,00 Sumber : Lampung Barat dalam Angka, 2007 Baratnelayan pada 6 kecamatan pesisir lampung barat bervariasi, yang paling banyak terdapat di kecamatan Pesisir Utara sebanyak 29 kelompok dengan jumlah anggota 635 orang, dan yang paling sedikit di kecamatan Karya Penggawa yaitu sebanyak 4 kelompok dengan jumlah anggota 65 orang. Sementara di Pesisir Selatan memiliki 13 kelompok dengan jumlah anggota 273 orang, dan berada pada urutan kedua dari jumlah kelompok nelayan Tabel 25.

5.1 Analisis Kontribusi Sub Sektor Kehutanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto