2. Bappeda Kabupaten Lampung Barat
Hasil analisis dari Bappeda terungkap, bahwa potensi luas hutan, keanekaragaman, ekowisata dan jasa lingkungan yang besar S1 , dan
dukungan pemerintah kabupaten S3 sama pentingnya pada kekuatan kebijakan pengelolaan hutan berbasis ekologi, ekonomi dan sosial budaya dengan nilai
prioritas 0,4 sedangkan partisipasi masyarakat dan lembaga informal yang bergerak di kehutanan seperti Kelompok tani hutan, petaniS2 di urutan ketiga
dengan prioritas 0,2. Hal ini mengindikasikan bahwa dari sudut pandang Bappeda,
Kebijakan pengelolaan
hutan kan
dilaksanakan untuk
mempertahankan keanekaragaman hayati, memanfaatkan potensi ekowisata dan jasa lingkungan didukung kuat oleh pemerintah daerah melalui kebijakan bupati,
peraturan daerah serta tidak bisa dilupakan partisipasi masyarakat yang tinggi. Nilai prioritas sebesar 0,653 pada permintaan ekowisata dan jasa lingkungan
yang cukup besar menunjukkan faktor peluang utama. Kelemahan yang paling utama dengan nilai faktor prioritas sebesar 0,429 ialah Kuantitas dan Kualitas
SDM, sarana dan prasarana yang relatif rendah W2 dan ketergantungan masyarakat terhadap hutan yang cukup tinggi W3. Responden ini juga memilih
gangguan terhadap hutan yang cukup tinggi T1 di Kawasan Hutan Kabupaten Lampung Barat sebagai ancaman yang paling tinggi untuk melaksanakan
pengelolaan hutan berbasis ekologi, ekonomi dan sosial budaya dengan nilai faktor prioritas sebesar 0,637.
Analisis silang dari tanggapan Bappeda terungkap bahwa kelompok kekuatan dan peluang merupakan yang paling berpengaruh dalam
melaksanakan kebijakan pengelolaan hutan di Kabupaten Lampung Barat dibanding dengan dua kelompok lainnya. Nilai prioritas menggambarkan
kelompok kekuatan dan peluang ialah 0,31 diikuti oleh kelompok ancaman dengan nilai sebesar 0,23 dan kelompok kelemahan sebesar 0,21.
3. Dinas Kehutanan dan Sumber Daya Alam Kabupaten Lampung Barat
Hasil analisis dari Dinas Kehutanan dan Sumber Daya Alam Kabupaten Lampung Barat terungkap bahwa potensi luas hutan, keanekaragaman hayati,
ekowisata dan jasa lingkungan yang besar S1 didukung oleh pemerintah daerah dalam bentuk anggaran, komitmen pelestarian alam yang memadai S3
serta partisipasi masyarakat berurutan dengan nilai prioritas 0,4, 0,4 dan 0,2. Hal ini mengindikasikan bahwa sudut pandang Dinas Kehutanan dan SDA untuk
mempertahankan keanekaragaman hayati, nilai estitika, hidrologis, ekowisata dan jasa lingkungan didukung oleh pemerintah daerah secara intensif.
Sementara dukungan pemerintah pusat dan dunia internasional begitu tinggi dengan nilai prioritas 0,400 diimbangi dengan diversifikasi usaha dengan nilai ,
0,400 dan diikuti dengan permintaan dan trend ekowisata dengan nilai prioritas 0,200. Kelemahan paling utama dengan nilai faktor prioritas sebesar 0,493 ialah
Sumber Daya Manusia yang secara kuantitas kurang 1 Polisi Kehutanan menjaga 8000 hektar, idealnya 1:1000 Ha W2 hail ini diikuti belum terpadunya
pengelolaan hutan yang ada antara pihak terkait, antara dinas yang program kegiatannya samaW1 dan ini diperparah dengan ketergantungan yang tinggi
masyarakat terhadap hutan dengan nilai prioritas 0,196 W3. Ancaman utama dengan nilai prioritas 0,493 adalah gangguan hutan berupa penebangan liar,
perambahan, pemukiman liar diikuti dengan angka kemiskinan masyarakat di sekitar hutan dengan nilai prioritas 0,311T2 serta konflik kepentingan dalam
pemanfaatan SDA seperti tata batas yang belum jelas, hak kepemilikan rakyat yang belum diakomodir T3 dengan nilai prioritas 0,196.
Analisis silang dari tanggapan Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Barat terlihat bahwa kelompok kekuatan dan peluang merupakan hal paling
berpengaruh dalam melaksanakan kebijakan Pengelolaan Hutan Berbasis Ekologi, Ekonomi dan Sosial Budaya di Kabupaten Lampung Barat dibandingkan
dua kelompok SWOT lainnya. Nilai prioritas menggambarkan kelompok kekuatan dan peluang ialah 0,31 dan ancaman 0,20 dan Kelemahan mengikuti 0,18.
4. Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan