9. Kelompok Masyarakat Tani Hutan
Analisis persepsi Kelompok Masyarakat Pengelola Hutan Kabupaten Lampung Barat menunjukkan bahwa potensi hutan, keanekaragaman hayati,
ekowisata dan jasa lingkungan yang besar S1 ialah kekuatan yang berada di urutan terakhir dengan nilai prioritas 0,200 setelah partisipasi masyarakat S2
yang sama dengan kekuatan dukungan pemerintah daerah terhadap kelestarian hutanS3 masing-masing dengan nilai prioritas 0,400. Stakeholders ini merasa
faktor kelemahan yaitu ketergantungan masyarakat terhadap hutan sangat tinggi
W3 sangat penting dengan nilai prioritas 0,493 , namun ancaman yang paling utama adalah kemiskinan T2 dengan nilai prioritas 0,413 diikuti gangguan
terhadp hutan juga tinggi 0,327. Analisis faktor silang stakeholders ini menunjukkan bahwa faktor peluang
sedikit lebih besar dari faktor kekuatan yaitu 0,32 dan 0,31 namun untuk ancaman sebesar 0,21 dan kelemahan 0,14.
10. DPRD
Hasil analisis dari Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Lampung Barat terungkap bahwa potensi luas hutan, keanekaragaman hayati, ekowisata dan
jasa lingkungan yang besar S1 didukung oleh pemerintah daerah dalam bentuk anggaran, komitmen pelestarian alam yang memadai S3 serta partisipasii
masyarakat dengan nilai prioritas sama masing-masing 0,3332. Hal ini mengindikasikan bahwa sudut pandang DPRD Kabupaten Lampung Barat untuk
mempertahankan keanekaragaman hayati, nilai estitika, hidrologis, ekowisata dan jasa lingkungan didukung oleh pemerintah daerah S3 dan partisipasi
masyarakatS2 secara intensif. Sementara dukungan pemerintah pusat dan dunia internasional dengan nilai prioritas 0,333 diimbangi dengan diversifikasi
usaha dengan nilai , 0,333 dan diikuti dengan permintaan dan trend ekowisata dengan nilai prioritas yang sama pula 0,333. Kelemahan paling utama dengan
nilai faktor prioritas sebesar 0,413 ialah belum terpadunya pengelolaan hutan yang ada antara pihak terkait, antara dinas yang program kegiatannya samaW1
dilanjutkan dengan Sumber Daya Manusia yang secara kuantitas kurang 1 Polisi Kehutanan menjaga 8000 hektar, idealnya 1:1000 Ha W2 dan ini diperparah
dengan ketergantungan yang tinggi masyarakat terhadap hutan dengan nilai prioritas 0,260 W3. Ancaman utama dengan nilai prioritas 0,413 adalah
kemiskinan diikuti dengan ancaman gangguan hutan berupa penebangan liar, perambahan, pemukiman liar diikuti dengan angka kemiskinan masyarakat di
sekitar hutan dengan nilai prioritas 0,327T2 serta konflik kepentingan dalam pemanfaatan SDA seperti tata batas yang belum jelas, hak kepemilikan rakyat
yang belum diakomodir T3 dengan nilai prioritas 0,260. Analisis silang dari tanggapan DPRD Kabupaten Lampung Barat terlihat
bahwa kelompok kekuatan dan peluang merupakan hal paling berpengaruh dalam melaksanakan kebijakan Pengelolaan Hutan Berbasis Ekologi, Ekonomi
dan Sosial Budaya di Kabupaten Lampung Barat dibandingkan dua kelompok SWOT lainnya. Nilai prioritas menggambarkan kelompok peluang sebesar 0,37
dan kekuatan 0,36 sedangkan ancaman sebesar 0,14 dan kelemahan 0,13..
5.5.5 Faktor Internal dan Eksternal SWOT