Identifikasi Stakeholders Klasifikasi Faktor-faktor Keputusan

Ini pun dengan belum efektifnya pola pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah yang disebabkan karena keterbatasan sumber daya manusia :rasio polisi kehutanan dengan luas hutan yang harus dijaga 1: 8000 ha, penyuluh kehutanan seluruhnya berada di Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Perkebunan dan Kehutanan BP4K Kabupaten Lampung Barat, belum lagi penegakkan hukum yang belum optimal karena penuh dengan kepentingan politis dan koordinasi yang kurang antar instansi terkait penegakkan hukum.

5.5 Analisis Kebijakan dan Posisi Pengelolaan Hutan

di Kabupaten Lampung Barat dengan Analisis SWOT Dalam rangka mewujudkan pengelolaan kehutanan yang optimal dan berkelanjutan di Kabupaten Lampung Barat serta untuk merumuskan berbagai kebijakan serta program strategi, maka perlu dilakukan analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal dengan menggunakan metode SWOT. Metode ini mengkaji kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam bidang perikanan dan kelautan serta strategi yang dapat dilakukan di pesisir Lampung Barat. Lingkungan strategis yang dapat dianalisis terdiri dari lingkungan internal yaitu Kekuatan Strength dan Kelemahan Weakness serta lingkungan eksternal yaitu Peluang Opportunity dan ancaman Threat. Dalam mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal perlu diinventarisir kunci-kunci keberhasilan pembangunan Key Success Faktor KSF. Dalam rangka memformulasikan strategi kebijakan ini di Hutan Lindung, HPT, Taman Nasional di Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung digunakan metode SWOT dan AHP. Metode ini terdiri dari beberapa langkah yaitu identifikasi stakeholders yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan klasifikasi serta evaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan Kurttila et al.2000 dalam Farma Yuniandra.2007

5.5.1 Identifikasi Stakeholders

Formulasi strategi kebijakan pengelolaan hutan di Kabupaten Lampung Barat tergantung pada beberapa faktor, yaitu sosial ekonomi masyarakat, ekologi dan sebagainya. Hal ini berimplikasi, bahwa penting untuk mendapatkan informasi dari berbagai stakeholders untuk mendapatkan kunci jawaban dari permasalahan pengelolaan hutan. Pengklasifikasian stakeholders berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya dalam suatu pengelolaan merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi peluang partisipasi dan kemungkinan resiko yang dapat ditimbulkan oleh stakeholders tertentu. Tingkat kepentingan berkaitan dengan dampak yang akan diterima oleh stakeholders yaitu semakin besar dampak yang akan diterima oleh stakeholder, maka semakin tinggi tingkat kepentingannya. Sedangkan pengaruh mengidentifikasikan kemampuan stakeholders untuk mempengaruhi keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu pengelolaan Hermawan et al.,2005. Berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya, stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan hutan di Kabupaten Lampung Barat yaitu: a. Primer langsung ialah stakeholders yang terlibat dan atau memperoleh dampak langsung. b. Primer tidak langsung ialah stakeholders yang terlibat secara tidak langsung tetapi memperoleh dampak langsung. c. Sekunder ialah stakeholders yang tidak terlibat langsung dan tidak memperoleh dampak secara langsung. Kepentingan, pengaruh dan peluang partisipasi stakeholders dalam pengelolaan hutan di Kabupaten Lampung Barat terlihat pada Tabel 18 berikut Tabel 18. Tingkat Kepentingan Pihak Terkait Primer Langsung Primer tidak langsung Sekunder Dishut dan SDA BB-TNBBS KMPH BAPPEDA Dinas Pertanian Dinas Pariwisata BPLH Dinas Pendapatan PDAM Pencinta Alam Badan Pemberdayaan Masyarakat Badan Ketahanan Pangan LSM Universitas TNI Polri

5.5.2 Klasifikasi Faktor-faktor Keputusan

Menurut Shrestha et al.2004 dalam Farma Yuniandra 2007, identifikasi dan klasifikasi faktor-faktor keputusan dilakukan dengan studi pustaka, survey lapangan, FGD. Namun karena keterbatasan peneliti hanya dilakukan studi pustaka yang mendapatkan 12 faktor keputusan dan kemudian diletakkan pada masing-masing kelompok SWOT seperti Tabel 19. berikut: Tabel 19 . Faktor Internal dan Eksternal SWOT yang mempengaruhi strategi kebijakan pengelolaan hutan di Kabupaten Lampung Barat No STRENGTHS 1. 2. 3. Luas,keragaman kawasan hutan di Kabupaten Lampung Barat : HL, HPT,TN, CAL Fungsi hidrologis,ekonomi, Sosbud PLTA Way Besai dan Potensi Keanekaragaman hayati yang tinggi, Ekowisata dan jasa lingkungan:Air Terjun Partisipasi masyarakat dan lembaga informal yang tinggi Dukungan dasar hukum yang kuat pemda baik aturan dan kebijakan:Kab Konservasi, SK Bupati , Perda Pengelolaan SDA WEAKNESS 1. 2. 3. Belum ada keterpaduan dalam pengelolaan hutanSDA, kurangnya koordinasi instansi terkait dalam penegakkan hukum, aspek pengelolaan Kuantitas,Kualitas SDM, sarana dan prasarana yang belum memadai Ketergantungan masyarakat terhadap hutan yang tinggi OPPORTUNITIES 1. 2. Permintaan ekowisata dan jasa lingkungan yang cukup besar Diversifikasi usaha dan pendapatanan 3. masyarakat:Optimalisasi hasil hutan non kayu Regulasi dan Dukungan pemerintah pusat :GNRHL, Hkm serta dukungan LSM dan dunia internasional terhadap kelestarian hutan tinggi : Proyek pemberdayaan,Carbon, CDM THREATS 1. 2. 3. Tinggginya intensitas gangguan hutan : penebangan liar, perambahan pemukiman, satwa liar,perburuan liar, Kondisi sosial:pendidikan, laju pertumbuhan penduduk, ketersediaan lahan dan ekonomi miskin Rawan konflik pemanfaatan dan kepentingan : konflik masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan negara Pada dasarnya sangat baik untuk memperhitungkan sebanyak mungkin faktor, namun jumlah perbandingan berpasangan dalam AHP akan meningkat secara eksponensial dengan jumlah faktor. Oleh karena itu, untuk menjaga agar perbandingan berpasangan tidak terlalui banyak, peneliti hanya menggunakan tiga faktor pada masing-masing kategori SWOT.

5.5.3 Penjabaran Faktor Internal dan Eksternal