2 masyarakat dapat memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan peraturan yang berlaku, mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan
hasil hutan, memberi informasi, saran, serta pertimbangan dalam pembangunan kehutanan dan melakukan pengawasan, 3berhak memperoleh kompensasi
karena hilangnya akses atau ha katas tanah miliknya. Dalam pengelolaan hutan isu pokok yang sering muncul adalah adanya
gangguan terhadap hutan terutama pencurian kayu, perambahan, gangguan perburuan liar dan gangguan satwa liar. Faktor-faktor yang meyebabkan
gangguan terhadap hutan adalah : 1. Pendapatan yang diperoleh relatif tinggi dan caranya mudah.
2. Rantai pemasaran yang rendah, sehingga petani hutan kurang akses ke pasar.
3. Keterbukaan wilayah yang tinggi 4. Alternatif lapangan kerja yang terbatas.
LandasanDasar Hukum pengelolaan hutan adalah UUD RI tahun 1945, UU Nomor 41 tahun 1999 yang telah diubah menjadi UU Nomor 19 Tahun 2004,
Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 18 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan yang mengukuhkan Kabupaten
Lampung Barat sebagai Kabupaten Konservasi.
2.2.3 Konflik Pengelolaan Sumberdaya
Suporaharjo 1999 menyatakan bahwa konflik merupakan benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang disebabkan oleh adanya perbedaan nilai,
status, kekuasaan, dan kelangkaan sumberdaya .Dengan kata lain konflik terjadi karena adanya beda kepentingan antar individu yang satu dengan yang lain
antar individu, antar kelompok individu. Ada tiga hal yang merupakan acuan menjadi penyebab konflik yakni :
1. Ketidakadilan akses kontrol berbagai kelompok sosial terhadap tanahlahan dan kekayaan alam
2. Ketidakadilan pemanfaatan tanah dan kekayaan alam, terutama perihal berbagai usaha dan organisasi serta kehidupan di atas tanahlahan dan
3. Pemusatan pengambilan keputusan berkenaan dengan akses dan kontrol serta pemanfaatan tanah dan kekayaan alam Maliket al, 2003
2.2.5 Analisis SWOT
Menurut Salusu 1996 analisis SWOT adalah analisis yang mencoba mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
organisasiperusahaan. Analisis tersebut didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan Strength dan peluang Opportunities namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weakness dan ancaman Threats
2.2.6 Analytical Hierarcy Proces AHP
Metode ini dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton Schooll of Bussines yang juga seorang ahli matematika dari Universitas Pittsburg pada
tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai Saaty, 1983 dalam Marimin 2004. Metode
pemecahan masalah menggunakan AHP dalam bahasa Indonesia Proses Hirarki Analitik PHA memiliki ciri khas yaitu dipakainya hirarki untuk menguraikan
sistem yang kompleks menjadi elemen-elemen yang lebih sederhana. Pada awalnya ditujukan untuk memodelkan sejumlah problem yang tidak berstruktur
,baik di bidang ekonomi, sosial, dan sains manajemen. Metode PHA memasukkan aspek kualitatif dan kuantitatif pikiran manusia, dimana aspek
kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat Ramdan. 2001.
PHA merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem. Pada penyelesaian persoalan dengan PHA ada
beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain: a. Dekomposisi, setelah mendefinisikan permasalahan atau persoalan yang
akan dipecahkan, maka dilakukan dekomposisi, yaitu: memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika menginginkan hasil yang akurat,
maka dilakukan pemecahan unsur-unsur tersebut sampai tidak dapat dipecah lagi, sehingga didapatkan beberapa tingkatan persoalan.
b. Comparative Judgement, yaitu membuat penilaian tentang kepentingan relatif di antara dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitannya dengan
tingkatan di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari PHA, karena akan berperngaruh terhadap prioritas elemen-elemen yang disajikan dalam bentuk
Matriks Pairwise Comparison. c. Synthesis of Priority, yaitu melakukan sintesis prioritas dari setiap matriks
Pairwise Comparison “vector eigen” ciri-nya untuk mendapatkan prioritas
lokal. Matriks Pairwise Comparison terdapat pada setiap tingkat, oleh karena itu untuk melakukan prioritas global harus dilakukan sintesis di antara prioritas
lokal. d. Logical Consistency, yang dapat memiliki dua makna, yaitu 1 obyek-obyek
yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keseragaman dan relevansinya; dan 2 tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria
tertentu. Menurut Suryadi 2000 dalam Sahwan 2002 dalam Nurul Fajri 2006
kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah : 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, pada
sub kriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validasi sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambilan k eputusan. 4. Mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi objektif dan
multi kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dalam setiap elemen dalam hirarki.
2.2.7 Tekhnik A’WOT