pemanfaatan jenis HHBK hewani selama ini masih terbatas pada beberapa jenis hewan dan fokus pengelolaannya masih berorientasi untuk keperluan konservasi
Surat Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial tentang Arahan Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu.
Hasil hutan baik berupa kayu dapat memberikan nilai ekonomis yang tinggi. Nilai ekonomis ini membuat pengelolaan hutan lebih menitikberatkan pada
produk kayu. Bahkan eksploitasi hutan pun dapat terjadi karena keuntungan yang dapat diraih dari hasil hutan kayu memberikan devisa bagi Negara. Hasil hutan
bukan kayu pun memiliki nilai ekonomis. Namun jika dibandingkan, tentu saja hasil hutan berupa kayu dinilai lebih menguntungkan daripada hasil hutan bukan
kayu. Walau demikian, hasil hutan bukan kayu terbukti lebih bernilai dibandingkan hasil kayu dalam jangka panjang Balick dan Mendelsohn 1992
dalam Oka dan Achmad 2005
2.2.2 Komersialisasi Hasil Hutan Bukan Kayu
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu merupakan salah satu alternatif pemanfaatan hutan dari yang memiliki keunggulan komparatif. Pengembangan
HHBK diharapkan dapat menekan penurunan fungsi hutan akibat pemanfaatan hasil hutan berupa kayu yang kurang mempertimbangkan aspek-aspek
pemanfaatan lestari Nurapriyanto et al 2005. Menurut Wollenberg dan Ingles, 1999, HHBK lebih banyak dimanfaatkan untuk mensuplai pendapatan
rumahtangga masyarakat lokal hutan serta sebagai cadangan pangan. Bersamaan dengan konsumsi yang semakin meningkat terhadap produk hutan, aktivitas untuk
masyarakat lokal dalam memanfaatkan hasil hutan untuk mendapatkan pendapatan dari pemasaran hasil hutan pun banyak dilakukan.
Kelompok HHBK mencakup berbagai jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan untuk kepentingan rumahtangga maupun perdagangan. Nilai hasil
hutan bukan kayu juga berpotensi membuka pasar baru bagi produk hasil hutan dan cukup memiliki nilai untuk dikomersialisasikan Neumann dan Hirsch 2000.
Salah satunya produk dari aren, seperti gula aren dan produk turunannya. Aren merupakan salah satu hasil hutan non kayu dari kelompok karbohidrat dan buah-
buahan Peraturan Menteri Kehutanan No 35 Tahun 2007. Produk dari aren ini
dimanfaatkan masyarakat lokal sebagai salah satu sumberdaya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Beberapa masyarakat lokal
hutan yang ada di Indonesia masih mengelola hasil hutan secara tradisional, salah satunya masyarakat Kasepuhan di Jawa Barat.
Dalam laporan CIFOR Kusters dan Belcher 2004. disimpulkan bahwa semakin banyak HHBK yang dieksploitasi untuk mata pencaharian, maka akan
semakin sedikit kontribusinya bagi konservasi hutan. Pemungutan yang dilakukan secara komersial cenderung akan mengakibatkan kepunahan. Sebaliknya,
produksi HHBK menimbulkan dampak konservasi yang positif pada skala tata ruang dengan menyediakan alternatif kegiatan pertanian dan penggunaan lahan
lainnya yang lebih ramah lingkungan.
2.3 Penguasaan dan Akses Sumberdaya Hutan