tidak bisa menyadap pohon tersebut, sehingga ia menjualnya kepada orang lain. Alasan lainnya yaitu karena lokasi pohon aren tersebut jauh dari tempat tinggal si
pemilik. Seperti yang dikemukakan oleh Pak JT 60 tahun: “Sebenarnya saya mempunyai banyak pohon aren yang tumbuh
sendiri di kebun milik saya. Hanya saja, saya tidak menyadap pohon aren tersebut sehingga saya menyuruh adik saya untuk menyadap
pohon tersebut. Lagipula pohonnya ada di kampung sebelah, jadi saya suruh adik saya saja yang nyadap.
”
5.3 Aturan-Aturan dalam Pemanfaatan Sumberdaya
Sebagai masyarakat adat yang masih memegang teguh nilai-nilai adat dan budayanya, masyarakat Kasepuhan memiliki tata cara berinteraksi dengan alam,
terutama dalam kegiatan bercocok tanam seperti aturan-aturan dalam pengelolaan dan pemanfaatan hasil pertanian dan hutan. Untuk pertanian sendiri, masyarakat
Kasepuhan memiliki aturan dalam menjalankan pertanian. Mereka tidak hanya menjadikannya sebagai usaha memenuhi kebutuhan hidup, tetapi dijadikan
sebagai bentuk kesadaran dalam menjalankan aturan adat yang memang harus dipatuhi. Bertani atau ngahuma merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh
setiap anggota masyarakat Kasepuhan. Selain itu, sebagian besar masyarakat juga menanam padi dengan sistem sawah. Sawah tadah hujan merupakan sawah yang
banyak ditemukan di Desa Sirna Resmi karena mereka mengandalkan air hujan sebagai sumber air bagi tanaman padi mereka.
Kegiatan ngahuma dijalankan dengan bersungguh-sungguh dan masih terikat dengan ritual-ritual tertentu dari mulai penanaman sampai dengan
pemanenan. Untuk kegiatan ngahuma sendiri dimulai dari nyacar sampai seren taun, sedangkan untuk kegiatan di sawah dimulai dari ngababad membersihkan
lahan sampai ngaleuit memasukkan padi ke dalam lumbung. Hasil dari padi yang mereka peroleh digunakan untuk kebutuhan pangan masing-masing keluarga
atau rumah tangga selama satu tahun. Aturan adat melarang masyarakat Kasepuhan menjual hasil padi mereka. Namun, ada beberapa anggota masyarakat
yang menjual padinya walaupun sedikit untuk menambah pendapatan dengan syarat jumlah padi yang mereka miliki ada kelebihan dan kebutuhan pangan
mereka untuk satu tahun dapat terpenuhi.
5.4 Aturan Adat dalam Pemanfaatan Aren
Setiap penyadap aren di Desa Sirna Resmi memiliki mata pencaharian utama sebagai petani, terlepas dari status mereka apakah memiliki lahan sawah
atau huma atau tidak memiliki lahan sawah atau huma
4
. Aren tumbuh sendiri di kebun talun karena adanya bantuan musang. Terkait dengan pemanfaatan pohon
aren, terdapat aturan adat yang harus dipatuhi oleh masyarakat Kasepuhan, antara lain:
1. Sebelum memanfaatkan pohon aren, perlu menguasai doa-doa mantra. Seorang pemanjat pohon aren harus memahami sisi gaib pohon itu. Berbagai
mantra harus dibacakan ketika hendak memanjatnya. Begitu pula ketika pohon aren akan ditebang. Masyarakat mempercayai, apabila menebang
pohon aren tanpa membacakan mantra-mantra terlebih dahulu, niscaya kabendon kutukan dari karuhunsesepuh terdahulu dapat menimpa si
penebang. 2. Aren tidak bisa disadap oleh sembarang orang. Menurut kepercayaan
masyarakat Kasepuhan, hanya orang-orang yang bertangan dingin yang dapat menyadap aren. Jika aren disadap oleh orang yang bertangan panas, maka air
nira akan berkurang bahkan tidak akan keluar lagi. 3. Penyadap aren harus memiliki hati yang bersih, dan ketika melakukan
penyadapan harus dilakukan dengan hati yang senang atau suasana hati yang baik. Ketika penyadap aren sedang menghadapi masalah, sebaiknya tidak
melakukan penyadapan karena pohon aren bisa ―marah‖. Pohon aren yang marah biasanya akan mandul atau tidak akan mengeluarkan air niranya lagi.
4. Penyadap aren tidak boleh menjual air nira dalam bentuk cair atau mentah melainkan harus dalam bentuk gula aren. Salah seorang responden, AR 60
tahun, mengaku pernah mendapatkan kabendon. Saat itu, air nira yang dihasilkan pohon arennya hanya sedikit. Untuk mengolahnya menjadi gula
aren pun tidak seberapa hasilnya. Beliau pun menjual air nira tersebut di Pelabuhan Ratu. Ternyata keesokan harinya beliau tidak dapat berbicara, dan
hal tersebut terjadi selama dua hari. Setelah menyadari bahwa itu bentuk
4
Petani yang tidak memiliki lahan biasanya mendapatkan padi dari hasil bekerja sebagai buruh tani.
kutukan karena melanggar aturan adat, maka beliau mendatangi ‗orang pintar‘. Pak AR pun harus melakukan syukuran untuk pembersihan atau
beberes agar kutukankabendon tersebut hilang. Aturan-aturan ini bersifat tidak tertulis dan kebanyakan penyadap aren
masih meyakini bahwa dengan mematuhi aturan tersebut maka pohon aren yang mereka miliki akan terus membawa berkah bagi masyarakat Kasepuhan.
5.5 Ekstraksi dan Produksi Aren