sembarang orang. Pergantian kepemilikan pohon lebih banyak ditemukan di Dusun Cimapag. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah seorang
informan, jumlah pohon yang banyak membuat pemilik pohon tidak bisa menyadap seluruh pohon yang dimilikinya, baik pemilik tersebut memiliki
maupun tidak memiliki keahlian menyadap aren sehingga ia memutuskan untuk menjual pohon yang ia miliki.
6.2.2 Perubahan Peran Perempuan dalam Produksi aren
Dahulu masih ada pembagian kerja dalam pengolahan nira menjadi gula aren, dimana kepala keluarga atau anggota keluarga laki-laki menyadap aren, dan
istri atau ibu memasak nira dan membungkus gula aren di rumah. Namun, saat ini pembagian kerja tersebut sudah tidak lagi ditemukan karena para ibu atau istri
lebih banyak bertugas untuk memasak makanan di dapur dan mengurus rumahtangga sehingga peran untuk memasak nira kini dilakukan oleh penyadap
langsung di imah gula yang letaknya tak jauh dari talun. Savitri 2007 manyatakan bahwa di beberapa budaya dan etnis, kaum perempuan memiliki
pengetahuan khusus dalam bertani, pengobatan, dan manajemen sumberdaya merupakan sesuatu yang khusus bagi mereka. Perbedaan bentuk pengetahuan ini
berkaitan dengan peranan gender yang terbentuk karena aturan adat. Kaum laki- laki dan perempuan melakukan aktivitasnya sehari-hari, dan mereka
mengakumulasikan pengetahuan
mereka diberbagai
bidang dan
mengembangkannya keahlian mereka di bidang yang berbeda-beda. Setelah
masyarakat mulai
mengenal gula
semut dan
mengkomersialisasikannya, peran perempuan dalam pengolahan gula aren semakin berkurang. Perempuan yang dulu memiliki peran dalam proses memasak
dan membungkus gula aren, sekarang tidak lagi dilakukan. Penyebabnya adalah karena kaum perempuan tidak memiliki pengetahuan dalam pengolahan gula
semut, disamping termpat memasak gula yang letaknya jauh dari rumah. Hal ini menandakan bahwa komersialisasi komoditi gula aren membuat pengolahan gula
aren lebih banyak dilakukan oleh kaum lelaki karena bidang pengetahuan yang mereka miliki, baik keahlian secara spritual dalam pemanfaatan aren maupun
pengetahuan nilai ekonomi dari gula aren itu sendiri setelah berkembangnya komersialisasi gula semut di masyarakat Kasepuhan transfer knowledge.
Peranan perempuan dalam pembuatan gula cetak memang masih ada walaupun jumlahnya hanya sedikit dan sudah tidak banyak ditemukan. Namun, hal tersebut
menjadi pengecualian jika ada acara-acara adat yang skalanya cukup besar. Setiap ada pelaksanaan acara-acara adat dalam skala besar, kaum perempuan, atau
canoli
5
memiliki peranan penting dalam proses memasak di imah gede. Komersialisasi gula aren ini juga mengarah kepada spesialisasi ekonomi.
Penyadap aren memang merupakan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Namun, dengan adanya komersialisasi gula semut ini membuat
jumlah para penyadap aren yang semakin bertambah dan perkembangan teknologi dalam pengolahan nira dimana para penyadap lebih memilih mengolah nira
menjadi gula semut dibandingkan menjadi gula cetak. Kemudian hal ini berlanjut pada peningkatan efisiensi dan produktivitas yang semakin tinggi, yang
ditunjukkan dengan adanya kegiatan jual-beli pohon aren yang ditemukan di salah satu kampung serta sistem bagi hasil atau maro yang dilakukan di masyarakat
Kasepuhan. Dari segi skala usaha, komersialisasi tidak mengubah skala usaha pengolahan gula aren itu sendiri karena sejak dahulu sampai saat ini, proses
pengolahan nira menjadi gula aren masih dilakukan dalam skala kecil, yaitu skala rumahtangga.
Anwar 1998 dalam Kay 2003 menyatakan bahwa penentuan pilihan kelembagaan yang tepat akan mengatur penggunaan atau alokasi sumberdaya
secara efisien, adil, dan merata serta aktivitas ekonomi yang berkelanjutan. Langkah awal yang diambil dapat melalui pembagian pekerjaan sehingga setiap
pekerja dapat bekerja secara profesional dengan produktivitas tinggi. Peningkatan pembagian kerja selanjutnya akan mengarah pada spesialisasi ekonomi,
sedangkan spesialisasi yang berlanjut akan mengarah pada peningkatan efisiensi dan produktivitas yang semakin tinggi. Spesialisasi ini dilakukan oleh kaum lelaki
yang memang mampu menyadap aren dan memiliki akses terhadap pohon aren, baik memiliki pohonnya maupun menyadap pohon yang dimiliki orang lain
dengan cara memaro atau dengan membeli pohon aren. Jika dikaitkan dengan penjualan pohon aren yang terjadi di Dusun Cimapag, dapat dikatakan bahwa
5
Tukang yang bertugas memasak di imah gede yang langsung bertanggungjawab kepada ambu istri abah.
perpindahan kepemilikan aren ini merupakan salah satu upaya awal yang dilakukan untuk mengatur alokasi penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya agar
lebih efisien. Pemilik pohon menilai bahwa pohon aren yang masih berproduksi lebih baik dijual kepada pihak lain yang memang dapat memanfaatkan pohon aren
tersebut daripada hanya didiamkan saja tumbuh di kebun talunnya. Begitu pula dengan pemilik pohon yang memarokan pohonnya epada orang lain. Mereka lebih
memilih pohonnya disadap orang lain dan menghasilkan untuk orang lain daripada pohon tersebut didiamkan begitu saja padahal pohon tersebut berpotensi
menghasilkan banyak gula aren.
6.3 Peranan Aren bagi Pendapatan Rumahtangga