34 transparan serta meningkatkan hak-hak investor terhadap pelayanan di bidang penanaman
modal. Dalam perjalananannya Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2007 ditindak
lanjuti dengan keluarnya Peraturan Gubernur Nomor 53 Tahun 2008 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP Penanaman Modal yang
memberikan kewenangan kepada BPM dan PKUD Propinsi DKI Jakarta untuk menyelenggarakan dan mengelola semua jenis pelayanan perijinan dan non perijinan
dalam rangka penanaman modal. Pelayanan non perijinan terdiri dari surat keterangan domisili, akte pendirian perusahaan, pengesahan badan hukum, NPWP, rekomendasi
untuk mendatangkan tenaga kerja asing, sedangkan perizinan penanaman modal terdiri dari izin usaha sementara, Surat Persetujuan Penunjukan Penggunnaan Tanah SP3L,
Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah SIPPT, keterangan status tanah, Izin Undang– Undang Gangguan UUG, Analisa Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL, Angka
Pengenal Importir Terbatas APIT dan Ijin Kerja Tenaga Asing IKTA. Ijin–ijin tersebut dilaksanakan secara paralel. Penyelenggaraan PTSP harus memperhatikan prinsip-prinsip
kesederhanaan, yaitu prosedur pelayanan harus dilaksanakan secara mudah, cepat, tepat, lancar, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan
Sejak keluarnya Undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijaksanaan guna menciptakan iklim investasi
yang sehat, berupa pemberian fasilitas, kemudahan-kemudahan, keringanan dan insentif bagi investor. Penciptaan iklim usaha yang sehat tersebut ditujukan untuk semakin
meningkatkan peran serta baik usaha negara, usaha kecil menengah dan koperasi maupun usaha swasta, sehingga diharapkan akan tercipta struktur ekonomi yang lebih kokoh dan
saling menunjang, mendorong pertumbuhan ekonomi, memperluas pemerataan pembangunan, memperluas kesempatan berusaha dan meningkatkan lapangan kerja.
2.4 Perilaku AparaturPetugas dalam Sistem Pelayanan
Aparatur pemerintahpetugas yang mendapatkan kepercayaan untuk melayani investor baik secara langsung, maupun tidak langsung perlu menyadari bahwa dirinya
dituntut untuk memahami sosok birokrataparat pelayanan yang dapat memberikan pelayanan yang berkualitas :
1. Sensitif dan responsif terhadap peluang dan tantangan yang dihadapi
35 2. Dapat mengembangkan fungsi instrumental dengan melakukan terobosan melalui
pemikiran yang inovatif dan kreatif 3. Berwawasan futuris dan sistemik sehingga resiko yang bakal timbul akan
diminimalisir 4. Berkemampuan dalam mengoptimalkan sumber daya yang potensial.
Penerapan sistem kualitas pelayanan yang berfokus pada investor dapat berhasil guna apabila lebih awal dipahami hambatan yang dihadapi. Salah satu hambatan yang
selama ini dialami adalah ketidakpedulian aparatur petugas dalam menerapkan sistem kualitas pelayanan yang mengarah pada kepuasan investor.
Ketidakpuasan pihak yang dilayani seringkali disebabkan karena keterbatasan kemampuan aparaturpetugas pelayan yang bertugas melayani. Selain itu, mungkin juga
karena petugas tersebut tidak memberikan pelayanan sepenuh hati kepada investor yang dilayani, sehingga diantaranya timbul gap yang menciptakan hambatan-hambatan pada
pelayanan yang dikembangkan dalam management kualitas, adalah : 1. Ketiadaan komitmen dari pimpinanmanajemen
2. Ketiadaan pengetahuan atau kekurang pahaman tentang manajemen kualitas bagi petugas yang bertugas melayani
3. Ketidakmampuan petugas merubah kultur yang mempengaruhi kualitas pelayanan kepada investor.
4. Ketidaktepatan perencanaan kualitas yang dijadikan pedoman dalam melayani investor.
5. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan terus menerus belum optimal. 6. Ketidakmampuan membangun”learning organization”, learning by the individuals”
dalam organisasi. 7. Ketidaksesuaian antara struktur organisasi dan kebutuhan
8. Ketidakcukupan sumber daya 9. Ketidaktepatan system penghargaan dan balas jasa bagi petugas
10. Ketidaktepatan mengadopsi prinsip-prinsip manajemen kualitas kedalam organisasi 11. Ketidaktepatan dalam memberikan perhatian pada investor baik internal maupun
eksternal 12. Ketidaktepatan dalam pemberdayaan empower dan kerja sama team work.
Keberhasilan penerapan system kualitas pelayanan dalam organisasi menurut Gaspersz adalah sangat dipengaruhi oleh dua hal pokok, 1 keinginan besar managemen
dari puncak untuk menerapkan prinsip-prinsip kualitas dalam organisasi, dan 2 prinsip-
36 prinsip kualitas itu diakomodasikan ke dalam system manajemen kualitas. Oleh karena
itu, manajemenpimpinan dituntut bertanggung jawab menerapkan kebijaksanaan pada kualitas pelayanan sehingga memberikan output bagi kepuasan pelanggan.
Berdasarkan pandangan diatas, maka dengan terdapatnya unsur dilaksanakannya evaluasi kebijaksanaan didalamnya, menuntut adanya mekanisme dan prosedur
institusional dimana kewenangan yang lebih tinggi superior mampu menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi pelaksanaan subordinat untuk melaksanakan
program-program secara konsisten sesuai dengan sasaran program dan diharapkan dapat memberikan hasil sesuai dengan tujuan, sehingga dapat dirumuskan sebagai serangkaian
proses penghantaran delivery of services system untuk mencapai tujuan dan sasaran kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain yang ingin dicapai dari dilaksanakannya kualitas pelayanan adalah mengembalikan citra perilaku aparatur Pemerintah yang merupakan kepeduliannya
terhadap pelayanan yang diberikan aparatur guna mengesampingkan akibat birokrasi yang kaku dan berbelit-belit yang selama ini dirasakan investor.
37
III. METODE KAJIAN
3.1 Kerangka Pemikiran