Konsep Kesejahteraan TINJAUAN PUSTAKA

terberdayanya masyarakat dengan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, tanggap dan terbuka terhadap informasi, akan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.

2.2. Konsep Kesejahteraan

Secara umum kesejahteraan dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan primernya basic needs berupa sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Tapi definisi kesejahteraan dapat juga merupakan tingkat aksesibilitas seseorang dalam kepemilikan faktor-faktor produksi yang dapat dimanfaatkan dalam suatu proses produksi dan ia memperoleh imbalan bayaran compensations dari penggunaan faktor-faktor produksi tersebut. Semakin tinggi seseorang mampu meningkatkan pemakaian faktor-faktor produksi yang ia kuasai maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan yang diraihnya. Demikian pula sebaliknya, orang menjadi miskin karena tidak punya akses yang luas dalam memiliki faktor-faktor produksi walaupun faktor produksi itu adalah dirinya sendiri. Kemiskinan dan kesejahteraan ibarat dua sisi mata uang yang tidak terlepas di mana pun diletakkan. Pada dasarnya pembangunan kesejahteraan rakyat haruslah ditujukan untuk membangun kehidupan penduduk yang bermartabat, berkualitas secara berkelanjutan, antara lain menyangkut akses penduduk khususnya penduduk miskin terhadap pemenuhan hak dasar atas pangan, kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, air bersih, pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, perlindungan hak atas tanah, rasa aman, serta kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pembangunan. Selain itu, pemenuhan hak dasar penduduk dimaksud juga dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah yaitu untuk percepatan pembangunan perdesaan, revitalisasi pembangunan perkotaan, pengembangan kawasan pesisir serta percepatan pembangunan daerah tertinggal Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2005. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan rakyat, masyarakat Indonesia mempunyai keanekaragaman geografi, budaya, sosial, agama dan ekonomi sehingga apabila tidak dikelola dan diatur keterwakilannya secara proporsional, sinergis dan emansipatoris dapat menjadi kendala di kemudian hari. Aspirasi masyarakat dari negara maju terhadap isu-isu anti diskriminasi di berbagai bidang, kesamaan persamaan hak, serta demokratisasi telah menjadi tuntutan masyarakat global yang harus diakomodasi secara bijaksana. Oleh karena itu, dalam kemajuan kebudayaan yang semakin meningkat intensitas dan ekstensitasnya karena proses globalisasi, maka penanganan solusi masalah kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat haruslah berbasis kepada ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi. Untuk itu pemilikan pengetahuan dan kemampuan mengaplikasikan dalam urusan kehidupan sehari-hari secara tepat dan benar melalui berbagai lembaga pendidikan dan mengoptimalkan pranata-pranata sosial dan keagamaan perlu dilakukan untuk mengantisipasi kepentingan bangsa di masa depan menjadi bangsa yang tangguh, yang berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Sedangkan untuk membangun kesejahteraan rakyat melalui pemberdayaan potensi-potensi masyarakat, maka realitas kehidupan berbudaya dan beragama masyarakat Indonesia di tingkat akar rumput perlu diberdayakan dan didukung dengan upaya yang serius, sehingga menjadi lebih produktif dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin, termasuk untuk mengurangi kemiskinan agar tidak menjadi rawan untuk diprovokasi berbagai kepentingan kelompok yang dapat menimbulkan konflik. Beberapa kejadian menunjukkan suatu kondisi yang nampak baik, tiba-tiba mengalami kejadian yang menyebabkan statusnya menjadi buruk, seperti munculnya kejadian polio, flu burung, malaria, busung lapar, demam berdarah, yang baru-baru ini terjadi di masyarakat yang disebabkan antara lain lemahnya jaringan pelayanan kesehatan masyarakat seperti tidak aktifnya kegiatan Posyandu, PKK, ketidaksiapan aparat pemerintah, keterbatasan sarana dan prasarana Bappenas, 2006. Beberapa indikator menunjukkan masih rendahnya kesejahteraan rakyat serta faktor-faktor yang memperburuk kondisi kesejahteraan rakyat, antara lain dapat diungkap secara garis besarnya adalah : 1. Tingkat pendapatan yang masih rendah; 2. Pengangguran yang masih tinggi; 3. Biaya hidup yang tinggi dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin sulit dipenuhi oleh masyarakat lapisan bawah; 4. Kurangnya penghayatan, pengamalan, pengembangan nilai keagamaan; 5. Kurangnya pema haman etos berkarya; 6. Lambatnya pembangunan sumberdaya manusia; 7. Lemahnya kapasitas dan kualitas sumberdaya manusia termasuk aparatur negara; 8. Lemahnya daya dorong perekonomian; 9. Tingginya kesenjangan antar daerah; 10. Menurunnya penyediaan infrastruktur; 11. Lemahnya kelembagaan sosial baik formal maupun non formal; 12. Menipisnya sumberdaya alam dan menurunnya daya dukung lingkungan; 13. Gangguan keamanan, konflik sosial, dan bencana alam, serta kondisi perekonomian yang masih belum stabil. Menkokesra, 2005. Salah satu indikator kesejahteraan adalah mengukur indeks pembangunan manusia IPM yang diperkenalkan oleh UNDP sejak tahun 1990 melalui Human Development Report. IPM mempunyai 3 komponen inti yaitu lamanya hidup, pengetahuan dan standar hidup layak. Komponen lama hidup diukur dengan angka harapan hidup sedangkan pengetahuan diukur berdasarkan kombinasi indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah dari penduduk dewasa. Komponen ketiga standar hidup layak diukur dengan menggunakan konsumsi riil perkapita. Dengan menggunakan IPM, UNDP membagi tingkat status pembangunan manusia menjadi 3 golongan yaitu rendah 50, menengah kebawah 50IPM66, menengah keatas 66IPM80 dan tinggi 80. IPM biasa digunakan untuk mengkaji manusia kedalam dua aspek. Aspek pertama yaitu perbandingan antar wilayah yang memperlihatkan posisi suatu wilayah relatif terhadap wilayah yang lain berdasarkan IPM yang disusun dari peringkat kemajuan pembangunan manusia dipelbagai wilayah dalam kawasan yang sama. Sedangkan aspek kedua adalah memperhatikan tingkat pencapaian setiap tahun menuju IPM ideal. Karena itu kajian tentang pencapaian upaya pembangunan manusia perlu dilakukan dalam suatu periode tertentu, untuk mengkaji dampak dari program peningkatan kapasitas dasar penduduk. Pengukuran pembangunan manusia lainnya dapat diukur dengan indeks kemiskinan manusia IKM. Indeks ini menggunakan indikator deprivasi yang paling mendasar yaitu berumur pendek, ketersediaan pendidikan, akses sumberdaya publik, dan sumberdaya privat. IKM menggunakan variabel persentase penduduk yang tidak mencapai usia 40 tahun, persentase penduduk dewasa yang buta huruf, dan deprivasi dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi secara keseluruhan baik yang bersifat publik atau bukan, yang diwakili oleh persentase penduduk yang tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dan air bersih, dan persentase anak berumur 5 tahun ke bawah dengan berat badan rendah atau kurang gizi. BPS, 2002

2.3. Penyebab Kemiskinan