2. Mendorong investasi optimal secara sosial. Kebijakan fiskal harus mendorong arus investasi ke jalur-jalur yang diinginkan oleh masyarakat.
Ini berkaitan dengan pola optimum investasi dan menjadi tanggung jawab negara untuk mendorong investasi pada overhead sosial dan ekonomi
seperti transportasi, konservasi lahan, pendidikan, kesehatan masyarakat dan fasilitas latihan teknik. Investasi semacam yang memerlukan modal
besar, hanya dimungkinkan dari sektor pemerintah, karena sektor swasta yang miskin modal, serta tingkat pengembalian investasi yang cukup
panjang.
2.9. Kaitan antara Transfers Fiskal dan Pengurangan Kemiskian
Hubungan fiskal antara tingkat pemerintah merupakan salah satu unsur atau elemen yang sangat penting dari program desentralisasi fiskal khususnya dan
desentralisasi pada umumnya. Sementara transfer fiskal itu sendiri merupakan inti core dari suatu hubungan fiskal antara tingkat pemerintah, artinya sesuatu yang
memiliki peranan penting dan menentukan. Secara konseptual, desentralisasi dibedakan ke dalam tiga bentuk utama
yaitu desentralisasi politik, desentralisasi administratif atau birokratis dan desentralisasi fiskal. Desentralisasi politik berarti memberikan kepada masyarakat
setempat dan wakil-wakil mereka suatu kekuasaan yang lebih besar di dalam setiap pengambilan keputusan yang mencakup kekuasaan di dalam penetapan
standar dan kerangka hukum. Desentralisasi administratif berarti adanya redistribusi kewenangan, tanggung jawab dan sumberdaya diantaranya berbagai
tingkat pemerintahan, di mana adanya kapasitas dan kekuatan institusional yang lebih sesuai pada berbagai tingkat pemerintahan dianggap sebagai suatu
prakondisi bagi keefektifan pelaksanaan dari desentralisasi tersebut. Sedangkan desentralisasi fiskal lebih berhubungan dengan perumusan kewenangan atas
sumber-sumber yang ada atau akses terhadap transfer dan pembuatan berbagai keputusan, baik menyangkut pengeluaran rutin maupun pengeluaran investasi
Braun and Grote, 2002 Transfer fiskal antara berbagai tingkat pemerintahan merupakan inti core
dari suatu hubungan fiskal antara tingkat pemerintahan. Hal ini menunjukkan bahwa transfer fiskal memiliki peranan penting dan menentukan di dalam
mendukung program desentralisasi pada umumnya dan desentralisasi fiskal khususnya.
Hubungan antara desentralisasi dengan kemiskinan dijelaskan dengan kerangka konseptual yang dikemukakan oleh Braun dan Grote 2002 seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 1 sebagai berikut:
Sumber : Braun and Grote 2002 Gambar 1. Kaitan Konseptual antara Desentralisasi dan Pengurangan Kemiskinan
ParticipationEmpowerment Government
Pengurangan Kemiskinan Poverty
Reduction Desentralisasi
Politik, Adminisratif, Fiskal
Public serviceinvestment Priorities,
efficiencytargeting
Menurut von Braun dan Grote 2002, ketiga bentuk utama dari desentralisasi yaitu desentralisasi politik, desentralisasi administratif dan
desentralisasi fiskal saling terkait erat satu dengan lainnya dan karena itu, dampaknya terhadap upaya pengurangan kemiskinan tidak dapat dinilai atau
dilihat secara terpisah. Pada Gambar 1 ditunjukkan kaitan antara desentralisasi dengan berbagai
bentuknya dengan pengurangan kemiskinan, yang terjadi melalui dua jalur, yaitu: 1 desentralisasi - partisipasipemberdayaantata kelola - pengurangan kemiskinan,
dan 2 desentralisasi - pelayanan publikinvestasi yang lebih memihak kaum miskin – pengurangan kemiskinan. Jalur 1 menunjukkan bahwa desentralisasi
memungkinkan civil society untuk berpartisipasi di dalam proses kebijakan dan dengan demikian meningkatkan transparansi dan predictability dari pengambilan
keputusan. Pemerintah daerah memiliki informasi yang lebih baik dan lebih responsif
terhadap kebutuhan dan preferensi penduduk lokal daripada pemerintah pusat. Selain itu, pemerintah daerah lokal juga lebih mudah bagi mereka untuk
mengindentifikasi dan menjangkau kaum miskin sejauh politik lokal memungkinkan hal ini dilakukan. Desentralisasi juga memiliki keuntungan yang
penting principal advantage yaitu bahwa petugas setempat dapat dengan lebih mudah dipantau dan dikontrol oleh masyarakat daripada petugas pada pemerintah
pusat, jika aturan hukum dapat hidup dan dipatuhi di tingkat lokal. Apakah partisipasi lokal dalam sistem pengelolaan governance system
barang-barang dan jasa publik akan benar-benar memiliki dampak positif terhadap kelompok berpendapatan rendah adalah belum atau tidak jelas unclear. Agar
partisipasi benar-benar menjadi operasional maka pertama -tama dibutuhkan adanya suatu pendidikan minimum, basic capabilities and equality atas dasar
gender, agama, dan kasta. Kedua, pemberdayaan empowerment penduduk pada tingkat lokal. Jalur 2 adalah dari perspektif informasi dan biaya transaksi
transaction costs, dimana eksternalitas menyediakan suatu argumen untuk sentralisasi jika kewenangan pusat memiliki kemampuan yang tidak terbatas
unlimited ability untuk mengumpulkan, memproses, atau menyebarluaskan informasi. Namun, karena pemerintah pusat central authority umumnya tidak
memiliki kemampuan untuk melakukan itu semua, maka advantages dari desentralisasi tetap ada. Dalam hal ini, desentralisasi dapat menjadi instrumen
yang sangat powerfull di dalam mencapai tujuan pembangunan ’by assigning control right to people who have information and insentives
’ untuk membuat keputusan terbaik menyangkut kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.
Lebih jauh, Von Braun dan Grote 2002 juga membuktikan bagaimana desentralisasi dengan berbagai bentuknya dapat menyebabkan penurunan pada
kemiskinan. Studi yang dilakukan dengan me nggunakan analisis regresi multi variant, menemukan bahwa desentralisasi politik yang diukur atau diproksi
dengan election tiers, desentralisasi administratif yang diukur dengan size of population,
dan desentralisasi fiskal yang diukur dengan share of subnational expenditure
, semuanya berdampak menurunkan kemiskinan. Namun, mereka kembali menekankan pentingnya untuk melihat ketiga bentuk desentralisasi
tersebut secara bersama-sama simultaneously, dan urutan sequencing dari berbagai bentuk desentralisasi tersebut memainkan peranan yang penting.
Desentralisasi politik dan administratif menurut mereka sebaiknya dilakukan
mendahului desentralisasi fiskal should precede fiscal decentralization. Dengan kata lain, untuk mewujudkan desentralisasi fiskal yang lebih efektif dan memihak
kaum miskin, maka desentralisasi politik dan administratif merupakan prakondisi yang harus dipenuhi, dan desentralisasi fiskal tidak dapat secara otomatis
membawa pada pengeluaran yang lebih memihak pada pengeluaran yang lebih memihak kaum miskin.
Dalam upaya untuk lebih mengefektifkan peranan transfer fiskal antar tingkat pemerintahan dalam pengurangan kemiskinan, Rao et al 1998
menekankan perlunya dilakukan peninjauan kembali reorienting dalam pengaturan fiskal antar tingkat pemerintahan untuk menjamin penyediaan layanan
publik public services yang lebih responsif untuk mempercepat peningkatan standar konsumsi dari kaum miskin dan sekaligus untuk merespon preferensi yang
beragam dari berbagai daerah atau wilayah. Keefektifan pemerintahan desentralisasi desentralized goverment di dalam penyediaan layanan publik yang
efisien dapat ditingkatkan dengan melakukan reorientasi dalam pengaturan fiskal antar tingkat pemerintahan untuk menyediakan insentif dan meningkatkan
akuntabilitas. Salah satu cara untuk menjamin insentif dan akuntabilitas di dalam penyediaan layanan publik adalah melalui pengaitan linking peningkatan
penerimaan dengan keputusan pengeluaran dari pemerintah daerah pada batas- batas tertentu at the margin.
2.10. Pelaksanaan Otonomi Daerah