Rekapitulasi Simulasi Kebijakan Desentralisasi terhadap Pengurangan Kemiskinan

123 Pada sisi tingkat kemiskinan terjadi perubahan dan penurunan jumlah penduduk perkotaan miskin sebesar 0,80 sedangkan jumlah penduduk miskin perdesaan menurun sebesar 1,41 . Sedangkan jumlah penduduk miskin total berkurang sebesar 1,10 . 6.2.6. Simulasi Peningkatan Pengeluaran Pendidikan dan Kesehatan 10 , Infrastruktur 4 dan sektor Pelayanan Umum 9 dan sektor Pertanian 10 . Simulasi yang dilakukan dengan asumsi terjadi peningkatan penerimaan sebesar 160 milyar rupiah. Dana tersebut akan dialokasikan untuk pengeluaran pembangunan yaitu infrastruktur, sektor pendidikan dan kesehatan, sektor pelayanan umum dan sektor pertanian. Hasil simulasi memperlihatkan dengan peningkatan pengeluaran Infrastruktur sebesar 4 , sektor Pelayanan Umum sebesar 9 , sektor Pendidikan dan Kesehatan sebesar 10 dan peningkatan pengeluaran sektor pertanian sebesar 10 berdampak pada penurunan pada jumlah penduduk miskin. Adapun Jumlah Penduduk Miskin MISTOT menurun sebesar 0,93 , sedangkan MISKT menurun sebesar 0,95 dan begitu juga jumlah penduduk miskin perdesaan mengalami penurunan sebesar 0,89 .

6.2.7. Rekapitulasi Simulasi Kebijakan Desentralisasi terhadap Pengurangan Kemiskinan

Implikasi kebijakan desentralisasi fiskal dapat memperbaiki pos penerimaan daerah, pengeluaran daerah dan kinerja perekonomian serta menurunkan jumlah penduduk miskin di perdesaan maupun di perkotaan. Keleluasaan yang diperoleh dengan otonomi daerah dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bila dikelola dengan baik. 124 Tabel 16. Besarnya Dana yang Diperoleh untuk Simulasi Berbagai Skenario Simulasi Uraian Dana dalam milyar rupiah I Peningkatan Dana Alokasi Umum DAU 20 . 150 II Peningkatan Bagi Hasil Pajak Sumberdaya Alam BHPJSDA 10 . 250 III Peningkatan Penerimaan PAD sebesar 20 . 320 Fungsi pemerintah daerah dalam alokasi penggunaan anggaran sangat menentukan efektifitas pengeluaran pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat kemiskinan daerah. Alokasi yang tepat mampu meningkatkan kapasitas daerah untuk mensejahterakan masyarakat. Simulasi penerimaan fiskal yang dilakukan baik peningkatan penerimaan DAU, BHPJSDA maupun penerimaan PAD mampu mengurangi jumlah penduduk miskin total berturut turut 1,08 , 0,91 dan 0,88 . Penurunan penduduk miskin terjadi baik di perdesaan maupun di perkotaan dengan penurunan yang beragam. Dari ketiga simulasi penerimaan yang dilakukan terlihat bahwa peningkatan penerimaan DAU sebesar 20 merupakan kebijakan yang mengurangi persentase jumlah penduduk miskin paling besar yaitu sebesar 1,08 kemudian diikuti dengan simulasi kebijakan peningkatan BHPJSDA dan simulasi kebijakan peningkatan PAD. Dari hal tersebut diketahui bahwa DAU berperan besar dan masih dibutuhkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah. Selain itu penerimaan DAU oleh pemerintah daerah Provinsi Riau efektif digunakan dalam alokasi dan pengeluaran pembangunan yang berdampak besar pada pengurangan persentase jumlah penduduk miskin. Hal ini dapat di lihat pada Tabel 16, di mana penerimaan DAU merupakan penerimaan paling kecil daripada penerimaan BHPSDA dan PAD pada simulasi yang dilakukan. Simulasi 125 Penerimaan DAU sebesar 150 milyar rupiah berdampak paling besar pada pengurangan persentase jumlah penduduk miskin dibanding simulasi II dan III. Sedangkan Penerimaan BHPJSDA dan PAD yang cukup besar yaitu sebesar 250 milyar rupiah dan 320 milyar rupiah berdampak pada pengurangan kemiskinan lebih rendah dari dampak yang terjadi pada penerimaan DAU sebesar 150 milyar rupiah. Hal ini memperlihatkan bahwa penerimaan DAU yang peroleh oleh pemerintah daerah lebih mampu dialokasikan pada program yang bersentuhan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga efektif mengurangi kemiskinan. Adapun simulasi alokasi pengeluaran pemerintah daerah dilakukan pada simulasi IV, V dan VI. Simulasi ini memberikan informasi bahwa alokasi pendidikan dan kesehatan, pelayanan umum, infrastruktur dan pertanian merupakan sektor yang dibutuhkan masyarakat dalam meningkatkan tingkat perekonomian dan kesejahteraannya. Tabel 17. Anggaran yang Dibutuhkan dalam Simulasi Berbagai Skenario Simulasi Skenario Anggaran dalam milyar rupiah IV Peningkatan pengeluaran Sektor pendidikan dan kesehatan sebesar 17 dan Pengeluaran Sektor Pelayanan Umum sebesar 20 . 160 V Peningkatan pengeluaran pertanian sebesar 20 dan Pengeluaran Infrastruktur sebesar 10 160 VI Peningkatan pengeluaran pembangunan dengan alokasi peningkatan pengeluaran Sektor Pendidikan dan Kesehatan 10 , Sektor Infrastruktur 4 , Sektor Pelayanan Umum 9 dan Sektor Pertanian 10 . 160 126 Simulasi berbagai alokasi pengeluaran pemerintah daerah ini merupakan wujud fungsi dan tanggung jawab pemerintah sebagai penyedia sarana-sarana yang dibutuhkan masyarakat dalam meningkatkan kapasitas dirinya maupun kesejahteraannya. Selain itu, pemerintah juga berperan sebagai fungsi distribusi dengan menciptakan pemerataan akses dan kesempatan agar masyarakat mampu memberdayakan semua potensi yang dimilikinya. Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa simulasi berbagai alokasi pengeluaran pemerintah menggunakan anggaran dengan besaran yang sama yaitu sebesar 160 milyar rupiah. Dengan simulasi IV, V dan VI yang dilakukan, berdampak pada pengurangan jumlah penduduk miskin total masing-masing sebesar 0,91 , 1,10 dan 0,90 . Simulasi kebijakan yang paling besar mengurangi jumlah penduduk miskin adalah kebijakan peningkatan pengeluaran infrastruktur sebesar 10 dan peningkatan pengeluaran pertanian sebesar 20 . Hal ini terjadi karena kenyataannya bahwa kondisi infrastruktur di Provinsi Riau masih sangat lemah sehingga sangat diperlukan pembangunan infrastruktur seperti jalan penghubung antar daerah, jaringan listrik, penyediaan air bersih dan jaringan telpon. Selain itu sebagian besar penduduk Riau bermatapencaharian sebagai petani dan juga sebagian besar penduduk di perdesaan masih tergolong miskin, sehingga peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pertanian sangat membantu masyarakat di perdesaan yang sebagian besar terjerat dengan kondisi kemiskinan. Alokasi pendidikan dan kesehatan juga sangat penting untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan hal ini dapat diperlukan dan dirasakan kebutuhannya di masa datang. Sehingga alokasi pendidikan dan kesehatan merupakan alokasi untuk investasi kesejahteraan masa depan.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN