Saran KESIMPULAN DAN SARAN

128 paling besar dalam menurunakan jumlah penduduk miskin. Selain itu sektor pendidikan dan kesehatan serta pelayanan umum juga penting untuk kesejahteraan rakyat karena sektor-sektor ini menjadi basis peningkatan kualitas manusia dan peningkatan aktivitas ekonomi dan bersentuhan langsung dengan masyarakat serta memiliki keterkaitan yang besar terhadap sektor lain mulai dari bagian hulu sampai hilir. Peningkatan pengeluaran di sektor Pendidikan dan Kesehatan serta infrastruktur pengaruhnya dapat dirasakan pada jangka panjang. Dengan meningkatkan sumberdaya manusia pada masa datang akan melepaskan mereka dari jeratan kemiskinan.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis serta kesimpulan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rekomendasi saran kebijakan sebagai berikut : 1. Kewenangan yang luas kepada daerah dalam mengelola keuangan pada saat desentralisasi digulirkan, perlu diimbangi oleh sumberdaya manusia yang handal baik dalam alokasi, maupun pengawasan anggaran daerah. Kebijakan yang tepat akan meningkatkan perekonomian daerah, pemerataan dan penurunan tingkat kemiskinan. 2. Sektor pertanian perlu diberikan perhatian dalam meningkatkan ekonomi perdesaan. Peningkatan aktifitas ekonomi perdesaan akan mengurangi tingkat kemiskinan dan tingkat urbanisasi. Investasi bidang pertanian dan perhatian terhadap bidang pertanian akan menjaga ketahanan pangan daerah, 129 mensejahterakan masyarakat pedesaan dan menghidupkan ekonomi di pedesaan. 3. Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan oleh pemerintah secara berkesinambungan untuk menyiapkan sumberdaya manusia yang handal sehingga mampu mengelola daerahnya ke depan, mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mampu membangun daerahnya menjadi daerah yang mandiri dan sejahtera. Sehingga pemerintah perlu memperhatikan sektor ini dengan lebih serius. 4. Anggaran infrastruktur dasar perlu ditingkatkan seperti jalan di perdesaan untuk meningkatkan akses masyarakat, infrastruktur pertanian, listrik dan sekolah sehingga memacu aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat lebih baik. 5. Diperlukan kelembagaan khusus yang secara langsung menangani permasalahan kemiskinan secara konsisten sesuai dengan karakteristik penduduk dan wilayahnya sehingga program yang dijalankan efektif untuk mengurangi kemiskinan. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, E. dan A. Mansoor. 2002. Indonesia: Managing Decentralization. IMF Working Paper. Fiscal Affairs Department and Independent Evaluation Office. International Monetary Fund, Washington, D.C. Ajakaiye, DO. Adeyeye, VA. 2002. Concepts, Measurement and Causes of Poverty. www.cenbank.org . 14 Maret 2005 Alfian, M. G. Tan, S. Soemardjan. 1980. Kemiskinan Struktural Suatu Bunga Rampai. Yayasan Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta. Antara, M. 1999. Dampak Pengeluaran Pemerintah dan Wisatawan terhadap Kinerja Perekonomian Bali: Pendekatan Social Accounting Matrix. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Arifin, J. 2003. Mekanisme Penyusunan APBD Provinsi Riau yang Berkeadilan: Analisis Perbandingan RAPBD dan APBD Serta Implikasinya. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta. Azis, I.J. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya. FE-UI, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2004. Metodologi dan Profil Kemiskinan Tahun 2004. Jakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. 2005. Riau dalam Angka. Riau. ________2005. Profil Kesejahteraan Rakyat Provinsi Riau. Riau ________2005. Statistik Potensi Desa Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Riau. Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau. 2004. Pendataan PendudukKeluarga Miskin Provinsi Riau. Pemerintah Provinsi Riau. Riau. Bappenas. 1993. Panduan Program Inpres Desa Tertinggal. Jakarta. Bappenas. 2004. Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Bab 28 Kesejahteraan Sosial www.bappenas.go.id 131 Barro, R. J. 1997. Determinant of Economic Growth: A Cross-Country Empirical Study. MIT Press, Cambridge. MA. Brodjonegoro, B., A. Hendranata., Riatu. 2001. Model Ekonometrika Desentralisasi : Analisis Dampak Alokasi SDA dan DAU terhadap Pemerataan Pertumbuhan Ekonomi antar Daerah. LPEM UI, Jakarta. Chambers, R. 1983. Pembangunan Desa Mulai dari Belakang. LP3ES, Jakarta. Davey, K.J. 1988. Pembiayaan Pemerintah Daerah: Praktek-Praktek Internasional dan Relevansinya. UI Press, Jakarta. Ellis, G. F. R. 1994. The Dimentions of Poverty. Social Indicator Research. Fatturochman dan M. Molo. “Karakteristik Rumah Tangga Miskin.” Populasi, Volume 5, Nomor 1, Tahun 1994. Friedman, J. 2002. How Responsive is Poverty to Growth ? A Regional Analysis of Poverty, Inequity, and Growth in Indonesia, www.cianet.orgwpsfrj02. Hanani, N. 2000. Model Mikro-Makroekonomi Indonesia: Analisis Simulasi Kebijakan Menghadapi Era Liberalisasi Perdagangan. Disertasi. Program Pascasrjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hermami, A. 2007. Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Perekonomian Kabupaten Brebes dan Kota Tegal. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ikhsan, M. 1999. The Disaggregation of Indonesian Poverty : Policy and Analysis. Ph.D. Dissertation. University of Illinois. Urbana. Isdojoso, B. 2001. Desentralisasi dan Implikasinya terhadap Kondusifitas Iklim Usaha di Daerah Kota dan Kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan. CESS, The Asia Foundation, Forda UKM Sulsel, dan YAS, Makasar. Jhingan, M.L.1993. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kuncoro, M. 1995. Desentralisasi Fiskal di Indonesia: Dilema Otonomi dan Ketergantungan . Jurnal Prisma, 24 4: 3 -17. Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: Second Edition. Mc Millan Press, Ltd, London. Lewis, W.A. 1954. Dual Sector Model of Development; The Theory of Trickle Down. Http:www.bized.ac.uk 132 Lin, J.Y. dan Z. Liu. 2000. Fiscal Decentralization and Economic Growth in China. Economic Development and Cultural Change, The University of Chicago, Chicago. LPEM. 2002. Studi terhadap Status dan Kebutuhan Pemerintah Daerah dalam Mengimplementasikan Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Laporan Penelitian. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat. Universitas Indonesia, Jakarta. McCullock, N dan B. Suharnoko. 2003 Desentralization and Poverty in Indonesia. Working Paper. Word Bank Office. Jakarta. Mahi, R. 2000. Prospek Desentralisasi Fiskal di Indonesia Ditinjau dari Segi Pemerataan antar Daerah dan Peningkatan Efisiensi. Jurnal Analisis CSIS, 29 1: 54-66. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi Offset, Yogyakarta. Menteri Koordinator kesejahteraan Rakyat. 2004. Rencana Pembangunan Jangka Menengah. www.menkokesra.go.id Musgrave, R.A dan P.B. Musgrave. 1984. Public Finance in Theory and Practice. Fifth Edition. McGraw Hill Book Company. New York. Nanga, M. 2006. Dampak Transfer Fiskal terhadap Kemiskinan di Indonesia : Suatu Analisis Simulasi Kebijakan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nugroho, T.W. 2005. Dampak Kebijakan Pembangunan Pertanian terhadap Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pakasi, C. 2005. Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Perekonomian Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Utara. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pardede, R. 2005. Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Perekonomian Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Utara. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pyndick. R. S. dan D. L. Rubinfield. 1991. Economic Models and Economic Forecasts. Richard D. Irwin and McGraw-Hill, Boston. Riyanto. 2003. Analisis Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap Perekonomian Daerah dan Pemerataan Pembangunan Wilayah di Indonesia. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 133 Rostow, W.W. 1980. The Stages of Economic Growth. University of Texas Press, Austin Rustiadi, 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Diktat Kuliah. Program Studi Ilmu Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Saefudin. 2005. Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Perekonomian dan Kelembagaan di Provinsi Riau. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sayogyo. 1994. Kemiskinan dan Pembangunan di Provinsi NTT. Yayasan Obor, Indonesia. Schelkle, W. 1996. Dualism in Development Economics; Some Critical Remarks and an Alternative Proposal. www.wiwiss,fu-berlin.de . Seymour, P., Robert J. Kleiner., Lewis O. 1983. Kebudayaan Kemiskinan Sebuah Dimensi Penyesuaian Diri. Yayasan Obor, Jakarta Sidik, M. 2002. Format Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang Mengacu pada Pencapaian Tujuan Nasional. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat, dan Daerah Departemen Keuangan, Jakarta. Shah, A. 1998. Fiscal Federalism and Macroeconomic Governance: For Better or for Worse? Policy Research Working Paper. The World Bank, Washington, D.C. ________ 2000. Indonesia dan Pakistan: Tekad atau Retorika. Dalam Bird dan Vaillancourt. Desentralisasi Fiskal di Negara-Negara Berkembang. Gramedia, Jakarta. Stiglitz, J. E. 2000. Econometrics of The Public Sector. Third Edition. W. W. Norton Company, New York. Sukirno, S. 1998. Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Kedua. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soemardjan, S. 1993. Kemiskinan Suatu Pandangan Sosiologis. Makalah, Jakarta. Sumedi. 2005. Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Sektor Pertanian. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 134 Sutomo, S. 1995. Kemiskinan dan Pembangunan Ekonomi Wilayah : Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suwandi, M. 2002. Konsep Dasar Otonomi Daerah yang Demokratis dan Efisien. Departemen Dalam Negeri, Jakarta. Todaro, M.P. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid I dan II. Terjemahan H. Munandar. Erlangga, Jakarta. Usman. 2006. Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kemiskinan. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yudhoyono, S. B. 2004. Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Sebagai Upaya Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran : Analisis Ekonomi Politik Kebijakan Fiskal. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lampiran 1. Penerimaan Fiskal Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Sengingi Provinsi Riau Tahun 2001-2003 Ribu Rupiah No Uraian Kabupaten Kuantan Sengingi 2001 2002 2003 A PENERIMAAN 252 064 882 293 702 261 278 412 003 1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu 4 335 602 34 686 765 17 935 584 2. Pendapatan Asli Daerah 3 651 628 6 422 281 7 007 875 2.1. Pajak Daerah 576 939 976 559 1 078 875 2.2. Retribusi Daerah 1 247 973 2 102 426 3 149 000 2.2.1. Retribusi Jasa Umum 288 589 366 704 450 000 2.2.2. Retribusi Jasa Usaha 372 731 535 459 1 459 000 2.2.3. Retribusi Perijinan Tertentu 586 653 1 200 263 1 240 000 2.3. Bagian Laba Usaha Daerah 2.4. Penerimaan Lain-lain 1 826 716 3 343 296 2 780 000 3. Pendapatan Dari Pemerintah dan atau Instansi Yang Lebih Tinggi 244 077 652 252 593 215 253 468 544 3.1. Bagi Hasil Pajak 13 195 028 18 643 895 22 517 043 3.2. Bagi Hasil Bukan Pajak 112 652 387 101 814 747 104 407 706 3.3. Subsidi Daerah Otonom 118 230 237 118 837 706 126 543 795 3.4. Bantuan Pembangunan 13 296 867 3.5. Penerimaan Lainnya 4. Pinjaman Pemerintah Daerah Sumber: Statistik Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota Provinsi Riau 136 Lampiran 2. Pengeluaran Fiskal Rutin Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Sengingi Provinsi Riau Tahun 2001-2003 Ribu Rupiah No Uraian Kabupaten Kuantan Sengingi 2001 2002 2003

B. PENGELUARAN RUTIN 81 592 774

115 568 911 137 209 366 1. Belanja Pegawai 57 984 234 71 501 054 86 184 262 2. Belanja Barang 9 291 450 19 399 571 19 551 443 3. Biaya Pemeliharaan 745 817 944 473 2 284 744 4. Belanja Perjalanan Dinas 1 367 294 1 892 362 2 079 400 5. Belanja Lain-lain 9 752 317 16 644 227 21 905 050 6. Angsuran PinjamanHutang dan Bunga 7. GanjaranSubsidiSumbangan 8. Pengeluaran Yang Tidak Termasuk Bagian Lain 2 243 134 2 863 537 3 279 140 9. Pengeluaran Tidak Tersangka 208 528 2 323 687 1 925 327 Sumber: Statistik Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota Provinsi Riau