Pengeluaran Sektor Produksi Non Pertanian Pengeluaran Infrastruktur

103 tidak terjadi gap alokasi sektor terutama sektor pertanian. Dari hasil analisis alokasi anggaran APBD menunjukan bahwa di Provinsi Riau baik sebelum maupun sesudah desentralisasi fiskal 1997-2000 dan 2001-2004 alokasi pengeluaran sektor pertanian tidak ada perubahan yang signifikan. Padahal kenyataan riil sektor menunjukkan bahwa sektor pertanian harus mendapatkan penanganan yang optimal guna meningkatkan perekonomian daerah, terutama dalam hal alokasi anggaran dalam rangka meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dan produksi.

5.3.4. Pengeluaran Sektor Produksi Non Pertanian

Total Penerimaan Daerah TPED, berpengaruh positif dan signifika n terhadap jumlah Pengeluaran Sektor Non Pertanian PESNPER. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Non Pertanian PTKNP berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengeluaran Pembangunan Sektor Non Pertanian. Peubah Dummy Desentralisasi Fiskal DDF menunjukka n perbedaan yang signifikan Pengeluaran Sektor Non Pertanian pada periode sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal. Total penerimaan daerah menjadi bahan pertimbangan strategis dalam kaitannya pengalokasian terhadap sektor non pertanian, yang berarti kebijakan pengalokasian sektor non pertanian harus mampu memberikan pertumbuhan yang signifikan terhadap sektor pertanian, sehingga kedua sektor ini mampu berjalan dengan baik. Jumlah pengeluaran tahun sebelumnya LPESNPER berpengaruh nyata terhadap Pengeluaran Pembangunan Sektor Pertanian. Total Pendapatan Daerah TPED signifikan terhadap pengeluaran sektor non pertanian PESNPER dan memiliki respon yang elastis dalam jangka pendek 104 maupun jangka panjang serta hubungan yang positif. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Non Pertanian PTKNP tidak elastis baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap PESNPER. Hal ini menunjukan bahwa pengeluaran sektor non pertanian sangat dipengaruhi oleh besarnya Total Penerimaan Daerah TPED, sementara Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Non Pertanian PTKNP berpengaruh positif namun tidak signifikan.

5.3.5. Pengeluaran Infrastruktur

Total Pendapatan Daerah TPED signifikan terhadap pengeluaran sektor infrastruktur PEINF dan memiliki respon yang elastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang serta hubungan yang positif. Produk Domestik Regional Bruto PDRB memiliki respon yang elastis dalam jangka panjang, dan berbeda halnya dengan LWIL tidak elastis baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap pengeluaran infrastruktur. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi TPED, PDRB dan LWIL akan berdampak terhadap peningkatan alokasi fiskal pengeluaran infrastuktur, sebaliknya semakin rendah TPED, PDRB dan LWIL akan berdampak negatif terhadap pengeluaran infrastruktur. Berdasarkan hasil analisis di atas, guna memacu pertumbuhan ekonomi daerah, maka pemerintah daerah melalui mekanisme pengajuan APBD harus mempertimbangkan dengan baik terhadap pengeluaran infrastruktur. Kenyataan menunjukkan bahwa Provinsi Riau memiliki keterhambatan laju pertumbuhan ekonominya karena minimnya ketersediaan infrastruktur daerah khususnya transportasi jalan. Hal ini berpengaruh secara operasional terhadap distribusi sumberdaya pertanian maupun non pertanian, sehingga tingkat mobilisasi 105 ekonomi dan teknis mengalami keterhambatan, terutama sektor pertanian. Alokasi dana APBD harus mampu meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang mampu diakses oleh publik dengan merata.

5.3.6. Pengeluaran Pelayanan Sosial