3.2.7.3. Validasi Model
Untuk mengetahui apakah model cukup valid untuk membuat suatu simulasi alternatif kebijakan atau non kebijakan dan peramalan, maka perlu
dilakukan suatu validasi model, dengan tujuan untuk manganalisis sejauh mana model tersebut dapat mewakili dunia nyata.
Dalam penelitian ini, kriteria statistik untuk validasi nilai pendugaan model ekonometrika yang digunakan adalah: Root Means Percent Square Error
RMSPE, Bias UM dan Theil’s Inequality Coefficient U Pindyck and
Rubinfield, 1991. Statistik RMSPE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah endogen hasil pendugaan menyimpang dari alur nilai-nilai
aktualnya dalam ukuran relatif persen, atau seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya.
Nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil U berkisar antara 1 dan 0. Jika
U = 0 maka pendugaan model sempurna. Jika U = 1 maka pendugaan model naif.
Untuk melihat keeratan arah slope antara aktual dengan hasil yang disimulasi dilihat dari nilai koefisien determinasinya R
2
. Pada dasarnya makin kecil nilai RMSPE dan U-Theils serta makin besar nilai R
2
, maka pendugaan model semakin baik.
3.2.7.4. Simulasi Model
Setelah model divalidasi dan memenuhi kriteria secara statistik, maka model tersebut dapat dijadikan sebagai model dasar simulasi. Simulasi dilakukan
untuk mengetahui dampak kebijakan pemerintah baik di sektor penerimaan
maupun pengeluaran terhadap peubah-peubah endogen utamanya adalah untuk mengetahui dampaknya terhadap pengentasan kemiskinan. Analisis simulasi
diterapkan untuk periode tahun 1996-2004. Karena mencakup periode yang sudah lampau, maka simulasi dinamakan simulasi historis.
3.2.7.5. Simulasi Kebijakan
Simulasi model dilakukan untuk menganalisis dampak kebijakan desentralisasi fiskal terhadap peubah endogen. Variabel-variabel kebijakan
desentralisasi fiskal yang dimaksud adalah dana alokasi umum DAU, porsi bagi hasil pajak BHPJSDA, Pendapatan Asli Daerah PAD, pengeluaran pemerintah
di bidang pendidikan dan kesehatan PDDK KSHT, pengeluaran pemerintah bidang pertanian PESPER, dan pengeluaran untuk Infrastruktur.
Simulasi antara lain bertujuan untuk: 1 melakukan pengujian dan evaluasi terhadap model, 2 mengevaluasi kebijakan pada masa yang lampau, dan
3 membuat peramalan pada masa yang akan datang. Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengevaluasi alternatif kebijakan melalui simulasi
historis ex-post simulation. Adapun skenario yang dilakukan antara lain :
1. Peningkatan Dana Alokasi Umum DAU 20 . 2. Peningkatan Bagi Hasil Pajak Sumberdaya Alam BHPJSDA 10 .
3. Peningkatan Penerimaan PAD sebesar 20 . 4. Peningkatan pengeluaran Sektor pendidikan dan kesehatan sebesar 17
dan Pengeluaran Sektor Pelayanan Umu m sebesar 20 .
5. Peningkatan pengeluaran dan Pengeluaran Infrastruktur sebesar 10 dan pengeluaran Sektor Pertanian sebesar 20 .
6. Peningkatan pengeluaran pembangunan dengan alokasi peningkatan pengeluaran Sektor Pendidikan dan Kesehatan 9 , Sektor infrastruktur 4
, Sektor Pelayanan Umum 10 dan Sektor Pertanian 10 .
TAXD
RETRD DAU
AKED POP
SAPBDTS
PESE
BHTAXD
PERNGA
DAK JPGO
PTKP PTKNP
PDGN LWIL
JDEKE
PDDK KSHT
PESPER PEPSO
SBK UMR
EXPRD INVD
TPSEK MISTOT
IMPRD
UPSP PRSP
PRSNP UPSNP
Gambar 3. Hubungan antar Peubah dalam Penelitia
n
LABUD BHPESDA
TEXP
PELA
SABDTS PAD
PERDA PERGA
TPED PEPUM
PESNPER
PINF PEPSU
PDRB
EXR
KONM DDF
MISDS MISKT
MAKRO EKONOMI DAERAH PENDUDUK MISKIN
Ket : = Hubungan struktural
= Hubungan identitas = Variabel endogen
= Variabel eksogen UPSNP
IV. GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT PROVINSI RIAU
4.1. Kondisi Fisik Wilayah
Provinsi Riau terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329.867,61 km
2
sebesar 235.306 km
2
71,33 merupakan daerah lautan dan hanya 94.561,61 km
2
28,67 daerah daratan. Di samping itu di daerah lautan yang berbatasan dengan negara lain diperkirakan luas daerah Zona
Ekonomi Eklusif adalah 379.000 km
2
. Keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka, terletak antara 01
05’00” Lintang Selatan sampai 02
25’00” Lintang Utara atau antara 100 00’00” Bujur Timur –
105 05’00” Bujur Timur.
Di daerah daratan terdapat 15 sungai, diantaranya ada 4 sungai yang mempunyai arti penting sebagai prasarana perhubungan seperti Sungai Siak 300
km dengan kedalaman 8 – 12 m, Sungai Kampar 400 km dengan kedalaman 6 – 8 m. Keempat sungai yang membelah dari pegunungan dataran tinggi Bukit
Barisan bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut laut. Batas-batas daerah Riau adalah:
Sebelah Utara: Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara Sebelah Selatan : Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat
Sebelah Timur : Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka Sebelah Barat : Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Riau terdiri dari 2 Kota dan 9 Kabupaten yaitu: Kota Pekanbaru, Kota Dumai, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir,
Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak, Kabupaten