Pengukuran pembangunan manusia lainnya dapat diukur dengan indeks kemiskinan manusia IKM. Indeks ini menggunakan indikator deprivasi yang
paling mendasar
yaitu
berumur pendek, ketersediaan pendidikan, akses sumberdaya publik, dan sumberdaya privat. IKM menggunakan variabel
persentase penduduk yang tidak mencapai usia 40 tahun, persentase penduduk dewasa yang buta huruf, dan deprivasi dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi
secara keseluruhan baik yang bersifat publik atau bukan, yang diwakili oleh persentase penduduk yang tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dan
air bersih, dan persentase anak berumur 5 tahun ke bawah dengan berat badan rendah atau kurang gizi. BPS, 2002
2.3. Penyebab Kemiskinan
Penelitian yang dilakukan Ajakaiye 2002 di Negara-negara berkembang menyatakan bahwa secara makro penyebab kemiskinan adalah: 1 Kinerja
pertumbuhan ekonomi yang rendah, 2 Kegagalan kebijakan dan goncangan makro ekonomi, 3 Pasar tenaga kerja yang kurang bergairah, 4 Migrasi, 5
Pengangguran dan setengah pengangguran, 6 Pengembangan sumberdaya manusia.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan secara mikro dalam rumah tangga adalah: 1 umur dan pendidikan anggota rumah tangga
khususnya kepala rumah tangga, 2 jumlah anggota rumah tangga yang mempunyai pekerjaan, 3 komposisi dan besaran rumah tangga, 4 aset yang
dimiliki oleh rumah tangga, 5 akses pada jasa pelayanan sosial dasar, 6 jenis kelamin kepala rumah tangga, 7 variabel lokasi, 8 sektor lapangan kerja dan
lain sebagainya.
Kemiskinan bisa menjadi suatu budaya komunitas, di mana tata hidup yang mengandung sistem kaidah serta nilai yang menganggap bahwa taraf hidup
miskin yang disandang suatu masyarakat pada suatu waktu adalah wajar dan tidak perlu diusahakan perbaikannya Sumardjan, 1993. Menurut Seymour 1993,
beberapa ciri budaya kemiskinan adalah: 1 fatalisme, 2 rendahnya tingkat aspirasi, 3 rendahnya kemauan mengejar sasaran, 4 kurang melihat kemajuan
pribadi, 5 perasaan ketidakberdayaanketidakmampuan, 6 perasaan untuk selalu gagal, 7 perasaan menilai diri sendiri negatif, 8 pilihan sebagai posisi pekerja
kasar, dan 9 tingkat kompromis yang menyedihkan. Kemiskinan ada pula yang disebabkan oleh struktur masyarakatnya.
Kemiskinan struktural menurut Sumardjan 1993 adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu
tidak dapat menggunakan sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Penyebab utamanya bersumber pada struktur sosial, dan oleh karena itu
dapat dicari pada struktur sosial yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Beberapa ciri dari kemiskinan struktural adalah: 1 tidak adanya atau lambannya
mobilitas sosial, 2 mereka terletak dalam kungkungan struktur sosial yang menyebabkan mereka kekurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidupnya dan
3 struktur sosial yang berlaku telah melahirkan berbagai corak rintangan yang menghalangi mereka maju. Pemecahan permasalahan kemiskinan ini akan bisa
dilakukan bilamana struktur sosial yang berlaku diubah secara mendasar Alfian, 1980.
2.4. Ukuran Kemiskinan