Faktor pendukung dalam mewujudkan Pendidikan karakter Mandiri
121
5. Faktor penghambat dalam mewujudkan Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka
Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat hambatan yang menjadi kendala dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri
pada siswa melalui peran kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Faktor tersebut dibagi menjadi dua macam yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Berikut akan dijelaskan masing-masing faktor tersebut. a Faktor Internal
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala sekolah pada tanggal 30 Juli 2016 diketahui bahwa faktor internal yang
menghambat peran ekstrakurikuler pramuka dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri akan di paparkan di bwah ini.
Peneliti : “Nah berarti kan belum maksimal nih us, lalu
kenapa kok bisa belum maksimal?” Ustadz NS
: “Mungkin di antara dari beberapa peserta itu kurang memperhatikan pembina”
Pernyataan itu juga diperkuat oleh hasil wawancara terhadap wali kelas. Berikut ini hasil wawancara selengkapnya.
Ustadzah I : “ya segala langkah ataupun strategi yang terencana
dan matang pasti selalu ada hambatan sebagai bumbunya, kalau menurut ustadzah terjadi karena
masing-masing individu itu memiliki sifat dan perwatakan yang berbeda dan ditambah usia anak
SD tau sendiri mbak masih sangat labil”. Ustadz ZA
:“kalau saya lihat sih pribadi anak sendiri ya mungkin kan pengaruh dari kebiasaan diluar
sekolah lalu upayanya ya penanganan secara personal bisa… ya untuk saat ini yang tersimple kita
koordinasi kalau ada apa-apa”.
122
Selain itu diperkuat juga dengan hasil wawancara terhadap pembina pramuka. Berikut ini hasil wawancara selengkapnya.
Ustadz L : “Orang tua itu sendiri dan diri anak itu sendiri.”
Ustadz D : “Kalau faktor penghambat menurut saya dari diri
siswa itu karena usianya masih labil mengingat tingkat umur kemudian menurut saya orang tua
pengaruh mbak.” Ustadzah A : “Kebiasaan-kebiasaan anak yang tidak
mencerminkan perilaku mandiri dibawa ke sekolah dan mampu mempengaruhi siswa lain.”
Dari hasil observasi terhadap siswa diperoleh data yang memperkuat bahwa pada tanggal 30 Juli 2016 pembina kesulitan
mengkondisikan anggota siaga Observasi 1. Dan Pembina sangat
kesulitan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengkondisikan para anggota siaga pada tanggal 6 Agustus 2016
Observasi4.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor internal yang menghambat dalam
mewujudkan pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan pramuka adalah dari dalam diri siswa tersebut. yaitu kebiasaan-
kebiasaan buruk yang dibawa siswa dari lingkungan keluarga dan masyarakat dan belum adanya kesadaran yang utuh di dalam diri
siswa dikarenakan usia siswa yang masih sangat berpotensi mengalami kelabilan dalam bertingkah laku. Perkembangan
emosional peserta didik juga turut berpengaruh pada berhasil tidaknya perwujudan pendidikan karakter.
123
b Faktor Eksternal Faktor eksternal yang menghambat pendidikan karakter
mandiri siswa akan dipaparkan sebagai berikut sesuai dengan hasil wawancara terhadap salah satu siswa yaitu siswa ADP pada
tanggal “Orang tua kadang bilang nggak boleh kok kalau aku mau nyuci
piring gitu, tapi ya kadang-kadang disuruh belajar juga sih” Pendapat tersebut selaras dan diperkuat oleh hasil
wawancara terhadap pembina pramuka. Berikut hasil wawancara selengkapnya.
Ustadz L : “Orang tua itu sendiri dan diri anak itu sendiri.”
Ustadz L : “Iya… saya pernah mengamati anak, dia mampu
tapi orang tua tidak memperbolehkan anak tersebut mengikuti lomba pramuka, tapi saya bilang ini
tanggung jawab saya.” Ustadz D
: “Kalau faktor penghambat menurut saya dari diri siswa itu karena usianya masih labil mengingat
tingkat umur kemudian menurut saya orang tua pengaruh mbak.”
Selain itu juga terdapat faktor eksternal menurut salah satu pembina pramuka di SDIT Al-Muhajirin yaitu ustadzah A pada
tanggal 29 Agustus 2016. Berikut ini adalah pendapatnya dalam wawancara.
“Kebiasaan-kebiasaan anak yang tidak mencerminkan perilaku mandiri dibawa ke sekolah dan mampu mempengaruhi siswa lain.”
Dari hasil observasi terhadap siswa diperoleh data yang memperkuat bahwa pada tanggal 2 Agustus 2016, sebagian besar
siswa kelas 3 siaga diantar sekolah observasi 2 bahkan beberapa
124
siswa kelas 3 siaga diantar hingga masuk kedalam kelas oleh
orangtuanya observasi 2 dan Salah satu siswa kelas 3 siaga di
bantu orang tuanya disiapkan buku pelajaran dan bekalnya
observasi 2.
Kemudian pada tanggal 3 Agustus 2016 sebagian besar siswa kelas 4 penggalang juga diantarkan oleh orang
tuanya. observasi 3 dan tak berbeda pula pada tanggal 8 Agustus
2016 sebagian besar siswa kelas 5 penggalang diantar oleh
orangtuanya. observasi 5.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor eksternal yang menghambat dalam
mewujudkan pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan pramuka adalah pengaruh lingkungan keluarga dan pengaruh
teman sebaya. Dalam hal ini lingkungan keluarga yang dimaksud adalah sikap afektif yag berlebihan dengan selalu memanjakan
buah hatinya dan cara mendidik kepribadian dari orang tua yang minim pengetahuan tentang perkembangan karakter pada anak
sehingga mempengaruhi pola pikir mengasuh anak sehingga tidak terlalu memperhatikan karakter anak. Dan rata-rata orang tua
berasal dari golongan ekonomi di atas rata-rata dimana sebagian besar sebagai pekerja yang sibuk dan tidak memiliki intensitas
waktu yang banyak terhadap buah hatinya maka sebagai orang tua akan sangat memberikan rasa afektifnya akan tetapi yang terjadi
sikap afektif itu berlebihan dan terkesan sangat memanjakan. Hal
125
ini menyebabkan pendidikan karakter mandiri yang dilakukan oleh siswa ketika disekolah kurang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Selain lingkungan keluarga adalah pengaruh teman sebaya,
bahwa usia anak sekolah dasar masih sangat berpotensi untuk selalu berubah pikiran dan masih belum prinsipil. Sehingga
kesadaran untuk berperilaku mandiri terkadang masih mudah goyah dan lebih cenderung untuk ikut-ikutan teman disekitarnya
ketika berperilaku.