Lomba Tingkat Hasil Penelitian 1. Nilai karakter kemandirian yang ditanamkan pada siswa

115 Dari berbagai hasil temuan tersebut disimpulkan bahwa strategi yang digunakan untuk menanamkan nilai kemandirian pada Lomba Tingkat di antaranya adalah kedisiplinan, pemanduan, pujian dan hadiah, serta memberikan tugas ataupun dengan permainan yang dapat membentuk kemandirian anak. Untuk tahapan penanaman nilai karakter mandiri pada kegiatan berkemah menurut hasil wawancara dan dokumen menunjukkan bahwa telah mencapai pada tahap Moral Doing dimana telah menduduki puncak keberhasilan. Tidak hanya disekolah saja akan tetapi sikap kemandirian telah di praktikkan dalam kehidupan sehari-hari dan tentunya dalam hal ini telah melalui tahap sebelumnya yaitu tahapan Moral Knowing dimana pada saat Lomba Tingkat berlangsung anggota pramuka sudah mampu membedakan mana perilaku mandiri dan yang bukan mandiri serta telah melalui tahap Moral Feeling dimana siswa sudah mampu menilai dirinya sendiri, dan semakin tahu kekurangannya.

d. Jambore

Menurut hasil penelitian dalam pelaksanaan Jambore dalam tingkat apapun selalu menggunakan strategi-strategi untuk menanamkan karakter pada kontingen Jambore tersebut. Sama halnya dengan kegiatan-kegiatan pramuka yang lain Jambore juga 116 memiliki tujuan untuk meningkatkan karakter pada anggota pramuka meskipun pelaksanaannya tidak terlalu sering seperti kegiatan yang lain akan tetapi jambore sangat berperan untuk membentuk karakter kemandirian. Berikut in adalah pendapat salah satu pembina yang membahas tentang strategi yang digunakan pada saat kegiatan jambore berlagsung. Ustadz L : “Iya… saya pernah mengamati anak, dia mampu tapi orang tua tidak memperbolehkan anak tersebut mengikuti lomba ataupun jambore pramuka, tapi saya bilang ini tanggung jawab saya saya berikan pemahaman-pemahaman positif agar dapat mensugesti kearah yang lebih baik. Alhamdulillah waktu ikut kemah anak tersebut malah sudah mandiri dan sepulangnya dari lomba pramuka dan kebiasaan-kebiasaan saat pramuka terbawa di rumah. Ada anak yang sama sekali tidak mau makan sayur, lalu di lokasi perkemahan anak ini mau makan sayur terus ketika pulang ke rumah jadi sudah bisa makan sayur.” Ustadz L : Ya ada metode komando, metode secara lisan dan Tanya jawab. Peneliti : Apa itu metode komando? Ustadz L : Komando itu contohnya seperti menekankan menyuruh anak tolong dilakukan setelah dikasih materi lalu diajarkan Pernyataan tersebut diperkuat dengan jurnal teknis pelaksanaan jambore dimana sangat jelas menyatakan bahwa tujuan dilaksanakannya jambore adalah untuk meningkatkan kemandirian. Selain itu di dalam jurnal teknis jambore, dasar penyelenggaraannya menggunakan rencana strategi gerakan pramuka tahun 2014-2019 yang sudah matang dan disertai dengan 117 dasar-dasar hukum yang lain dan program kerja kwarnas yang sudah disetujui bersama. Dapat disimpulkan bahwa strategi-strategi yang digunakan mencakup beberapa strategi yang hampir sama dengan strategi pada kegiatan pramuka lainnya di antaranya adalah dengan memberikan pemahaman positif, dan strategi pemanduan cheerleading, Untuk tahapan penanaman nilai karakter mandiri pada kegiatan berkemah menurut hasil wawancara dan dokumen telah melewati beberapa tahapan sebelumnya yaitu Moral Knowing dimana anggota pramuka yang mengikuti jamboree sudah paham benar tentang pentingnya kemandirian, selain itu juga telah melewati tahap Moral Loving bahwa anggota pramuka telah merasa bersikap mandiri merupakan kebutuhan dan kini menunjukkan bahwa telah mencapai pada tahap Moral Doing dimana sudah mencapai puncak keberhasilan. Terbukti dengan anggota pramuka terpilih telah mempraktikkannya nilai mandiri di dalam kehidupan sehari-hari dimanapun dia berada, dengan siapa dia berinteraksi sehingga mampu menjadi contoh ataupun panutan dan dapat mempengaruhi teman-temannya kearah yang positif yaitu agar sama-sama berperilaku mandiri. 118

4. Faktor pendukung dalam mewujudkan Pendidikan karakter Mandiri

Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat faktor yang mendukung dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri pada siswa melalui peran kegiatan ekstrakurikuler pramuka faktor tersebut di kelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berikut akan dijelaskan faktor-faktor tersebut. a Faktor Internal Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada ustadz L sebagai pembina, beliau mengungkapkan pendapatnya mengeai faktor internal yang mendukung terwujudnya pendidikan karakter mandiri. Berikut ini adalah petikan wawancara selengkapnya. Peneliti : “Adakah us faktor pendukung penanaman nilai mandiri dalam kegiatan Pramuka ini?” Ustadz L : “Apa ya? Hahaha faktor pendukungnya yaitu ya dari teman-teman sendiri” … Pernyataan ustadz L juga diperkuat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh pembina lain yaitu Ustadz D. Berikut ini adalah petikan waancaranya. Peneliti : “Menurut ustadz apasih faktor pendukung penanaman nilai mandiri?” Ustadz D : “Yang mendukung itu ada dua faktor, ada faktor yang dari dalam yaitu diri anak itu sendiri” …