Tahap Pembentukan Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka

141 mandiri. Sehingga tidak heran jika anggota pramuka SDIT Al- Muhajirin yang mengikuti lomba tingkat telah memasuki tahap pembentukan karakter mandiri dimana telah menduduki puncak keberhasilan. Tidak hanya disekolah saja akan tetapi sikap kemandirian telah di praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika menurut Lickona 2013,74-87 dan Abdul Majid 2013:112 tahapan ini adalah tahapan Moral Doing ataupun Learning to do. 4 Jambore Jambore yang pernah diikuti oleh gudep pangkalan ini adalah Jambore Jaringan Sekolah Islam terpadu JSIT dan JAmbore Nasional yang diikuti oleh dua anggota terpilih atas mandate dari kwarcab. Jambore nasional dilaksanakan lima tahun sekali dan pada tahun 2016 ini adalah jambore nasional X yang dilaksanakan di Cibubur dengan diikuti oleh ribuan pramuka terpilih se-Indonesia dan tamu undangan dari Negara tetangga. Sedangkan Jambore Jaringan Sekolah Islam Terpadu JSIT dilaksanakan setiap satu tahun sekali dan hanya pada tingkat regional III yaitu dari wilayah Jawa, DIY dan Kalimantan saja. kegiatan yang diselenggarakan antara Jamnas dan jambore JSIT hampir sama dengan kegiatan pramuka sewajarnya yaitu perkemahan dan penjelajahan akan tetapi lebih memiliki standar yang lebih tinggi. 142 Peserta yang dapat mengikuti jambore adalah anggota pramuka yang berkali-kali mengikuti lomba tingkat dan matang secara fisik serta pengetahuan tentang kepramukaan ataupun tentang kepanduan. Sehingga anggota yang mengikuti jambore sudah memiliki jam terbang yang lebih lama serta memiliki pengalaman-pengalaman yang jauh lebih banyak dibanding dengan anggota yang belum berprestasi dalam bidang kepramukaan. Tentunya secara kepribadian sudah sangat matang sehingga kemandirian yang ada pada anggota terpilih sudah sangat baik. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari sudah mampu menjadi tauladan bagi teman-temannya baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Anggota terpilih telah memenuhi syarat kecakapan umum bahkan memenuhi syarat kecakapan khusus sebagai pramuka teladan dan sudah mampu mempersiapkan diri membangun masyarakat sesuai dengan tri satya pramuka golongan penggalang. Dengan demikian tahapan pembentukan karakter mandiri anggota pramuka yang terpilih mengikuti jambore sudah pada tahap moral doing dimana sudah mencapai puncak keberhasilan. Terbukti dengan anggota pramuka terpilih telah mempraktikkannya nilai mandiri di dalam kehidupan sehari- hari dimanapun dia berada, dengan siapa dia berinteraksi 143 sehingga mampu menjadi contoh ataupun panutan dan dapat mempengaruhi teman-temannya kearah yang positif yaitu agar sama-sama berperilaku mandiri. Tahapan ini sesuai dengan pendapat Lickona 2013,74-87 dan Abdul Majid 2013:112. 2. Faktor pendukung dan faktor penghambat pendidikan karakter mandiri pada siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri pada siswa yang ada di SDIT Al- Muhajirin dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini akan dijelaskan kedua faktor tersebut.

a. Faktor Pendukung dalam mewujudkan pendidikan karakter pada siswa SDIT Al-Muhajirin

1 Faktor Internal Adanya niatan dan keinginan yang bulat pada diri siswa untuk menjadi lebih mandiri dan akan menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari sebagai kebiasaan menjadi faktor pendukung keberhasilan dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri. Selain itu, antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pramuka merupakan suatu motivasi dan dorongan yang baik dalam pelaksanaan pendidikan karakter mandiri. Hal ini dapat dilihat dari semangat dan kegembiraan peserta didik selama mengikuti kegiatan kepramukaan. 144 Faktor tersebut selaras dengan yang diungkapkan oleh Sjarkawi 2006:19 yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter seseorang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesadaran dan keinginan untuk menjadi lebih mandiri dalam kehidupan sehari-hari sangat berpengaruh untuk mencapai keberhasilan dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri. 2 Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mendukung untuk mencapai keberhasilan dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri pada siswa SDIT Al-Muhajirin melalui kegiatan pramuka ini terbagi menjadi beberapa faktor sebagai berikut. a Wali kelas Adanya koordinasi yang baik dan rutin dilaksanakan antara pembina pramuka dengan wali kelas yang selalu bersinergi dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri mampu meringankan beban yang diembannya dalam membentuk karakter siswa yang dikehendaki sehingga sejalan dengan visi misi sekolah yang menjadi tujuan bersama. 145 b Guru Adanya kerjasama yang baik antara kepala sekolah dan guru, kemudian antara pembina pramuka dengan guru di SDIT Al-Muhajirin dimana kepala sekolah selalu melakukan pengawasan dan memberikan evaluasi kinerja sehingga guru melakukan tugas-tugasnya dimana salah satunya adalah menanamkan nilai karakter mandiri dengan sungguh-sungguh. Kemudian guru juga memiliki semangat yang tinggi karena tugasnya tersebut juga bisa dikerjakan bersama dan beriringan dengan pembina pramuka. c Orang Tua Orang tua atau wali murid yang memiliki pengetahuan tentang pentingnya penanaman karakter pada anak akan selalu mendukung dan mensuport secara maksimal dengan memberikan respon positif dengan cara memberikan pengawasan terhadap anak di lingkungan keluarga dan masyarakat serta melanjutkan apa yang telah di upayakan sekolah agar memiliki akhlak yang baik dan berkarakter mandiri. Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa faktor dari wali kelas maupun guru serta orang tua dari lingkungan keluarga mampu memberikan pengaruh baik untuk mencapai keberhasilan dalam mewujudkan 146 pendidikan karakter mandiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sjarkawi 2006:20 yaitu faktor eksternal yang berasal dari luar orang tersebut berasal dari lingkungan seseorang tersebut seperti keluarga, sekolah dan masyarakat.

b. Faktor Penghambat dalam mewujudkan pendidikan karakter pada siswa SDIT Al-Muhajirin.

1 Faktor Internal Tidak dijadikannya kesadaran pada diri siswa untuk menjadi lebih mandiri dan siswa tidak membiasakan diri untuk bersikap mandiri dalam keseharian di lingkungan keluarga ataupun masyarakat yang tentunya niatan tersebut berasal dari diri sendiri menjadikan sebuah faktor yang menghambat dalam mencapai keberhasilan untuk mewujudkan pendidikan karakter mandiri di SDIT Al-Muhjirin yaitu dengan kebiasaan buruk siswa disertai dengan perkembangan emosionalnya yang masih labil. Hal ini sesuai dengan pendapat V. Campell dan R. Obligasi yang menyatakan bahwa pengalaman masa kanak- kanak mempengaruhi pembentukan karakter. Selain itu juga sesuai dengan pernyataan Kohlberg bahwasanya tahap perkembangan moral pada anak usia SD masih dalam tahap pra-konvensional dan knvensional.