Nilai Karakter Kemandirian yang ditanamkan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka.

98 4 Kedisiplinan, dan 5 Mampu memecahkan masalah. b Kegiatan Berkemah Kegiatan berkemah adalah salah satu kegiatan pramuka di alam terbuka. Dimana siswa melakukan kegiatan hingga bermalam di alam terbuka dan memperoleh pendidikan karakter yang terintegrasi lengkap khususnya adalah kemandirian. Hal ini sesuai dengan dokumen tertulis jurnal pelaksanaan kegiatan persami dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada hari senin tanggal 29 Agustus 2016 terhadap siswa FNC mengungkapkan beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan nilai karakter mandiri. Berikut adalah petikan wawancara selengkapnya. Peneliti : “Dik kalau nilai-nilai moral kemandirian apa yang nampak pada saat berkemah?” Siswa FNC : “Nyuci piring sendiri, makan – makan sendiri hahaha tapi kalau masak ya nggak bisalah, kan udah ada catering tapi setidaknya kita bertanggung jawab dengan alat makan kita yang telah digunakan dan tidak merepotkan teman lain untuk membersihkan piringnya” Selain menanamkan nilai karakter mandiri kegiatan berkemah juga merupakan kegiatan yang dijadikan sebagai tolok ukur sejauh mana siswa sebagai anggota pramuka telah menerapkan kemandirian dalam kesehariannya. Hal ini diperkuat dengan wawancara yang dilakukan pada hari senin tanggal 29 99 Agustus 2016 oleh Ustadz D dan Ustadz L , berikut adalah petikan wawancaranya. Ustadz D : “Ya hampir semacam persami gitu mbak berkemah, nah melalui kegiatan ini disitu kita bisa lihat mbak , sikap anak anak. Akan terlihat yang biasanya dirumah sudah mandiri maka akan Nampak, begitu juga sebaliknya mbak.” Peneliti : Lalu nilai-nilai kemandirian apa us yang nampak pada saat berkemah? Ustadz D : Ya hampir sama pada kegiatan lain, yang jelas disiplin dan tanggung jawab. Ustadz L : Yang jelas kalau nilai kemandiriannya itu tidak mengandalkan orang lain, jika bisa dilakukan sendiri ya dilakukan sendiri. Selain itu tanggung jawab dengan apa yang menjadi kewajibannya. Itu sih mbak. Dari hasil wawancara tersebut dan didukung dengan crosscheck dokumen tertulis jurnal pelaksanaan kegiatan berkemah dapat disimpulkan bahwa kegiatan berkemah memilki peran untuk mewujudkan pendidikan karakter mandiri dimana kegiatan berkemah adalah sarana pembina untuk melihat kebiasaan- kebiasaan dan melihat sejauh mana karakter mandiri tertanam pada pribadi anggota pramuka itu. Di dalam kegiatan berkemah juga terdapat rangkaian kegiatan yang terencana dan tersistem dimana menuntut para anggota untuk bersikap mandiri. Adapun nilai-nilai karakter mandiri yang ditanamkan pada saat kegiatan berkemah ini 100 di antaranya adalah Tidak bergantung pada orang lain, disiplin dan bertanggung jawab. c Lomba Tingkat Lomba tingkat adalah pertemuan regu-regu dalam bentuk lomba kepramukaan yang dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat gudep hingga nasional. Adapun beberapa nilai karakter mandiri yang ditanamkan untuk mewujudkan pendidikan karakter mandiri menurut pendapat dari siswa ADP melalui wawancara yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 30 Agustus 2016. Berikut adalah penggalan hasil wawancara selengkapnya. Peneliti : “Nah terus menurutmu nilai moral kemandirian apa yang Nampak pada saat mengikuti kegiatan itu?” Siswa ADP : “Ya aku cuci piring sendiri, gelas dan sendok juga ding. Terus to mbak kalau bangun tidur di lokasi perkemahan, kita lho yang bangunin pembina. Beneren ini…” Pernyataan siswa ADP juga diperkuat dengan pernyataan dari pembina pramuka. Berikut adalah pendapat Ustadz L dalam wawancara. Ustadz L : “Saya selalu menanamkan kepada semua anggota pramuka khususnya yang ikut team inti jangan sampai tingkah laku akhlaqnya kurang baik, kalau bisa harus berbeda dengan teman-teman lain, harus lebih berani. LT3 kemarin juga hanya sedikit kok yang di jenguk. Dan saya beri kesempatan orangtua menjenguk ketika waktu istirahat saja, saya khawatirkan nanti kebiasaan manja dirumah ndak kebawa ke lokasi perkemahan.” 101 Peneliti :” Berarti sudah mending ya us kemandirian siswanya?” Ustadz L : “Jauh mbak jauh lebih mandiri menurut saya” Pernyataan siswa ADP dan Ustadz L juga diperkuat dengan pendapat kepala sekolah yaitu Ustadz NS. Berikut adalah petikan hasil wawancara terhadap Ustadz NS. Peneliti : “Lalu setahu ustadz nilai mandiri apa yang nampak pada saat kemah ataupun lomba-lomba kepramukaan?” Ustadz NS : “Saling tidak menggantungkan kepada teman lain sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan diri.” Pernyataan-pernyataan tersebut didukung pula dengan hasil observasi 9, pada hari sabtu tanggal 13 Agustus pukul 07.00 WIB hingga 15.00 WIB, dimana pada waktu itu siswa yang tergabung menjadi regu inti yang mewakili gudep SDIT Al-Muhajirin untuk mengikuti Lomba Tingkat 2 LT2 dimana para kontingen tanpa disuruh untuk melaksanakan berbagai tugas dengan inisiatif sendiri mereka sudah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan maksimal. Kegiatan ini sesuai dengan dokumen tertulis pada jurnal teknis Lomba Tingkat II kwaran Sawangan dan diperkuat juga dengan hasil dokumentasi pada gambar 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,dan 30 yang telah terlampir. Selain itu diperkuat dengan hasil observasi 16, pada hari Selasa, tanggal 25 Agustus 2016 pada pukul 10.00 WIB hingga penelitian dihentikan pukul 00.00 WIB dimana regu inti dari SDIT 102 Al-Muhajirin mengikuti Lomba Tingkat jenjang selanjutnya yaitu Lomba Tingkat 3 LT3 Kwarcab Magelang. Dimana pada waktu itu peneliti melihat dua anak dari regu putri yang tanpa disuruh kedua anak tersebut mengambil air menggunakan ember untuk digunakan sebagai persediaan di kapling tenda mereka. Kemudian menemui salah satu anggota regu inti putra menolong temannya yang sakit perut, anak tersebut dengan inisiatifnya sendiri dan tanpa memanggil pembina berusaha menolong temannya dengan mengambilkan obat pribadinya. Selain itu juga menjumpai salah satu anggota dari regu putra SDIT Al-Muhajirin memimpin teman- temannya untuk mengaji dan berdoa bersama. Di hari selanjutnya pada observasi ke-17 hari selasa, 26 Agustus 2016 peneliti juga menemui dua anak dari regu inti putri membangunkan teman-temannya dan bahkan membangunkan pembinanya pada pukul 03.00 WIB. Dan menjumpai satu anggota yang mewakili untuk lomba pidato sedang berlatih sendiri di ujung kapling tenda dengan semangat ketika waktu istirahat berlangsung. Kegiatan Lomba Tingkat 3 ini diperkuat juga dengan hasil dokumentasi yang telah terlampir serta diperkuat dengan dokumen berkas jurnal teknis pelaksanaan LT 3 yang menjadi pedoman jalannya acara di antara adalah point B1, B2, B4, B5, B7, B9, B10, B11, C2, C3, D1, D3,D4, dan D5. 103 Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan Lomba Tingkat berperan dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri karena dalam sub kegiatan yang dilaksanakan sesuai jurnal teknis tersebut sudah dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan dengan tepat sasaran dengan menanamkan nilai karakter pada para peserta kontingen Lomba Tingkat itu. Nilai-nilai karakter mandiri yang ditanamkan pada saat kegiatan Lomba Tingkat di antaranya adalah : 1 Kepercayaan diri 2 Tidak bergantung dengan orang lain 3 Bertanggung Jawab 4 Kedisiplinan, dan 5 Mampu memecahkan masalah. d Jambore Jambore yang diikuti oleh perwakilan anggota pramuka terpilih dari gudep pangkalan SDIT Al-Muhajirin adalah jambore nasional yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali dengan diikuti oleh ribuan peserta dari seluruh Indonesia. Selain jambore nasional juga rutin megikuti jambore Jaringan Sekolah Islam Terpadu yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Adapun beberapa nilai karakter yang ditanamkan melalui beberapa kegiatan menurut siswa RAG sebagai anggota pramuka yang pernah menjadi peserta jambore. Berikut ini adalah hasil wawancarnya. 104 Peneliti : “Yakin nih? Hahaha lalu nilai mandiri apa dong yang Nampak pada saat jambore itu? Siswa RAG : “Aku ngumbahi yo…” Peneliti : “Beneran nyuci baju sendiri?” Siswa RAG : “Iyalah kan waktu Jamnas soalnya itu ki 8 hari mbak, sui to..” Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh pendapat siswa ADP pada petikan wawancara berikut. Peneliti : “Ikutan apa aja dik, mbak dikasih tau dong.” Siswa ADP : “LT2, LT3, Pesta siaga, jamnas juga.” Peneliti : “Nah terus menurutmu nilai moral kemandirian apa yang Nampak pada saat mengikuti kegiatan itu?” Siswa ADP : “Ya aku cuci piring sendiri, gelas dan sendok juga ding. Terus to mbak kalau bangun tidur di lokasi perkemahan, kita lho yang bangunin pembina. Beneren ini…” Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan dari Ustadz L sebagai pembina yang mana menyatakan keberhasilan kegiatan jambore dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri. Berikut ini adalah penggalan wawancaranya. Ustadz L : “Iya… saya pernah mengamati anak, dia mampu tapi orang tua tidak memperbolehkan anak tersebut mengikuti lomba ataupun jambore pramuka, tapi saya bilang ini tanggung jawab saya. Alhamdulillah waktu ikut kemah anak tersebut malah sudah mandiri dan sepulangnya dari lomba pramuka kebiasaan-kebiasaan saat pramuka terbawa di rumah. Ada anak yang sama sekali tidak mau makan sayur, lalu di lokasi perkemahan anak ini mau makan sayur terus ketika pulang ke rumah jadi sudah bisa makan sayur.” Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan jambore juga merupakan kegiatan berkemah, kemudian 105 kegiatan Lomba tingkat dapat dikatakan sebagai kegiatan jambore karena kegiatan Lomba Tingkat juga lebih sering pelaksanaannya berupa kegiatan perkemahan besar. Maka jambore juga merupakan kegiatan yang memiliki berbagai macam peran dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri jika dilihat jambore merupakan kegiatan perkemahan besar. Hal ini sesuai dengan dokumentasi tertulis jurnal teknis pelaksanaan jambore nasional pada Bab I Pendahuluan bagian umum point ke 2 di mana disebutkan bahwa Jambore Nasional Gerakan Pramuka X Tahun 2016 disingkat Jamnas X 2016 adalah sarana pendidikan dan pertemuan besar bagi Pramuka Penggalang yang bertujuan untuk membentuk watak, meningkatkan sikap kemandirian, keterampilan, mengkokohkan jiwa persatuan dan kesatuan. Adapun nilai-nilai karakter mandiri yang di tanamkan pada saat kegiatan jambore ini di antaranya adalah : 1 Kepercayaan diri 2 Tidak bergantung pada orang lain 3 Bertanggung jawab 4 Kedisiplinan, dan 5 Mampu memecahkan masalah. 106

3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka.

a. Latihan Rutin

Berdasarkan hasil penelitian dalam pelaksanaan kegiatan latihan rutin untuk mewujudkan pendidikan karakter mandiri, pembina memiliki strategi dan cara yang berbeda-beda. Berikut ini adalah cara yang digunakan pembina menurut siswa KW dalam pendapatnya ketika sesi wawancara yang dilakukan pada hari selasa tanggal 30 Agustus 2016. Peneliti : “Maksudnya cara mengajari kemandiriannya seperti apa, bagaimana cara kakak pembina menanamkan nilai mandiri?” Siswa KW : “Banyak bernyanyi menyenangkan kok” Peneliti : “Menyenangkannya gimana dik?” Siswa KW : “Banyak permainan macam-macam, pembina juga baik jadi aku senang ikut latihan pramuka” Pendapat siswa KW juga diperkuat dengan pendapat siswa GAK yang diungkapkan melalui wawancara pada hari selasa tanggal 30 Agustus 2016. Berikut adalah petikan wawancara selengkapnya. Peneliti : “Maksudnya cara mengajari kemandiriannya seperti apa, bagaimana cara kakak pembina menanamkan nilai mandiri? Siswa GAK : “Nggak tau mbak, tapi pramuka menyenangkan kok.” Peneliti : “Menyenangkannya gimana dik?” Siswa GAK : “Banyak permainan, terus pembina juga enggak galak jadi aku senang ikut pramuka tugasnya enggak susah.” 107 Pernyataan dari beberapa siswa tersebut selaras dengan hasil observasi ke 4 pada tanggal 6 Agustus 2016 dimana pembina lebih sering mengajak para anggota pramuka untuk memahami materi dengan permainan yang menarik. Dimana sesuai juga dengan dokumentasi gambar 2 kemudian memberikan pemahaman positif kepada anggota pramuka dengan memberikan kepercayaan dan tanggung jawab, membiasakan anggota pramuka berperilaku sesuai dengan aturan kepramukaan, memotivasi anggota pramuka agar tidak malas-malasan, memberikan pujian terhadap hasil yang dicapai anggota pramuka. Hasil penelitian tersebut juga di lengkapi dengan pernyataan pembina pramuka dalam pendapatnya ketika diwawancarai pada hari senin tanggal 29 Agustus 2016 dan di dukung dengan dokumentasi gambar 3, 4, 5 dan 6 pada lampiran. Berikut adalah sepenggal wawancara selengkapnya. Ustadz L : “Memberi tugas, tugas mandiri ataupun kelompok.” Ustadzah A : “Memberi tugas, tugas mandiri dan kelompok. Kemudian lebih interaktif dan pembelajaran pramukanya itu seperti dua arah selalu mencari feedback dari anak.” Gambar 2 Kegiatan permainan Wide Game pada saat Latihan Rutin anggota Penggalang Dengan didampingi oleh pembina 108 Gambar 3 Anggota Siaga sedang berdiskusi dan mengaplikasikan strategi pemanduan cheerleading dimana salah satu anggota memimpin kelompoknya ketika menyelesaikan tugas dari pembina. Dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan latihan rutin ini pembina menyampaikan materi-materi kepramukaan yang diintegrasikan dengan menanamkan nilai karakter mandiri, serta memberikan tugas baik tugas mandiri ataupun tugas kelompok dan memberikan berbagai macam jenis permainan bersama yang beragam sebagai strateginya. Selain itu memberikan pemahaman positif kepada anggota pramuka dengan memberikan kepercayaan dan tanggung jawab, membiasakan anggota pramuka berperilaku sesuai dengan aturan kepramukaan, memotivasi anggota pramuka agar tidak malas-malasan, dan memberikan pujian terhadap hasil yang dicapai anggota pramuka. Sehingga dalam pelaksanaannya siswa memiliki antusias yang besar dan tidak merasa bosan ketika 109 mengikuti kegiatan latihan rutin yang dilakukan setiap minggunya ini dan orang tua pun mendapatkan pelaporan perkembangan sikap buah hatinya. Disimpulkan juga menurut hasil obeservasi dan wawancara bahwa tahap pencapaian pendidikan karakter mandirinya sudah mencapai pada tahap Moral Doing. Dimana para siswa sudah mempraktikkan nilai-nilai karakter kemandirian meskipun dalam kehidupan sehari-harinya belum mempraktikkan secara maksimal. Dan sudah melewati tahap Moral Knowing secara optimal dimana semua anggota telah mampu membedakan nilai-nilai karakter yang baik dan yang tidak serta memahami betul pentingnya nilai karakter mandiri. Selain itu juga telah melewati tahap dimana anggota pramuka ketika mengikuti kegiatan latihan rutin telah memiliki rasa butuh terhadap nilai karakter mandiri, tahapan ini adalah tahapan Moral Feeling.

b. Kegiatan Berkemah

Berdasarkan hasil penelitian dalam pelaksanaan kegiatan berkemah, baik persami perkemahan sabtu minggu, perkajum perkemahan kamis jumat, ataupun kost country selalu menggunakan berbagai macam strategi yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kemandirian. Menurut pendapat siswa SA yang diungkapkan pada saat wawancara pada tanggal 29 Agustus 2016 sebagai berikut.