Nilai Karakter Mandiri Yang Ditanamkan Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka
132
Selain menanamkan nilai karakter mandiri kegiatan berkemah juga merupakan kegiatan yang dijadikan sebagai tolok
ukur sejauh mana siswa sebagai anggota pramuka telah menerapkan kemandirian dalam kesehariannya. Maka terbukti
bahwa kegiatan berkemah memilki peran untuk mewujudkan pendidikan karakter mandiri dimana kegiatan berkemah adalah
sarana pembina untuk melihat kebiasaan-kebiasaan dan melihat sejauh mana karakter mandiri tertanam pada pribadi anggota
pramuka itu. Di dalam kegiatan berkemah juga terdapat rangkaian kegiatan yang terencana dan tersistem dimana menuntut para
anggota untuk bersikap mandiri.
3 Lomba Tingkat
Lomba Tingkat LT merupakan pertemuan regu-regu dalam bentuk lomba kegiatan kepramukaan. para anggota pramuka
Gudep pangkalan SDIT Al-Muhajirin mengikuti Lomba Tingkat 2 LT2 se-Kwaran Sawangan. Pada Lomba Tingkat 2 LT2 terbukti
bahwa memiliki peran sebagai kegiatan yang mampu mewujudkan pendidikan karakter mandiri dimana para kontingen tanpa disuruh
untuk melaksanakan berbagai tugas dengan inisiatif sendiri mereka sudah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan maksimal
demi tujuan agar memperoleh gelar regu terbaik .
Setelah Gudep pangkalan SDIT Al-Muhajirin memperoleh apresiasi kejuaraan regu terbaik pada Lomba Tingkat 2 LT2 maka
133
selanjutnya ditunjuk mewakili Kwaran Sawangan untuk mengikuti Lomba Tingkat 3 LT3 se-Kwarcab Magelang di Lapangan Balak,
Pakis, Kabupaten Magelang. Lomba Tingkat 3 LT3 juga memiliki peran sebagai kegiatan pramuka yang mampu meujudkan
pendidikan karakter mandiri dimana kemandirian siswa lebih mengalami kemajuan jika dibandingkan pada saat mengikuti
Lomba Tingkat 2 LT2. Lomba Tingkat sangat berperan dan memiliki andil dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri.
Adapun nilai-nilai karakter mandiri yang ditanamkan pada kegiatan Lomba tingkat di antaranya adalah memiliki cita-cita agar
menjadi regu terbaik, memanfaatkan kesempatan apapun untuk menunjukkan yang terbaik, percaya diri sendiri, berusaha keras
untuk meraih sukses dengan menggunakan kesiapan pengetahuan dan keterampilan kepramukaan yang telah dipelajari. Nilai-nilai
tersebut sesuai dengan pendapatnya Tabrani 2003:67-69 tentang cirri-ciri anak yang memiliki kepribadian mandiri.
4 Jambore
Selain jambore kepramukaan SDIT Al-Muhajirin selalu mengikuti Jambore Jaringan Sekolah Islam Terpadu JSIT, selain
itu dua anggota terpilih mengikuti Jambore Nasional yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali di luar kota bersama ribuan
peserta. Dan menurut definisi dan pernyataan beberapa sumber kegiatan jambore juga merupakan kegiatan berkemah, kemudian
134
kegiatan Lomba tingkat dapat dikatakan sebagai kegiatan jambore karena kegiatan Lomba Tingkat juga lebih sering pelaksanaannya
berupa kegiatan perkemahan besar. Maka jambore juga merupakan kegiatan yang memiliki berbagai macam peran dalam mewujudkan
pendidikan karakter mandiri jika dilihat jambore merupakan kegiatan perkemahan besar. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam jambore hampir sama dengan Lomba Tingkat hanya saja kuantitas pesertanya lebih banyak jika dibandingkan dengan lomba
tingkat akan tetapi kegiatan jambore tidak terdapat kegiatan yang diperlombakan.
Adapun nilai-nilai karakter mandiri yang ditanamkan pada kegiatan ini di antaranya adalah rasa percaya diri, mampu
mengerjakan pekerjaan secara individu, menguasai keahlian dan keterampilan, bertanggung jawab, disiplin memiliki cita-cita dan
selalu memanfaatkan kesempatan sebagai peluang-peluang baik yang bisa dimanfaatkan. Nilai-nilai karakter mandiri tersebut sesua
dengan ciri-ciri individu mandiri menurut Antonius 2002:145 dan Tabrani 2003:67-69.
b. Strategi yang Digunakan untuk Menanamkan Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan Estrakurikuler Pramuka
1 Latihan Rutin
Dalam pelaksanaan kegiatan latihan rutin di setiap minggunya telah dibuat sebuah rencana yang diutamakan,
135
untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Melalui strategi yang tepat dimana memudahkan bagi subyek untuk melakukan
eksplorasi dan penemuan diri, sehingga dapat mencapai proses dengan hasil yang memuaskan.
Pembina menggunakan
strategi yang
mampu mengembangkan kemandirian di antaranya adalah
memberikan pemahaman positif kepada anggota pramuka dengan memberikan kepercayaan dan tanggung jawab,
memberikan permainan yang beragam, membiasakan anggota pramuka berperilaku sesuai dengan aturan kepramukaan,
memotivasi anggota pramuka agar tidak malas-malasan, memberikan pujian terhadap hasil yang dicapai anggota
pramuka serta mengadakan program parenting dengan selalu berkoordinasi dengan orang tua. Strategi yang digunakan
tersebut sesuai dengan pendapat Hermann Holsten 1984:38.
2 Kegiatan Berkemah
Kegiatan berkemah yang sering dilaksanakan di gudep pangkalan SDIT Al-Muhajirin adalah kost country dan persami
perkemahan sabtu minggu ataupun perkajum perkemahan kamis jum’at. Kegiatan ini merupakan kegiatan intern yang
dilaksanakan setiap satu tahun sekali dan wajib diikuti oleh semua anggota penggalang. Dalam kegiatan ini siswa harus
menjalani semua rangkaian kegiatan yang sudah terjadwalkan.
136
Dimana kegiatan kegiatan ini tentunya sudah memuat nilai- nilai karakter mandiri.
Dalam pelaksanaannya terdapat jurnal pelaksanaan yang digunakan sebagai panduan jalannya acara berkemah yang
dilaksanakan di lingkungan sekitar sekolah tersebut. dan strategi yang digunakan di antaranya adalah memberikan
pemahaman positif pada anggota pramuka, mendidik anggota pramuka agar terbiasa hidup bersih dan rapi, memberikan
permainan-permainan yang menarik dan dapat membentuk kemandirian anggota pramuka, memberikan pilihan kepada
anggota sesuai minat yang dikehendakinya, membiasakan anggota pramuka berperilaku sesuai dengan tata krama yang
ada, memotivasi para anggota dan memberikan pujian ataupun reward sebagai apresiasi kepada anggota yang berhak
menerimanya. Strategi-strategi yang digunakan tersebut sesuai dengan pendapat Herman Holsten 1984:38.
3 Lomba Tingkat
Lomba tingkat selalu diadakan satu tahun sekali, lomba tingkat yang sering diikuti para anggota pramuka gudep
pangkalan SDIT Al-Muhajirin adalah Lomba Tingkat II LT2 dan Lomba Tingkat III LT3. Lomba tingkat 2 dilaksanakan di
Kwaran atau di tingkat kecamatan kegiatan yang dilaksanakan berupa wadegame dan perkemahan. Sedangkan lomba Tingkat
137
III merupakan lomba lanjutan dengan tahap lebih tinggi yaitu tingkat kabupaten atau dalam istilah pramuka disebut kwarcab
dan tentunya dengan kriteria penilaian yang lebih tinggi pula. kegiatan Lomba Tingkat III hampir sama dengan Lomba
Tingkat II yaitu perkemahan disertai dengan penjelajahan. Dalam penyusunan jurnal teknis yang dibuat sebagai
pedoman jalannya pelaksanaan lomba tingkat tentunya sudah direncanakan dengan menggunakan berbagai macam strategi.
Dimana strategi yang digunakan salah satunya adalah strategi yang sesuai yaitu strategi untuk pengembangan karakter yang
disusun secara matang agar tujuan-tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Dalam hal ini adalah strategi yang digunakan untuk menanamkan pendidikan karakter mandiri khususnya pada saat
lomba Tingkat di antaranya adalah kedisiplinan, pemanduan, pujian dan hadiah, serta memberikan permainan yang dapat
membentuk kemandirian anak. Strategi yang digunakan tersebut sesuai dengan tiga dari lima strategi menurut pendapat
Whitley, 2007 dalam samani 2013 dan sesuai dengan salah satu strategi menurut pendapat Herman Holsten 1984:38.
4 Jambore
Sama halnya dengan kegiatan besar kepramukaan dimana dalam setiap pelaksanaannya selalu mengikuti pedoman
138
pelaksanaan kegiatan yang disebut jurnal teknis. Dalam jurnal teknis kegiatan perkemahan besar atau jambore penyusunannya
juga memperhatikan komponen-komponen agar kegiatan jambore dapat berlangsung sesuai dengan peraturan serta
mampu mencapai tujuan yang dikehendaki. Tentunya jurnal teknis yang dibuat dilengkapi dengan
strategi yang matang agar anggota mampu mencapai indikator yang dikehendaki tanpa mengalami kesulitan yang berarti.
Adapun strategi yang digunakan pada saat jambore, di antaranya adalah strategi pemanduan cheerleading, strategi
definisikan dan latihkan define and drill serta strategi penegakan disiplin forced-formality. Strategi tersebut sesuia
dengan tiga dari lima strategi menurut Whitley, 2007 dalam samani 2013.