B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Dimopoulos 2009, penelitiannya membuktikan bahwa penggunaan modul mampu
mengakomodasi kemampuan siswa, secara positif mempengaruhi kemampuan kognitif dan afektif siswa. Modul mampu mengakomodir kemampuan siswa dengan
memanfaatkan waktu pembelajaran menjadi lebih efisien. Pelaksanaan modul menunjukkan keberhasilan untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Cooper, Hanmer dan Cerbin 2006 dalam jurnalnya menyatakan bahwa: 1 modul
membuat siswa lebih memahami sebuah konsep yang harus diselidikai dan dianalisis di kelas, sehingga guru dapat mengidentifikasi kesulitan dan pemahaman siswa, 2
modul dapat memfasilitasi interaksi antar siswa dan mendorong pembentukan kerja sama yang baik dalam kelompok kecil, 3 dalam kelas pembelajaran dengan modul
lebih menyenangkan. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan kelemahan modul yaitu tidak efektif jika di terapkan dalam kelas besar, karena membutuhkan waktu
yang lama dalam proses pembelajaran. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian tersebut menggunakan modul Problem Solving sedangkan penelitian ini
dengan modul berbasis SETS. 3.
Donelly dan Fiztmaurice 2005 menyatakan bahwa dalam desai modul untuk pembelajaran harus memperhatikan hubungan yang logis antara kebutuhan dalam
proses belajar mengajar, tujuan pembelajaran, hasil belajar yang akan dicapai, sumber belajar, strategi pembelajaran, kriteria pembelajaran, dan evaluasi.
4. Ereckson dan Shumway 2006 dalam jurnal penelitianya mengutip pernyataan
Palmer 1995 bahwa integritas kurikulum dapat meningkatkan efektivitas pendidikan dan penyajian pembelajaran terpadu dapat meningkatkan pemahaman,
ingatan, dan aplikasi. Selanjutntnya pernyataan La Porter Sander 1995 menyatakan bahwa mengintegritaskan berbagai mata pelajaran di sekolah dapat
memberikan makna keterkaitan antar mata pelajaran dan memberikan solusi tentang keterbatasan dalam pengajaran.
5. Izaak H. Wenno 2010 dalam hasil penelitiannya menyatakan model modul sains
berbasis problem solving method dapat dikategori baik, dan layak digunakan dalam proses pembelajaran sains SMPMTs, baik di kelas maupun di laboratorium. Hal ini
dapat digambarkan bahwa sikap, minat dan kemampuan siswa memecahkan masalah sains meningkat pada uji coba yang lebih luas. Hasil penelitian
commit to user
menunjukkan bahwa hasil belajar sains siswa dengan menerapkan media pembelajaran sains, yakni modul sains berbasis problem solving method sangat
baik. Hasil penelitian yang diperoleh,dapat dikatakan bahwa pembelajaran sains di SMPMTs Propinsi Maluku dengan menggunakan modul sangat bermanfaat bagi
guru sains dalam menyampaikan materi sains kepada siswa. Persamaan dalam penelitian ini adalah pengembangan modul. Sedangkan perbedaan dalam penelitian
ini adalah berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku. 6.
Penelitian oleh Hartono Nuroso dan Joko Siswanto 2010 tentang model pengembangan modul IPA Terpadu. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain
model pengembangan modul IPA Terpadu berdasarkan perkembangan kognitif. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah mengembangkan modul IPA
Terpadu. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku.
7. Nuryanto Ahmad Binadja 2010 tingkat efektivitas pembelajaran Ikatan Kimia
dengan pendekatan SALINGTEMAS ditinjau dari hasil belajar dapat dikategorikan efektif, hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa kelas
eksperimen mengalami peningkatan secara signifikan 86, sedangkan peningkatan hasil belajar yang telah dicapai oleh kelas kontrol tidak terlalu besar
68. Persamaan dengan penelitian ini adalah pendekata SETS, sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah modul IPA Terpadu pada tema makanan sehat
dan tubuhku. 8.
Hasil penelitian Mukhklis Rohmadi 2011 bahwa pendekatan CEP bervisi SETS dapat meningkatkan nilai kognitif, afektif, psikomotorik, keaktifan, motivasi, dan
minat siswa dalam belajar. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan SETS dan menekankan pada hasil belajar siswa. Perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah SETS yang mewarnai modul IPA Terpadu.
9. Penelitian tentang modul berbasis SETS pernah dilakukan oleh Oni Arlitasari dkk
2013 yang bertujuan untuk mengembangan modul IPA Terpadu berbasis Salingtemas dengan tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pengembangan modul perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
IPA Terpadu berbasis SalingtemasSETS. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tema modul Makanan Sehat dan Tubuhku.
10. Uswatun Hasanah 2013 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa bahan ajar
IPA terpadu berbasis salingtemas pada tema energi yang dikembangkan layak digunakan sebagai bahan ajar dan efektif digunakan dalam pembelajaran pada
peserta d idik kelas VIII MTs Manba’ul Ilmin Nafi’. Persamaan dengan penelitian
yang akan dilakukan adalah pengembangan modul IPA Terpadu berbasis SalingtemasSETS. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tema
modul Makanan Sehat dan Tubuhku. 11.
Penelitian oleh Alifa Noora Rahma 2012 tentang perangkat pembelajaran penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran model
inquiri berpendekatan SETS pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan empati siswa terhadap lingkungan .
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan SETS dan menekankan pada hasil belajar. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah SETS diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu dengan tema Makanan Sehat dan Tubuhku.
12. Penelitian oleh Dwi Handayani 2013 tentang pengembangan modul IPA Terpadu
berbasis SETS dengan penekanan berpikir kritis pada tema Bahan Kimia pada Makanan layak untuk digunakan dan efektifitas pengembangan modul IPA Terpadu
dianalisis dengan gaint score menunjukkan bahwa kelas pengujian produk lebih tinggi dibandingkan dengan kelas baseline. Persamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah mengembangkan modul IPA Terpadu berbasis SETS. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah meningkatkan hasil belajar dengan
tema makanan sehat dan tubuhku. 13.
Penelitian oleh Rusmiyati 2009 tentang efektivitas penerapan model problem based-instruction untuk menumbuhkan keterampilan proses yang didisain dalam
bentuk tindakan kelas dengan mengambil pokok bahasan fluida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang diterapkan dapat menumbuhkan keterampilan
proses sains sekaligus dapat meningkatkan kemampuan kognitif serta melatihsikap ilmiah siswa. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
meningkatkan kemampuan kognitif. Perbedaan dengan penelitian yang akan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
dilakukan adalah diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu dengan tema Makanan Sehat dan Tubuhku.
14. Rosario 2009 dalam jurnalnya mengemukakan bahwa SETS Science,
Envoronment, Technology, and Society merupakan pendekatan yang melibatkan empat faktor penting yaitu pengetahuan, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Pendekatan STSE memiliki tiga implikasi pada kurikulum sains. Pertama, kerangka untuk isu-isu penting dan masalah yang relevan disajikan sebagai dasar kurikulum.
Kedua, model STSE yang menyajikan masalah yang relevan dan menarik dapat digunakan tanpa harus merusak kurikulum secara keseluruhan. Ketiga, model ini
juga berfungsi sebagai alat refleksi untuk analisis kritis dan evaluasi. Model STSE mampu memberikan iklim yang unik sebagai metodologi untuk mempengaruhi pola
kinerja akademik, penguasaan ilmu, lingkungan, dan sosial budaya siswa. 15.
Yoruk, Morgil, dan Secken 2009 dalam jurnalnya mengemukakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan akan mempengaruhi teknologi, lingkungan, dan
masyarakat secara positif dan negatif. Ilmu akan berkembang seiring dengan perubahan masyarakat dan teknologi. Hal ini merupakan penerapan ilmu
pengetahuan secara teoritik. Dampak dari perkembangan ini mempengaruhi cara menyampaikan pengetahuan pada proses belajar mengajar.
16. Elvan Ince Aka et al. 2010 dalam penelitiannnya tentang hasil metode pemecahan
masalah pada keterampilan proses sains dan pencapaian akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai yang mencolok antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada nilai pretes keterampilan proses sains dan hasil belajar. Hasil lain menunjukkan nilai postest keterampilan proses sains dan hasil
belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai postest kelas kontrol. 17.
Yager 2008 hasil penelitianya menyatakan bahwa belajar degan pendekatan STM memiliki keunggulan yaiti: 1 belajar konsep dasar, 2 pencapian konsep umum
yang banyak, 3 menerapkan konsep sains dalam situasi baru, 4 meningkatkan sikap yang lebih positif terhadap ilmu pengetahuan, 5 menunjukksan sikap kreatif
yang lebih dan sering, 6 dapat menerapkan ilmu pengetahuan di rumah dan di masyarakat. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
menggunaka STS menekankan pada penguasaan konsep. Perbedaan dengan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
penelitian yang akan dilakukan adalah diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu.
18. Maria Sundus Retno Wijayanti 2013 Tujuan penelitian ini adalah untuk 1
mengetahui tingkat kevalidan perangkat pembelajaran berbasis masalah bervisi SETS yang dikembangkan. 2 mengetahui apakah model pembelajaran berbasis
masalah bervisi SETS yang dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains pada kompetensi yang terkait dengan pokok bahasan larutan
penyangga 3 mengetahui apakah model pembelajaran berbasis masalah bervisi SETS yang dikembangkan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa 4
mengetahui apakah model pembelajaran berbasis masalah bervisi SETS yang dikembangkan dapat meningkatkan aktivitas siswa 5 mengetahui apakah siswa
memberikan respon positif terhadap model pembelajaran berbasis masalah bervisi SETS yang dikembangkan. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah menggunaka STS. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu dengan tema makanan sehat
dan tubuhku.
C. Kerangka Berpikir