PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT DAN TUBUHKU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR abstrak. TESIS Isfi Muzari

(1)

i

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT DAN TUBUHKU UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains

Oleh

ISFI MUZARI S831308022

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SAINS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNUVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2015 commit to user


(2)

ii commit to user


(3)

iii commit to user


(4)

iv commit to user


(5)

v MOTTO

Sesungguhnya di samping kesukaran ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai, maka bersusah payahlan mengerjakan yang lain.

(Q.S. Al-Insyirah: 6-7)

Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses

Aku percaya bahwa apapun yang aku terima saat ini adalah yang terbaik dari Alloh dan Aku percaya Dia akan selalu memberikan yang terbaik untukku pada

waktu yang telah Ia tetapkan


(6)

vi PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

1. Suamiku yang selalu memberikan motivasi untuk terselesainya tesis ini. 2. Kedua orangtuaku yang telah tulus ikhlas mendokan dan merawat

cucunya.

3. Anak-anaku yang merupakan penyemangat dalam hidupku.


(7)

vii KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS pada Tema Makanan Sehat dan Tubuhku untuk Meningkatkan Hasil Belajar ini dengan baik.

Penyelesaian tesis ini tidak lepas dari kesulitan karena keterbatasan kemampuan. Berkat bantuan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan berbagai pihak kepada penulis, maka tesis ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan di Program Pascasarjana Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret.

2. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Sains dan validator ahli media yang telah berkenan memberikan fasilitas, pengarahan, saran, dan motivasi hingga terselesaikannya usulan tesis ini. 3. Prof. Dr. Ashadi, sebagai dosen pembimbing pertama yang telah berkenan

memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, dan saran hingga terselesaikannya tesis ini.

4. Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd., sebagai dosen pembimbing kedua yang telah berkenan memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, dan saran hingga terselesaikannya tesis ini.

5. Dr. Maridi, M.Pd., selaku validator ahli materi yang telah memberikan saran untuk perbaikan isi modul.

6. Karjiyadi, M.Pd. selaku validator ahli bahasa yang telah memberikan saran untuk perbaikan tata tulis kebahasaan modul.

7. Jauhari Iswahyudi, M.Pd. dan Susi Prasetyaningtyas, M.Pd. selaku praktisi yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan modul.

8. Suami dan anak-anakku yang selalu memberikan motivasi untuk terselesainya


(8)

viii

9. Segenap dosen program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

10.Supardi, S.Pd. dan Drs. Dwinabut selaku kepala MTs YAPPI Mulusan dan kepala MTs YAPPI Jetis yang telah memberikan fasilitas sehingga terselesainya penelitian ini.

11.Riyata, S.Pd., Suwarsono, S.Pd., Sri Endang Y, S.Pd., Warsita, S.Pd., dan Amin Salamah, S.Pd.Bio. yang telah memberikan penilaian modul, serta Sugersi Wahyuni sebagai observer.

12.Teman-teman mahasiswa program Studi Magister Pendidikan Sains angkatan September 2013 atas kerja sama dan motivasinya.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfat bagi yang membacanya.

Surakarta, Maret 2015

Penulis


(9)

ix

Isfi Muzari. 2015. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS pada

Tema Makanan Sehat dan Tubuhku untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Tesis.

Pembimbing I: Prof. Dr. Ashadi. Pembimbing II: Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd. Program Studi Magister Pendidikan Sains, Fakultas Kegiruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan karakteristik modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar; (2) mengetahui kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar; (3) mengetahui efektivitas modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar.

Penelitian ini mengacu pada model pengembangan oleh Borg and Gall yang direduksi menjadi 9 tahap: 1) analisis kebutuhan, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk, 4) uji lapangan awal, 5) revisi produk awal, 6) uji lapangan utama, 7) revisi produk utama, 8) uji lapangan operasional, 9) revisi produksi operasional. Subyek pengembangan untuk kelayakan modul divalidasi oleh ahli media, ahli materi, ahli bahasa dan guru IPA (praktisi). Pengumpulan data dilakukan dengan angket, lembar observasi, wawancara. Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data tentang hasil observasi, wawancara, serta saran saat validasi dan uji lapangan terhadap kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari penilaian hasil validasi modul, penilaian angket pada uji lapangan awal, uji lapangan utama, uji lapangan operasional, dan hasil belajar. Efektivitas modul diperoleh dengan menggunakan gain score ternormalisasi untuk pretest-postest. Sedangkan untuk sikap dan keterampilan proses dengan membandingkan hasil setiap kegiatan belajar.

Hasil penelitian ini adalah: (1) karakteristik produk modul IPA Terpadu berbasis SETS sebagai berikut: a) berbentuk modul cetak IPA terpadu berbasis SETS dengan tema makanan sehat dan tubuhku untuk guru dan untuk siswa; b) materi yang disajikan dikaitkan dengan masalah di sekitar kehidupan siswa yang sering dijumpai dalam kehidupan, sehingga siswa lebih mudah memahami materi tersebut; c) penyusunan modul mengacu pada alur pembelajaran SETS; d) modul berisi keterkaitan unsur SETS yang tertuang dalam bagan-bagan SETS; e) modul dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas dan belajar mandiri bagi siswa di rumah; (2) Kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku berdasarkan penilaian ahli, praktisi, respon guru dan siswa memberikan kategori sangat baik dan layak digunakan; (3) produk ini efektif dalam meningkatkan pengetahuan (gain score = 0,344), sikap (18%) dan keterampilan (14%).

Kata Kunci: Modul, IPA Terpadu, SETS, Hasil belajar.


(10)

x

Isfi Muzari. Development of SETS-based Integrated Natural Science Module on the Theme of Healthy Food and My Body to Improve the Achievement. Thesis: Advisor: Prof. Dr. Ashadi, Co-advisor: Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd., The Graduate Program in Science Education, the Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta 2015.

ABSTRACT

The objectives of this research are: (1) to describe the characteristics of SETS-based Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body to improve the achievement; (2) to investigate the feasibility of SETS-based Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body to improve the acievement; and (3) to investigate the effectiveness of SETS-based Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body to improve the achievement. This research used the research and development (R&D) method which referred to the model claimed by Borg and Gall with some reductions into nine phases, namely: (1) need analysis, (2) planning, (3) development of product, (4) preliminary field testing, (5) revision of preliminary product, (6) primary field testing, 7) revision of main product, (8) operational field testing, and (9) revision of operational product. The subject of development for the module feasibility was validated by a learning media expert, a learning material expert, a language expert, and two practitioners (Natural Science teachers). The data of research were collected through questionnaire, observation sheet, and in-depth interview. The data obtained were qualitative and quantitative ones. The former were those of the results of observation, in-depth interview, and suggestion during the validation and field testing of the feasibility of the developed SETS-based Integrated Natural Science module, and the latter were obtained from the evaluation of the results of module validation, the evaluation of questionnaire during the preliminary field testing, main field testing, and operational field testing, and learning result.. The effectiveness of the module on the achievement was analyzed by using the normalized N-gain score for pretest post test, and that of attitudes and skills of process was obtained by comparing the achievement in each activity.

The results of research are as follows: 1) The characteristics of SETS-based Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body include the following: (a) the developed SETS-based Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body is in the printed form; (b) the learning materials

presented are related to the problems surrounding the students’ life so that they can

easily understand them; (c) the module preparation refers to the SETS learning procedure; (d) the module contains the interrelation of elements of SETS as presented in the diagrams of SETS; and (e) the developed module can be used for learning activities in the class and for independent learning at home by the students. 2) In term of feasibility, the developed SETS-based Integrated Natural Science Module on the theme of Healthy Food and My Body according to the judgment of the experts and practitioners and the response of teachers and students belongs to the very good category and is feasible to be used. 3) The developed product is effective to improve the knowledge as indicated by the normalized N-gain score of 0.344, attitudes (18%), and skills (14%).

Keywords: Module, integrate Natural Science, SETS, and achievement.


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….…... i

PESETUJUAN PEMBIMBING………..…… ii

PENGESAHAN………..………... iii

PERNYATAAN………....… iv

MOTTO………...… v

PERSEMBAHAN………..…....… vi

KATA PENGANTAR………... vii

ABSTRAK……….... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI………..…… xi

DAFTAR TABEL………..… xiii

DAFTAR GAMBAR……….………… xv

DAFTAR LAMPIRAN……….………… xvi

BAB I PENDAHULUAN……….……… 1

A. Latar Belakang……….……… 1

B. Batasan Masalah………..……… 6

C. Rumusan Masalah……… 6

D. Tujuan Penelitian……….……… 7

E. Spesifikasi Produk………...……… 7

F. Manfaat Penelitian………...…… 8

G. Asumsi ……….………...…… 9

H. Definisi Istilah……….. 9

BAB II LANDASAN TEORI………. 10

A. Tinjauan Pustaka………..…… 10

1. Pembelajaran Terpadu………...… 10

2. IPA Terpadu……… 11

3. Pembelajaran Berbasis SETS……….……… 17

4. Modul……….………… 20

5. Hasil Belajar………...………… 24 commit to user


(12)

xii

6. Materi Makanan Sehat dan Tubuhku………..…….. 26

B. Hasil Penelitian yang Relevan………….……….. 39

C. Kerangka Berpikir………. 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….………. 45

A. Model Pengembangan………..……….. 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian………..……… 45

C. Subyek Penelitian………. 45

D. Prosedur Penelitian………..…………. 46

E. Jenis Data……….………. 50

F. Metode Pengumpulan Data…………..……… 51

G. Teknik Analisis Data………. 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….… 61

A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan……..….. 61

B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan…….... 76

C. Keterbatasan dan Temuan dalam Penelitian……… 89

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN………. 90

A. Kesimpulan………..………… 90

B. Implikasi………..………. 91

C. Saran………...……….. 91

DAFTAR PUSTAKA………. 93 LAMPIRAN


(13)

xiii DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Analisis Hasil UAN Tahun 2012/2013…………..……..… 3

Tabel 2.1 Model Pembelajaran IPA Terpadu………... 16

Tabel 2.2 Makanan yang Mengandung Vitamin………..…. 28

Tabel 2.3 Zat Aditif dan Penyakit yang Ditimbulkan…………... 32

Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen…….……….…. 51

Tabel 3.2 Tingkat Reliabilitas……… 54

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Ahli ………... 57

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Angket Guru dan Siswa ………...… 57

Tabel 4.1 Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Media ... 66

Tabel 4.2 Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Bahasa …... 67

Tabel 4.3 Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Materi …….… 67

Tabel 4.4 Perbaikan RPP Berdasarkan Saran Validator ………….… 67

Tabel 4.5 Perbaikan Soal Kognitif Berdasarkan Saran validator….... 67

Tabel 4.6 Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Praktisi... 68

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Validasi Ahli dan Praktisi………... 68

Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Uji Validitas... 69

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran………..…….. 69

Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda…………...………….….. 70

Tabel 4.11 Perbaikan Modul hasil Uji Lapangn Awal……… 70

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Awal 70

Tabel 4.13 Perbaikan Modul hasil Uji Lapangn Utama……… 71

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Utama 71

Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Respon Guru... 71

Tabel 4.16 Hasil Belajar Pretes……… 72

Tabel 4.17 Hasil BelajarPostes……… 72

Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Analisis Perbedaan Hasil Belajar………. 73

Table 4.19 Nilai Sikap Kelas Kontrol………..… 73

Table 4.20 Nilai Sikap Kelas Pengguna Produk………..…… 73

Tabel 4.21 Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Kontrol …….………… 74

Tabel 4.22 Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Pengguna Produk…...… 74 commit to user


(14)

xiv

Table 4.23 Nilai Keterampilan Kelas Kontrol……… 74 Table 4.24 Nilai Keterampilan Kelas Pengguna Produk……… 74 Tabel 4.25 Rangkuman Nilai Keterampilan Kelas Kontrol………..…... 75 Tabel 4.26 Rangkuman Nilai Keterampilan Kelas Penggun Produk…... 75 Tabel 4.27 Rangkuman Respon Siswa pada Uji Lapangan Operasional 75 Tabel 4.28 Perbaikan Modul Hasil Uji Operasional……… 76


(15)

xv DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tahap Pembelajaran STM……….……. 18

Gambar 2.2 Makanan yang Mengandung Karbohidrat……...……….. 27

Gambar 2.3 Makanan yang Mengandung Protein………... 27

Gambar 2.4 Makanan 4 Sehat 5 Sempurna………...………...… 29

Gambar 2.5 Sistem Pencernaan………...………... 34

Gambar 2.6 Lambung………. 35

Gambar 2.7 Kerangka Berpikir………...……… 44

Gambar 3.1 Borg & Gall Direduksi………..…….…... 46

Gambar 3.2 Desain Percobaan……….……...… 50

Gambar 4.1 Tampilan Sampul Modul Bagian Depan dan Belakang... 63

Gambar 4.2 Tampilan Mengenal Modul IPA Terpadu Berbasis SETS….. 64

Gambar 4.3 Tampilan Ayo Mengamati dan Diskusi…………..………... 64

Gambar 4.4 Tampilan Ayo Menghubungkan………..……… 65

Gambar 4.5 Tampilan Ayo Bereksperimen………...…… 65

Gambar 4.6 Tampilan Ayo Menganalisis....……… 65

Gambar 4.7 Cover Sebelum dan Sesudah Validasi……… 80

Gambar 4.8 Halaman Francis Sebelum dan Sesudah Validasi………... 81

Gambar 4.9 Halaman BAB II Sebelun dan Sesudah Validasi …. …... 81

Gambar 4.10 Ilustrasi Kegiatan Belajar Sebelum dan Sesudah Validasi.... 82

Gambar 4.11 Bagan SETS Sebelum dan Sesudah Validasi ………... 82

Gambar 4.12 Peta Konsep Keterpaduan………..………... 83

Gambar 4.13 Kolom Tugas dan Diskusi………....………... 83


(16)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Observasi Sekolah………...……. 97

Lampiran 2 Hasil UAN MTs YAPPI Mulusan Tahun 2013………. 98

Lampiran 3 Kisi-kisi dan Angket Pengungkap Kebutuhan……… 103

Lampiran 4 Pedoman Wawancara ……….………...… 113

Lampiran 5 Hasil Analisis Pengungkap Kebutuhan………. 116

Lampiran 6 Silabus………...… 121

Lampiran 7 RPP ……….. 145

Lampiran 8 Matrik Modul………. 172

Lampiran 9 Kisi-kisi dan Soal Try Out ………. 196

Lampiran 10 Hasil Uji Soal Try Out……….…..…. 209

Lampiran 11 Instrumen Validasi……… 213

Lampiran 12 Perhitungan Hasil Validasi Ahli……… 243

Lampiran 13 Perhitungan Respon Siswa pada Uji Lapangan Awal…..… 255

Lampiran 14 Perhitungan Respon Siswa pada Uji Lapangan Utama …… 258

Lampiran 15 Perhitungan Respon Guru pada Uji Lapangan Utama……. 261

Lampiran 16 Perhitungan Respon Siswa pada Uji Lapangan Operasional 263

Lampiran 17 Perhitungan Efektifitas N-Gain………. 265

Lampiran 18 Perhitungan Uji T……… 266

Lampiran 19 Hasil Belajar Siswa………...……… 274

Lampiran 20 Dokumentasi………. 288

Lampiran 21 Perijinan……… 291


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan itu, maka pendidikan juga harus mampu mengimbangi dan mengembangkan kualitas dalam bidang pendidikan agar keluaran institusi pendidikan mampu menghadapi era globalisasi.

Pendidikan merupakan salah satu sarana menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal dasar pembangunan suatu negara. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, yaitu dengan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global. Oleh karena itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasasn, kebersamaan dan tanggung jawab.

Perubahan kurikulum pendidikan merupakan dampak dari pesatnya arus globalisasi. Pengembangan kurikulum Nasional menjadi penting sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia di masa depan. Kurikulum 2013 yang bertumpu pada pendidikan karakter, penyempurnaan pola pikir dan pendalaman materi untuk menciptakan siswa yang unggul secara kemampuan dan prilaku.

Tema Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan penguatan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(18)

terintegrasi (Sumiyati, 2013). Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut dalam implementasi kurikulum, guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, serta memilih pendekatan pembelajaran yang tepat.

Inti dari Kurikulum 2013 adalah pada upaya penyederhanaan dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.

Keberhasilan proses pembelajaran IPA ditandai dengan tercapainya tujuan dalam penanaman dan pengembangan konsep – konsep IPA. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa yang menunjukkan sama dengan atau lebih besar dari rata-rata nasional melalui ujian nasional dalam suatu Negara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan kurikulum 2013 yang mengisyaratkan bahwa isi mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) pada tingkat SMP/MTs merupakan IPA Terpadu. Hal ini didasarkan kecenderungan materi IPA yang memiliki potensi untuk dipadukan dalam suatu tema tertentu.

IPA Terpadu memberikan dampak bagi guru, peserta didik, bahan ajar maupun sarana dan prasarana yang dibutuhkan (Tim IPA Terpadu, 2009). Bahan ajar IPA sudah selayaknya dapat dipergunakan oleh guru maupun peserta didik dalam mempermudah dan mencerna materi IPA. Segala bentuk upaya perlu dikerahkan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Kegiatan pembelajaran semacam itu dapat ditunjang dengan menggunakan bahan ajar salah satunya berupa modul.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pembelajaran IPA Terpadu di MTs YAPPI Mulusan Gunungkidul masih perlu mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata belajar siswa pada ujian nasional masih rendah, sarana belajar yang tidak memadai, yang tampak dari penggunaan buku siswa yang belum merata dan sistem peggunaannya secara bergilir untuk tiap kelas pararel, dan belum memiliki laboratorium. Selanjutnya dapat dilihat permasalahan yang terjadi di dalam proses belajar, di kelas siswa belum mampu berdiskusi dan mengomunikasikan hasil pekerjaannya dengan baik. Sedangkan permasalahan dihadapi guru yaitu pembelajaran IPA selama ini belum dikaitkan dengan lingkungan sekitar dan belum terpadu. commit to user


(19)

Berdasarkan hasil analisis butir soal UAN tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa daya serap materi sistem pencernaan dan zat aditif pada makanan masih di bawah rata-rata nasional. Soal pada sistem pencernaan pada tingkatan mengamati (observasi) dan soal pada zat aditif pada tingkatan mengelompokkan (mengklasifikasikan). Kedua tingkatan soal tersebut merupakan indikator keterampilan proses. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses di MTs YAPPI Mulusan masih rendah. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Analisis hasil UAN tahun 2012/2013 Kemampuan yang

diuji

Daya Serap Indikator

Keterampilan Proses Sekolah Nasional

Sistem Pencernaan 50,91 % 73, 07 % Mengamati (observasi)

Zat Aditif 41,82% 68, 04 % Mengelompokkan (klasifikasi) Hasil analisis pengungkap kebutuhan (2014) tehadap siswa MTs YAPPI Mulusan menunjukkan bahwa 100 % siswa tidak memiliki buku pegangan IPA, 72,7% siswa tidak mencari sumber belajar lain, 59,1% mengalami kesulitan dalam mempelajari buku paket dan baku baru menyajikan masalah yang ada di lingkungan sekita, serta 90,9% siswa tidak dapat melakukan percobaan secara mandiri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan MTs YAPPI Mulusan memerlukan bahan ajar yang dapat mengatasi permasalahan siswa dalam mempelajari IPA dan mengkaitkanya dengan lingkungan sekitar serta menuntun siswa melakukan percobaan secara mandiri.

Hasil analisis pengungkap kebutuhan guru (2014) menunjukkan bahwa guru belum memiliki bahan ajar IPA Terpadu yang seuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini menunjukkan perlunya dikembangkan bahan ajar IPA Terpadu untuk memenuhi kebutuhan.

Hasil analisis terhadap buku paket yang digunakan di MTs YAPPI Mulusan menunjukkan tingkat keterpaduan baru 50%, hubungan materi dengan lingkungan teknologi dan masyarakat 44%, dan keterampilan proses sains yang dilatihkan 50%. Sedangkan jika dilihat dari kefektivan mengukur hasil belajar untuk ranah pengetahuan (kognitif) 54,2%, ranah sikap 43,75%, dan ranah keterampilan 55%. Hal ini menunjukkan bahwa buku tersebut untuk MTs YAPPI Mulusan perlu dimodifikasi.

Seadangkan hasil observasi terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran tampak siswa bekerja kurang teliti, kurang tanggung jawab dan belum mampu bekerja sama dengan baik. Hal ini tampak dari siswa dalam bekerja yaitu tidak menuliskan hasil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(20)

pengamatan dengan lengkap, ada siswa yang tidak menyelesaikan tugasnya, dan tidak bekaerja karena belum ada pembagian tugas yang jelas dalam satu kelompok.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan mengembangkan modul pembelajaran IPA Terpadu berbasis Science, Environment, Technology, and Society (SETS) dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan salingtemas yang merupakan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Isi materi modul itu disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Modul yang dikembangkan berperan sebagai pendamping buku siswa dari pemerintah. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, siswa mendapatkan contoh konkret yang ada di sekitarnya. Mereka mendapatkan pengalaman yang terjadi di lingkungan sekitar, sehingga mereka dapat menentukan sikap yang tepat jika dihadapkan dengan permasalahan di lingkungan sendiri. Jadi dapat ditegaskan dengan sikap dan keterampilan akan diperoleh suatu pengetahuan yang jelas, sehingga jika pengetahuan dikuasai makaakan berimbas terhadap hasil belajar.

Keterampilan proses menekankan cara siswa belajar dan cara mengelola perolehannya, sehingga mudah dipahami dan digunakan dalam kehidupan di masyarakat. Dalam proses pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh pengalaman dan pengetahuan sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih kemampuan intelektualnya, dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuan yang baru diperolehnya. Dengan mengembangkan keterampilan proses anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep, serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai (Semiawan, 1992: 18)

Modul IPA perlu dikembangkan karena anatara lain tuntutan kurikulum 2013 bahwa pembelajaran IPA untuk tingkat SMP/MTs harus terpadu, kurangnya panduan bahan ajar di MTs YAPPI Mulusan, dan dengan modul siswa dapat belajar mandiri serta mempunyai kesempatan belajar sendiri dalam waktu tak terbatas untuk memahami pokok bahasan tertentu.

Modul IPA berbasis SETS diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar. Modul ini memaparkan bahan ajar yang dirancang untuk dipelajari secara mandiri. commit to user


(21)

Pendekatan SETS dapat membantu siswa membuka wawasan tentang hakikat pendidikan IPA yang dikaitkan dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat secara utuh. Tema yang diangkat dalam modul tidak lepas dari lingkungan siswa di MTs YAPPI Mulusan. Siswa setiap hari tidak lepas dari jajanan dan kadang tidak menhiraukan dampak jajanan terhadap kesehatan tubuh dan kebersihan lingkungga.

Pengembangan modul berbasis SETS diangkat sebagai sebagai alternatif solusi untuk meningkatkan hasil belajar. Modul ini memiliki beberapa kelebihan yang mengarahkan dalam penyelesaian masalah seperti yang telah diuraikan di atas. Kelebihan itu antara lain modul berbasis SETS dapat memperjelas permasalahan yang terjadi di lingkungan secara konkret sehingga siswa dapat memahaminya dan mengambil sikap untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Selanjutnya jika dilihat dari fungsinya, modul akan memberikan waktu lebih kepada siswa untuk belajar mandiri sehingga pemahaman terhadap materi pelajaran dapat ditingkatkan maka hasil belajar yang dicapai juga akan meningkat.

Hasil penelitian Frank dan Barzilai (2006) menunjukkan bahwa 95% siswa berpendapat jika konsep salingtemas dimasukkan ke dalam proses pembelajaran, maka memberi kesempatan kepada mereka untuk memperoleh pengetahuan dan mempertinggi pemahaman mereka antar cabang ilmu pengetahuan sehingga diharapkan melalui kegiatan pembelajaran yang berwawasan salingtemas akan diperoleh pemikiran tentang hasil teknologi dari transformasi sains, tanpa harus merusak atau merugikan lingkungan dan masyarakat.

Berdasarkan hasil pengembangan modul IPA oleh Wenno (2010) menyatakan pembelajaran sains dengan menggunakan bahan ajar modul akan sangat bermanfaat bagi guru sains dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, karena mereka akan lebih kreatif mengembangkan dirinya dan kegiatan pembelajaran menjadi menarik.

MTs YAPPI Mulusan pada proses pembelajaran IPA belum melaksakan IPA terpadu. Guru masih melakukan proses pembelajaran yang terpisah yaitu fisika, biologi, dan kimia. Hal itu dikarenakan berbagai kendala yaitu latar belakang pendidikan para guru bukan IPA, keterbatasan waktu dan kemampuan guru belum berani mencoba sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan selama ini berjalan. Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada jenjang pendidikan tingkat SMP. Berdasarkan temuan masalah di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(22)

atas, maka langkah selanjutnya adalah dirancangan produk modul IPA terpadu yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang ada.

Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar yang akan dikembangkan dengan memadukan dua kompetensi dasar kelas VIII kurikulum 2013 yang ada keterpaduannya yaitu KD 3.6 tentang sistem pencernaan yang dikaitkan dengan sistem tubuh yang lain dan KD 3.7 tentang zat aditif pada makanan. Penyusunan modul ini mengacu pada alur pembelajaran SETS (Poedjiadi, 2010). Materi dalam modul yang akan disusun sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari dan biasa keluar pada ujian nasional SMP/MTs.

Berpijak dari fakta di lapangan maka perlu pengembangan modul berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku yang isinya disesuaikan dengan situasi kondisi lingkungan setempat diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mengarahkan siswa dalam mengatasi permasalahan yang terjdi di lingkungan, serta meningkatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan judul penelitian sebagai

berikut : “Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS Pada Tema Makanan

Sehat dan Tubuhku Untuk Meningkatkan Hasil Belajar “. B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pengembangan modul IPA berbasis SETS dengan tema Makanan Sehat dan Tubuhku Kelas VIII semester gasal di MTs YAPPI Mulusan Paliyan Gunungkidul DIY tahun pelajaran 2014/2015.

C. Rumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan

tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar?

2. Bagaimana kelayakan modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar?

3. Bagaimana keefektifan modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar?


(23)

D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menemukan karakteristik modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar.

2. Mengetahui kelayakan modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar.

3. Mengetahui efektifitas modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar.

E. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan berupa modul dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. Berbentuk modul cetak IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan

tubuhku untuk guru dan untuk siswa.

a. Modul untuk siswa memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran, mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, dan peta keterpaduan; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, dan tes formatif; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka.

b. Modul untuk guru memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran, mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, indikator pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, peta keterpaduan, dan rencanan pembelajaran; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, tes formatif dan umpan balik, ; 4) BAB III: penilaian yang berisi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(24)

evaluasi, tugas dan diskusi, kunci jawaban; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka.

2. Materi yang disajikan dikaitkan dengan masalah di sekitar kehidupan siswa yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih mudah memahami materi tersebut.

3. Penyusunan modul mengacu pada alur pembelajaran SETS.

4. Modul berisi keterkaitan unsur SETS yang tertuang dalam bagan SETS.

5. Modul dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas dan belajar mandiri di rumah. F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terlibat dan memiliki kepentingan dengan masalah yang diteliti, khususnya:

1. Bagi Siswa:

a. Sebagai bahan ajar bagi siswa secara aktif dan mandiri.

b. Memberikan pengalaman baru bagi siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.

c. Menumbuhkan kreativitas siswa dalam menuangkan gagasan dalam pembelajaran sains yang dikaitkan dengan SETS dalam bentuk aplikasi.

2. Bagi Guru:

a. Memberi inspirasi untuk lebih kreatif dalam inovasi pembelajaran IPA Terpadu di SMP/MTs.

b. Meningkatkan kekritisan guru dalam memilih masalah yang nyata/faktual dalam lingkungan sekitar terkait materi yang akan diajarkan.

3. Bagi Sekolah:

a. Menyediakan bahan ajar IPA Terpadu berupa modul sesuai dengan kurikulum. b. Sebagai referensi dalam menyediakan bahan ajar IPA Terpadu SMP/MTs. 4. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dan keterampilan serta wawasan dalam pengembangan modul sebagai bahan ajar yang berkualitas baik.

5. Bagi peneliti lain sebagai bahan acuan untuk penelitian pengembangan sejenis.


(25)

G. Asumsi Pengembangan Asumsi dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa SMP/MTs kelas VIII dapat belajar mandiri dengan adanya modul.

2. Siswa dapat mengaitkan materi pelajaran dengan masalah di lingkungan sekitar. 3. Siswa dapat menerapkan ilmu yang didapatkan di sekolah dalam lingkungan.

H. Definisi Istilah

Definisi istilah yang diidentifikasikan dalam pengembangan produk adalah: 1. SETS (Science, Environment, Technology, and Society) yaitu penerapan

pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan keempat unsurnya yakni; sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam pembelajaran.

2. Modul yaitu suatu unit lengkap yang terdiri dari materi, rangkaian kegiatan belajar dan evaluasi yang disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

3. Modul berbasis SETS yaitu modul yang isi materinya disusun dengan mengkaitkan keempat unsurnya yakni; sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam pembelajaran.

4. Hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh siswa selama terjadinya proses pembelajaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Terpadu

a. Filosofi Pembelajaran Terpadu

Secara filosofis kemunculan pembelajaran terpadu dikembangkan dengan landasan pemikiran progresivisme, konstruktivisme, developmentally appropriate practice (DAP), landasan normatif, dan landasan praktis. Aliran Progesivisme menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung secara alamiah. Konstruktivisme beranggapan bahwa pengalaman langsung siswa adalah kunci dalam pembelajaran. Developmentally appropriate practice (DAP) menyatakan bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat, dan bakat siswa. Landasan normatif menghendaki bahwa pembelajaran terpadu dilaksanakan berdasarkan tujuan pembelajaran. Sedangkan landasan praktis mengharapkan pembelajaran disesuaikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis terhadap pelaksanaan untuk hasil yang optimal (Trianto, 2013: 69)

Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya (Trianto, 2013: 60), antara lain: 1) tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata, 2) proses pemahaman anak terhadap suatu konsep lebih terorganisir, 3) pembelajaran akan lebih bermakna, 4) pemberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, dan 4) memperkuat kemampuan yang diperoleh.

b. Karakteristik Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu sebagai sutu proses menpunyai karakteristik atau ciri-ciri (Trianto, 2013: 62), yaitu:

1) Holostik, yaitu fenomena yang menjadi pusat dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari berbagai bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.


(27)

2) Bermakna, yaitu pengkajian fenomena dari berbagai aspek memungkinkan terbentuknya jalinan antar konsep yang disebut skema. Hal ini berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

3) Otentik, yaitu siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung, sehingga informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik.

4) Aktif, yaitu pembelajaran menekankan keaktifan siswa baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional untuk hasil yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus belajar.

2. IPA Terpadu

a. Hakikat Pembelajaran IPA

Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, menyusun hipotesis, eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat pula dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gelala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prisip dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2013: 141)

Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA (Depdiknas, 2003: 2) diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut: 1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi; 3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan obsevasi; 4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur terbuka, benar dan dapat bekerja sama; 5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prisip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam; 6) Apresiatif terhadap sains

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(28)

dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapanya dalam teknologi.

Menurut Nur dan Wikandari (2000) dalam Triatno 2013 menyatakan bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

b. Pengertian IPA Terpadu

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 secara tegas menyatakan bahwa substansi mata pelajaran IPA di SMP merupakan IPA Terpadu, bukan IPA yang terpisah-pisah sebagai mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia. Adanya kurikulum tersebut membuat IPA diajarkan secara lebih meyeluruh dan saling berkaitan satu sama lain.

IPA Terpadu merupakan IPA yang disajikan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan, artinya peserta didik tidak belajar ilmu fisika, biologi, dan kimia secara terpisah sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan semua diramu dalam kesatuan (Das Salirawati, 2009). Menurut Das Salirawati, mata pelajaran ini lebih tepat dinamakan IPA, tidak perlu diberi tambahan “terpadu” di belakangnya, karena dari lahirnya dahulu itulah hakikat IPA yang sesungguhnya, artinya IPA lahir bukan dari penyatuan fisika, biologi, dan kimia, tetapi lahir sebagai IPA.

UNESCO mengemukakan bahwa IPA Terpadu terdiri dari berbagai pendekatan dimana konsep dan prinsip IPA disajikan sehingga tampak adanya kesatuan pemikiran yang fundamental (Dyah Hikmawati, 2000: 204). Salah satu cirinya adalah perpaduan dua disiplin ilmu atau lebih dalam pokok bahasan, tanpa batas-batas yang nyata dari disiplin ilmunya.

Pada kurikulum 2013 KD mata pelajaran IPA sudah memadukan konsep dari aspek fisika, biologi kimia dan IPBA, tetapi tidak semua aspek dipadukan karena pada suatu topik IPA tidak semua aspek dapat dipadukan.

Bersarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA Terpadu merupakan perpaduan objek dan fenomena cabang-cabang materi IPA (fisika, biologi, kimia) yang dipelajari secara terpadu dan menyeluruh sehingga pembelajaran serta kompetensi yang diinginkan dapat tercapai. commit to user


(29)

c. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu

Ada beberapa tujuan dengan dilaksanakannya pembelajaran IPA Terpadu (Puskur, 2007: 7) dalam Trianto (2013), antara lain:

1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa memungkinkan tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi siswa. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.

2) Meningkatkan minat dan motivasi. Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antar konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Oleh karena itu, dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, siswa digiring untuk berfikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru.

3) Beberapa kompetensi dapat dicapai sekaligus. Model Pembelajaran IPA Terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Selain itu, pembelajaran terpadu juga dapat menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini dapat terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan dan keterkaitan.

Bersarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran IPA Terpadu bertujuan agar pembelajaran IPA Terpadu efektif dan efisien, dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga pembelajaran serta kompetensi yang diinginkan dapat tercapai dalam kurun waktu pembelajaran.

d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran IPA Terpadu

Kelebihan pembelajaran IPA Terpadu (Trianto, 2013: 157) antara lain: 1) tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan; 2) siswa dapat melihat hubungan yang bermakna antar berbagai konsep dan perubahannya; 3) meningkatkan taraf kecakapan berfikir siswa, karena siswa dihadapkan pada gagasan yang lebih luas;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(30)

4) pembelajaran terpadu menyajikan penerapan tentang dunia nyata, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA; 5) motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan; 6) pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal siswa dengan pengalaman belajar yang terkait; 7) akan terjadi peningkatan kerja sama antara guru bidang terkait, guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan narasumber, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan, nyata, dan bermakna.

Pembelajaran IPA Terpadu memiliki beberapa kelemahan (Trianto, 2013: 158) antara lain: 1) guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologi yang andal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi; 2) pelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yang baik yaitu memiliki akademik dan kreativitas. Model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan mengurai, menghubung, eksploratif, dan elaborasi; 3) pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi; 4) kurikulum haru luwes, berorentasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa (bukan target pencapaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan siswa; 5) pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar siswa dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan; 6) pembelajaran terpadu berkencenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan menenggelamkan bidang kajian lain. Hal ini berarti pada saat mengajarkan sebuah tema, maka guru cenderung mengutamakan substansi gabungan sesuai dengan pemahaman, selera, latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

e. Pemaduan Konsep dalam Pembelajaran IPA Terpadu

Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri dari beberapa bidang kajian yaitu menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang dapat mengkaitkan konsep-konsep dari berbagai bidang kajian.

Pembelajaran IPA Terpadu adalah pembelajaran IPA yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan dari berbagai bidang kajian (fisika, kimia, biologi, bumi dan alam semesta) pada mata pelajaran IPA dalam satu bahasan (Depdiknas: 2006).


(31)

Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan bidang kajian lain di luar bidang kajian IPA. Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat SMP/MTs, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada bidang kajian yang termasuk bidang kajian IPA saja . Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang munculnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, karena semakin tinggi jenjang pendidikann, maka semakin luas pula pemahaman konsep yang harus dikuasai siswa (Trianto, 2013: 160).

Pembelajara terpadu diawali dengan penentuan tema, karena penentuan tema akan membantu siswa dalam beberapa aspek (Trianto, 2013: 160), yaitu sebagai berikut: 1) Siswa yang bekerja sama dengan kelompoknya akan bertanggung jawab, disiplin, dan mandiri; 2) Siswa lebih percaya diri dan termotivasi dalam belajar bila mereka berhasil menerapkan yang dipelajarinya; 3) Siswa lebih memahami dan lebih mudah mengingat, karena mereka mendengar, berbicara, membaca, menulis, dan „melakukan’ kegiatan penyelidikan masalah yang sedang dipelajari; 4) Memperkuat kemampuan berbahasa siswa; 5) Belajar lebih baik jika siswa terlibat aktif melalui tugas, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata.

Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkan antara IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat (Trianto, 2013: .161)

f. Model Pembelajaran IPA Terpadu

Dari sejumlah model pembelajaran yang dikemukakan Fogarty 1991(dalam Trianto, 2013: 39) terdapat beberapa model yang potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu, yaitu connected, webbed, shared, dan integrated. Empat model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil keterpaduan yang optimal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(32)

Tabel 2.1. Model Pembelajaran IPA Terpadu yang Potensial untuk Diterapkan Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan

integrated Membelajarkan

konsep pada beberapa KD yang beririsan atau tumpang tindih, hanya konsep yang beririsan yang dibelajarkan

Pemahaman terhdap konsep lebih utuh (holistik),

lebih efisien, sangat

kontekstual

KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama, menuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas, sarana-prasarana misalnya buku belum mendukung

Shared Membelajarkan

semua konsep dari beberapa KD, dimulai dari konsep yang beririsan sebagai unsur pengikat

Pemahaman terhadap konsep utuh, efisien, dan Kontekstual

KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama, menuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas, sarana-prasarana misalnya buku belum mendukung

Webbed Membelajarkan

beberapa KD yang berkaitan melalui sebuah tema

Pemahaman terhadap konsep utuh, kontekstual, dapat dipilih tema-tema

menarik yang dekat dengan kehidupan

KD-KD yang konsepnya berkaitan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama, tidak mudah menemukan tema pengait yang tepat.

connected Membelajarkan

sebuah KD, konsep-konsep pada KD tersebut dipertautkan dengan konsep pada KD yang lain

Melihat perma-salahan tidak hanya dari satu bidang kajian, pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam standar isi

Kaitan antara bidang kajian sudah tampak tetapi masih didominasi oleh bidang kajian tertentu

Pengembangan bahan ajar yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model connected/terhubung merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini secara nyata mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi, kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif.

tema


(33)

Kelebihan model keterpaduan connected (Fogarty dalam Trianto: 2013) antara lain: a) dengan pengintegrasian ide-ide interbidang studi, maka siswa mempunyai gambaran yang luas, b) siswa dapat mengembangkan kosep kunci secara terus menerus, dan c) memungkinkan siswa mengkaji, mengkoseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah. Sedangkan kelemahanya antara lain: a) masih kelihatan terpisahnya interbidang studi, b) tidak mendorong guru untuk bekerja tim antarbidang studi, dan c) usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.

3. Pembelajaran Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society) a. Pengertian SETS

Menurut Yager (1996) pengetahuan teknologi masyarakat merupakan pendekatan kurikulum yang dirancang untuk membuat konsep dan proses traidisional yang dikaitkan dengan bentuk pengetahuan dan program studi masyarakat yang lebih cocok dan relevan dengan kehidupan siswa.

Pada dasarnya pendekatan sains dan teknologi masyarakat dalam pembelajaran, baik pembelajaran sains maupun pembelajaran bidang sosial, dilaksanakan oleh guru melalui topik yang dibahas dengan jalan menghubungkan antara sains dan teknologi yang terkait dengan kegunaannya di masyarakat (Poedjiadi, 2010: 84)

Berdasarkan definisi di atas maka pendekatan SETS merupakan pendekatan konsep dan proses tradisional yang digunakan dalam pembelajaran sains maupun sosial dengan mengaitkan topik yang dibahas dengan kehidupan siswa sehari-hari atau kehidupan masyarakat yang relevan.

b. Karakteristik SETS

Karakteristik pembelajaran IPA bervisi SETS (Binadja, 1999) adalah: 1) pembelajaran konsep IPA (sains) tetap diberikan; 2) peserta didik dibawa ke situasi untuk melihat teknologi yang terkait; 3) peserta didik diminta untuk menjelaskan keterhubungan antara unsur sains yang dibincangkan dengan unsur lain dalam SETS yang ada kaitannya; 4) peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian menggunakan konsep sains IPA tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi; 5) peserta didik diajak mencari alternatif pengatasan terhadap kerugian (bila ada) yang ditimbulkan oleh penerapan sains ke bentuk teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat; 6) dalam konteks konstruktivisme, peserta didik diajak berbincang tentang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(34)

SETS berkaitan dengan konsep sains yang dibelajarkan, dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki peserta didik.

c. Tujuan Pembelajaran SETS

Tujuan Pembelajaran SETS ialah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. Literasi sains dan teknologi adalah memiliki kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan, mengenal produk teknologi dan dampaknya yang ada di sekitar, maupun menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai (Poedjiadi, 2010: 123).

d. Langkah-langkah pembelajaran SETS

Pendekatan STM memiliki tahap-tahap pembelajaran yang khas, yaitu selalu diawali dengan adanya isu yang berkembang di masyarakat. Tahapan-tahapan pembelajaran STM secara lengkapnya tergambar pada Gambar 2.1. berikut (Poedjiadi, 2010: 126).

d

Gambar 2.1 Tahap Pembelajaran STM

Enam ranah yang terlibat dalam model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (Poedjiadi, 2010: 131-132), antara lain: 1) konsep, fakta, generalisasi, yang diambil dari bidang ilmu tertentu dan merupakan kekhasan masing-masing bidang studi; 2) proses yaitu bagaimana proses memperoleh konsep atau bagaimana cara-cara memperoleh konsep dalam bidang ilmu tertentu; 3) aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari merupakan aplikasi yang lebih luas dari C-3nya Benjamin Bloom; 4) kreativitas

Isu atau masalah Pendahuluan:

Inisiasi/invitasi/apersepsi/eksplorasi terhadap siswa

Tahap 1

Pembentukan/pengembangan konsep Pemantapan konsep Tahap 2

Aplikasi konsep dalam kehidupan:

Penyelesaian masalah atau analisis isu Pemantapan konsep Tahap 3

Tahap 4 Pemantapan konsep Tahap 5 Penilaian


(35)

mencakup lima perilaku individu, yakni: kelancaran, fleksibilitas, originalitas, elaborasi, sensitivitas; 5) sikap, mencakup menyadari kebesaran Tuhan, menghargai hasil penemuan para ilmuan dan penemuan produk teknologi, namun menyadari kemungkinan adanya dampak negatif produk teknologi; 6) cenderung untuk ikut melaksanakan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungannya yang memerlukan peran sertanya.

Alasan mengapa enam ranah di atas perlu dikembangkan pada tiap individu dalam pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut (Poedjiadi, 2010: 132-133): 1) meningkatkan keterampilan kognitif; 2) dengan melatih keterampilan proses siswa diharapkan terbiasa selalu merancang proses-proses yang perlu dilakukan untuk mencapai produk-produk ilmiah; 3) aplikasi dalam kehidupan sehari-hari membuat siswa merasa bahwa belajar di sekolah bermanfaat bagi dirinya maupun lingkungannya, sehingga mendorong siswa untuk melakukan belajar sepanjang hayat; 4) kreativitas mendorong untuk memperoleh ide-ide yang dapat disumbangkan kepada orang lain dan masyarakat; 5) sikap akan mendorong untuk mensyukuri keadaanya dan berbuat baik selama hidup; 6) membentuk sikap kepedulian untuk ikut serta berkiprah dalam lingkungannya.

e. Kelebihan dan Kekurangan SETS

Kelebihan diterapkan pendekatan SETS menurut Nono Sutarno (2007), adapun kelebihan SETS adalah : 1) Siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang telah dimiliki; 2) Melatih siswa peka terhadap masalah yang sedang berkembang di lingkungan mereka; 3) Siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungan dengan mengetahui sains dan perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik. Sedangkan kekurangan SETS antara lain : 1) siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan antara unsur-unsur dalam pembelajaran; 2) membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pembelajaran; 3) pendekatan SET hanya dapat diterapkan dikelas atas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(36)

4. Modul

a. Pengertian Modul

Beberapa ahli memberikan definisi tentang modul, salah satu pengertian modul yang dirumuskan oleh Kunandar (2009: 236) modul merupakan seperangkat pembelajaran yang dikembangkan dari setip kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Modul ini berisi materi, lembar kerja, lembar kegiatan siswa, dan juga lembar jawaban siswa.

Menurut Mudlofir (2011: 149) modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik meliputi materi ajar, metode dan evaluasi yang digunakan secara mandiri. Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar secara individual.

Pengertian modul menurut Sabri (2007: 143) modul adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari rangkaian kegiatan belajar disusun untuk membantu siswa dalam mencapai yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan untuk dapat digunakan siswa belajar sendiri, sehingga tanpa kehadiran guru siswa dapat belajar mandiri.

Modul menurut Depdiknas (2008: 7) merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompetensinya.

Sedangkan Nasution (2010: 205) mengemukakan modul dapat dirumuskan sebagai: suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan modu dalam penelitian ini adalah modul merupakan suatu unit lengkap yang terdiri dari materi, rangkaian kegiatan belajar dan evaluasi yang disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu bahan ajar cetak paket kurikulum yang disediakan untuk dapat digunakan siswa belajar sendiri, sehingga tanpa kehadiran guru siswa dapat belajar mandiri.


(37)

b. Fungsi Modul

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 4-5), mengungkapkan kriteria dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran yaitu: 1) ketepatannya dengan tujuan pembelajaran, 2) dukungan terhadap isi bahan pembelajaran, 3) kemudahan memperoleh media, 4) keterampilan guru dalam menggunakannya, 5) tersedia waktu untuk menggunakannya, 6) sesuai dengan taraf berpikir peserta didik.

Sedangkan Azhar Arsyad (2011: 75), mengemukakan beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu:1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi, 3) praktis, luwes, dan bertahan, 4) guru terampil menggunakannya, 5) pengelompokan sasaran, 6) mutu teknis.

Depdiknas (2008), mengemukakan tujuan pembelajaran modul adalah sebagai berikut:

“1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal, 2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun guru/instruktur, 3) Agar dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar, 4) Mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan minatnya, 5) Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.”

Modul sebagai pegangan bahan belajar dalam proses pembelajaran harus disusun secara efektif dan terperinci. Penulisan modul yang ideal adalah modul yang dapat membawa siswa untuk bergairah dalam belajar dengan menyajikan materi sesuai dengan minat dan kemampuannya. Inti dari dibuatnya modul agar siswa lebih leluasa dalam belajar walaupun tidak di lingkungan sekolah dan dengan atau tanpa didampingi oleh guru.

c. Karakteristik Modul

Pedoman penulisan modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008, agar modul mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunaanya, modul harus memiliki kriteria sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(38)

1) Self instructional

Merupakan karakteristik yang penting dalam modul, dengan karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus: a) membuat tujuan yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar; b) memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas; c) tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; d) terdapat soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan siswa; e) kontektual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan siswa; f) menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; g) terdapat rangkuman materi pembelajaran; h) terdapat instrument penilaian, yang memungkinkan siswa melakukan penilaian sendiri (self assessment); i) terdapat umpan balik atas siswa, sehingga siswa mengetahui tingkat penguasaan materi; j) terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran.

2) Self contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar kompetensi, harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

3) Berdiri sendiri (Stand Alone)

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Sehingga siswa tidak perlu menggunakan bahan ajar lain untuk mempelajari modul tersebut. Jika siswa masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak termasuk sebagai modul yang berdiri sendiri.

4) Adaptif


(39)

Modul hendaknya memiliki adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes.

5) Bersahabat (user friendly)

Modul juga hendaknya memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakaian dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Modul disusun dengan menggunakan kalimat aktif dengan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan.

Penelitian ini akan dikembangkan modul yang tidak sepenuhnya memiliki karakteristik berdiri sendiri (stand alone ) karena modul yang disusun berfungsi sebagai pendamping buku siswa dari pemerintah jika digunakan dalam kelas serta sebagai petunjuk kerja kelompok. Selain itu, modul juga dapat digunakan sebagai bahan ajar mandiri bagi siswa di rumah.

d. Komponen Modul

Komponen modul dalam Depdiknas (2008), menyampaikan komponen isi modul yaitu terdiri atas bagian pembuka (judul, daftar isi, peta informasi, daftar tujuan kompetensi, tes awal), bagian inti (tinjauan materi, hubungan dengan materi lain, uraian materi, penugasan, rangkuman), dan bagian akhir (glosarium, tes akhir, indeks).

Garis besar isi modul menurut Purwanto (2007: 57) dapat dikembangkan dalam bentuk matriks dan narasi, yang lebih penting adalah komponen dalam modul garis besar isi modul yang meliputi judul, pokok bahasan, tujuan pembelajaran, pokok-pokok materi, penilaian, dan kepustakaan.

Pengembangan bahan ajar modul penting dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran. Pengembangan modul memiliki komponen-komponen tertentu yang harus diperhatikan oleh guru agar dapat dihasilkan modul yang memiliki peran penting baik bagi guru maupun siswa. Dengan adanya modul yang sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran maka tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran akan meningkat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(40)

e. Pengembangan Modul

Menurut Nurma dan Endang (2010), pengembangan modul merupakan seperangkat prosedur yang dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem pembelajaran modul. Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang jelas, dan memenuhi kriteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran.

Pengembangan modul harus mengikuti beberapa langkah yang sistematis sebagai mana dikatakan oleh Nasution (2010: 216), langkah-langkah pengembangan modul antara lain: 1) merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur; 2) urutan tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul; 3) test diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat untuk menempuh modul; 4) adanya butir test dengan tujuan-tujuan modul; 5) Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul bagi siswa; 6) kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa agar mencapai kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan; 7) menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar siswa; 8) menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu memerlukannya.

5. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

Hasil Belajar menurut Nana Sudjana (2013 : 2) merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru.

b. Hasil Belajar

Nana Sudjana (2013: 3) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki commit to user


(41)

proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Suratinah Tirtonegoro (2001: 43) mengemukakan hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.

Syaiful Bahri Djamarah (1996: 23) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian kurikulum 2013 menjelaskan bahwa ruang lingkup penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.

c. Ranah Hasil Belajar

Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010: 22-31) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, dan 6) evaluasi.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut: 1) reciving/ attending (penerimaan), 2) responding (jawaban), 3) Valuing (penilaian), 4) organisasi, dan 5) karaakteristik nilai atau internalisasi nilai.

3. Ranah Psikomotor

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(42)

1) gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar; 2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar; 3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain; 4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan; 5) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; 6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

6. Materi Makanan Sehat dan Tubuhku

Zat makanan adalah segala sesuatu zat yang dimakan atau diperlukan oleh tubuh makhluk hidup dalam menunjang dan mempertahankan kelangsungan hidup dan kehidupannya.

Secara garis besarnya fungsi makanan itu adalah untuk mempertahankan hidup dan kehidupan setiap individu, artinya makan itu untuk hidup dan kehidupan bukan hanya untuk mencari makan. Zat-zat makanan diperlukan oleh tubuh manusia untuk : a) Pertumbuhan dan pembangun tubuh; b) Pemeliharaan jaringan dan perbaikan sel-sel jaringan tubuh yang rusak atau telah tua; c) Penyediaan bahan baker agar tubuh memperolah energi yang diperlukan untuk aktivitas; d) Mengatur proses-proses tubuh, misalnya mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan cairan tubuh; e) Pertahanan tubuh terhadap berbagai macam penyakit.

Ditinjau dari peranan makanan bagi kehidupan setiap makhluk hidup yang penting, maka ada dua faktor utama yang perlu dipenuhi agar manfaat itu memenuhi kebutuhan hidup setiap individu. Pertama makanan yang dimakan harus lengkap dari zat-zat yang diperlukan oleh tubuh dan kedua, makanan yang dimakan harus bisa dicerna oleh tubuh dengan baik. Sealai kedua faktor ini, berdasarkan penelitian makanan sehat juga ditentukan oleh kealamian bahannya. Jadi kriteria untuk menentukan standar makanan yang baik, dapat dikelompokkan menjadi 3 antara lain : 1) Berdasarkan nilai gizi; 2) Kefektifan dalam mencerna; 3) Zat aditif dalam makanan.

a. Makanan Sehat

Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung semua zat gizi. Zat gizi dibutuhkan tubuh untuk memperoleh energi. Selain itu, zat gizi digunakan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan sel-sel tubuh serta memelihara kesehatan. Zat commit to user


(1)

3. Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makana sehat dan tubuhku efektif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif (gain score 0,344) yang menunjukkan katagori sedang, sikap (18%), dan keterampilan (14%).

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan, implikasi yang dapat disampaikan adalah: 1. Implikasi Teoritik

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada makanan sehat dan tubuhku dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Implikasi Praktis

Pembelajaran dengan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada makanan sehat dan tubuhku meningkatkan hasil belajar kognitif, sikap siswa yaitu aspek kejujuran, ketelitian, ketekunan dan tanggung jawab, serta kerja sama. Untuk guru harus dapat memilih tema yang tepat dalam penerapan pembelajaran SETS karena tidak semua materi dapat dilakukan dengan basis tersebut.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka saran yang diajukan adalah: 1. Saran untuk guru

a. Sebelum menggunakan IPA Terpadu berbasis SETS pada makanan sehat dan tubuhku hasil pengembangan sebaiknya, guru memahami penerapan alur pembelajaran SETS dan menyiapkan alat serta bahan yang diperlukan sehingga semua kegiatan dalam modul dapat diikuti dan dilaksanakan.

b. Guru harus dapat meningkatkan kreatifitasnya sehingga dapat mengembangkan sendiri bahan ajar terpadu sesuai kebutuhn siswa.

2. Saran untuk peneliti

a. Hendaknya sebelum penelitian, siswa yang dijadikan obyek penelitian diberi wawasan tentang pembelajaran berbasis SETS.

b. Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berkutnya yang sejenis dengan penekanan pada pencapaian hasil belajar, karena dalam penelitian ini belumsemua siswa dapat tuntas. commit to user


(2)

3. Saran untuk pengelola pendidikan

a. Penerapan modul IPA Terpadu berbasis SETS yang dikembangkan perlu fasilitas pendukung lain yaitu penyediaan kelengkapan alat dan bahan untuk percobaan. b. Memberi kesempatan dan penyediaan dana bagi guru untuk melakukan

pengembangan bahan ajar khususnya modul. 4. Saran untuk siswa

a. Siswa hendaknya mengikuti prosedur yang tertera dalam modul IPA Terpadu, petunjuk penggunaan modul, agar dapat menguasai kompetensi yang diharapkan dengan baik.

b.Siswa hendaknya dapat melatih keterampilan proses secata mandiri dengan menggunakan modul dan mengikuti petunjuk dalam modul.

c. Penerapan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku memerlukan kerja sama dengan siswa lain, maka hendaknya siswa siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain selama proses pembelajaran.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

---. 2013.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad Azhar. 2011. Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Badan penelitian dan Pengembangan Pusat kurukulum (BPPK). 2006. Buram Panduan

Pengembangan IPA Terpadu. Jakarta: Depdiknas

Binadja, Achmad. 1999. Hakekat dan TujuanPendidikan SALINGTEMAS dalam Konteks Kehidupan dan Pendidikan yang Ada. Makalah Disajikan dalam Seminar Loka Karya Pendidikan SALINGTEMAS, Kerja Sama antara

SEAMEO RECSAM dan UNNES, 14-15 Desember 1999.

Cooper, S., Hanmer, B. 2006. Problem-Solving Modules in Large Introductory Biology Lectures Enhance Studen Understanding. The American Biology Teacher, Pro

Ques Journals Vol. 68 No. 9 November/desember 2006 page 524-529.

Dimyati dan Mudjiono.2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Dimopoulos D.I. 2009. Planning Educational Activities and Teaching Strategies On Constructing a Conservation Educational Module. International Journal of

Environmental & Science Education. Vol. 4, No. 4, October 2009, 351-364

Djamarah, S. B. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Donelly, R and Fitzmaurice, M. 2005. Designing Modules for Learning pp.99-110

O’Neil, G., Moore, S, Mc. Mullin, B. (Eds). Emerging Issues in the Practice of

University Learning and Teaching. Dublin: AISHE.

Dwi Handayani N. 2013. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS Dengan

Penekanan Berpikir Kritis Pada Tema Bahan Kimia Pada Makanan. UNS:

Surakarta

Dyah Hikmawati. 2000. Upaya Peningkatan Mutu pembelajaran Fisika/IPA melalui Indigasi Seni dan Budaya Lokal. Makalah Seminar Nasional Permasalahan dan

Alternatif Pemecahan Masalah pendidikan MIPA pada tanggal 23 Februari

2000.

Erekson, T. and Shumway, S. 2006. Integrating the Study of Technology into the Curriculum: A Consulting Teacher Model. Journal of Technology Education

Volume 18 Number 1 page 27-38.


(4)

Frank, M., & Barzilai, A. 2006. Project-Based Technology: Instructional Strategy forDeveloping Technological Literacy. Journal of Technology Education, 18 (1). 39-53

Hake, Richard R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Indiana Universiy 24245 Hattras Street. USA. http:// www..physics.Indiana.edu/-sdi/analyzing Change-Gain.pdf

Harto Nuroso dan Joko Siswanto. 2010. Model Pengembangan Modul IPA Terpadu Berdasarkan Perkembangan Kognitif Siswa. JP2F, Volume 1 Nomor 1 April 2010

Hartono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Izaak H. Wenno.2010. Pengembangan Model Modul IPA Berbasis Problem Solving Method Berdasarkan Karakteristik Siswa Dalam Pembelajaran Di Smp/Mts.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2

Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Maria Sundus Retno Wijayanti dkk. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Larutan

Penyangga Berbasis Masalah Bervisi Sets.

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise

Modlofir. Ali.2011. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan

Bahan Ajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Mukhlis Rohmad. 2011. Pembelajaran Dengan Pendekatan Cep (Chemo-Entrepreneurship) Yang Bervisi Sets (Sceince, Environment, Technology And Society) Guna Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Pendidikan Sains Pps Uns

Nasution. 2010. BerbagaiPendekatan dan Proses Belajar & Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Nurma Yunita dan Endang Susilowati. Agustus 2010. Makalah Pengembangan Modul. Surakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. UNS

Nuryanto & Binadja, A. 2010. Efektivitas Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Salingtemas Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia

Oni Arlitasari.2013. Journal. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Bebasis Salingtemas Dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan. Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.1 halaman 81.UNScommit to user


(5)

Permendikbud. 2013. Permendikbud RI No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian

Kurikulum 2013. Jakarta

Poedjiadi, A. 2013. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Purwanto dkk. 2007. Pengembangan Modul. Jakarta: Depdiknas

Putra. Nusa. 2013. Reseacrch & Developmant. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Radzuan, N.R.M., Fatimah, A, Hafizoah, K., Haslinda, H., Najah Osman, dan Ramli Abid, 2010. Developing Speaking Skills Module for Engineering Module for Enginering Student.The International Journal of Learning, 14 (11): 61-70

Rosario, D.I.B. 2009. Science, Technology, Society and Environment (STSE) Approach in Environmental Science for Nonscience Students in a local Culture.

Liceo Journal of Higher Education Research. 6(1): 269-283

Rusmiyati. 2009. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dengan Menerapkan Model Problem Based-Instruction.Journal Unnes2013, (12 Juli 2014)

Sabri, Ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Jakarta: Quantum Teaching

Salirawati Das. 2009. Pembelajaran IPA Terpadu untuk Pendidikan Intensitas Siswa.

Makalah Seminar

Semiawan, C. 1992. Pendekatan keterampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia

Siska Fitriani, Achmad Binadja, Kasmadi Imam S. 2012. Penerapan Model Connected

Bervisi Science Environment Technology Society Pada pembelajaran IPA Terpadu. Unnnes Science Educational Journal Volume 1, No 2 ISSN 2252-6617. Online at:///journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algasindo

---. 2013. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2013. Metode Penelitia Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R & D. Bandung: Alfabeta

Sumiyati. 2013. Implementasi Kurikulum 2013 Menuju Indonesia Maju. Makalah

Seminar Nasional Pendidikan Sains UNS. Diasampaikan pada tanggal 9

Nopember 2013


(6)

Tirtonegoro, Sutratinah. 2001. Penelitian hasil belajar mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Uswatun Hasanah. 2013.Pengembangan Bahan Ajar Ipa Terpadu Berbasis Salingtemas Pada Tema Energi.http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej

Yager. 1996. Science Technology Society as Reform in Science Education. Release

Date: January 1996. ISBN10: 0-7914-2769-2

Yager.2008. Comparison of Student Learning Outcomes in Middle School Science Classes with an STS Approach and a Typical Textbook Dominated Approach.

RMLE Online—Volume 31, No. 7

Yoruk, N., Morgil, I., & Secken, N. 2009. The Effets of Science, Technology, Society and Environment (STSE) Education on Students Carcer Planning US-China

Educaton Review. 6 (8): 68-74 ISSN 1548-6613.

Anonim.2012SistemPencernaanPernafasan.http://kelompok5rsbi2biologi.blogspot.com .html. (1 Juli 2014, jam 00.20)

Anonim. Sistem dan Organ Pencernaan Manusia. (3 juli 2014, jam21.40)

Anonim.2008. Sistem pencernaan pada Manusia. http://gurungeblog.com. ( 3 juli 2014, jam 21.59)

Anonim. Makanan yang Sulit dicerna Tubuh. http://seafast.ipb.ac.id/latest-news/259-5, (4 juli 2014, jam 00.10)

Aminudin. 2009. Energi Makanan dalam tubuh. http://aminuddin01.wordpress.com Nisa. 2011. Biologi Imtaq dan system makanan. http://nisabioers10.blogspot.com.html,

(2 Juli 2014, jam 00.45)

Rudi. 2011. http://rudy-unesa.blogspot.com.filosofi-tujuan-dan-manfaat.html

Saifulmujab. http://saifulmujab.staff.ugm.ac.id/wordpress/?p=1. (3 juli 2014, jam 22.16)

Septinas. 2013. Zat Aditif pada Makanan. blogspot.com.zat-aditif-pada-makanan.html. (3 juli 2014, jam 21.05)