BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Terpadu
a. Filosofi Pembelajaran Terpadu
Secara filosofis kemunculan pembelajaran terpadu dikembangkan dengan landasan pemikiran progresivisme, konstruktivisme, developmentally appropriate practice
DAP, landasan normatif, dan landasan praktis. Aliran Progesivisme menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung secara alamiah. Konstruktivisme
beranggapan bahwa pengalaman langsung siswa adalah kunci dalam pembelajaran. Developmentally appropriate practice DAP menyatakan bahwa pembelajaran harus
disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat, dan bakat siswa. Landasan normatif menghendaki bahwa
pembelajaran terpadu dilaksanakan berdasarkan tujuan pembelajaran. Sedangkan landasan praktis mengharapkan pembelajaran disesuaikan dengan memperhatikan
situasi dan kondisi praktis terhadap pelaksanaan untuk hasil yang optimal Trianto, 2013: 69
Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya Trianto, 2013: 60, antara lain: 1 tingkat
perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata, 2 proses pemahaman anak terhadap suatu konsep lebih terorganisir, 3 pembelajaran akan lebih
bermakna, 4 pemberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, dan 4 memperkuat kemampuan yang diperoleh.
b. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu sebagai sutu proses menpunyai karakteristik atau ciri-ciri Trianto, 2013: 62, yaitu:
1 Holostik, yaitu fenomena yang menjadi pusat dalam pembelajaran terpadu diamati
dan dikaji dari berbagai bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
commit to user
2 Bermakna, yaitu pengkajian fenomena dari berbagai aspek memungkinkan
terbentuknya jalinan antar konsep yang disebut skema. Hal ini berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
3 Otentik, yaitu siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin
dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung, sehingga informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik.
4 Aktif, yaitu pembelajaran menekankan keaktifan siswa baik secara fisik, mental,
intelektual, maupun
emosional untuk
hasil yang
optimal dengan
mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus belajar.
2. IPA Terpadu