23
konsepsi normatif dan konsepsi kognitif. Konsepsi inilah yang mendasari sebuah tindakan yang melahirkan sebuah hukum “baru” di masyarakat Sulistyowati,
2009: 38. Meminjam dari apa yang dikatakan oleh Benda-Beckmann bahwa hukum
mengandung konsepsi normatif dan kognitif maka saya akan dapat dengan mudah memahami hukum-hukum yang terdapat di perkeretaapian Sumatera Utara.
1.3 Perumusan Masalah
Untuk menjelaskan situasi kemajemukan hukum yang terjadi di perkeretaapian Sumatera Utara, maka akan saya tuangkan ke dalam beberapa
pertanyaan penelitian berikut ini: 1.
Bagaimana latar belakang sejarah perkeretaapian Sumatera Utara? 2.
Bagaimana situasi dan kondisi hukum-hukum yang ada di perkeretaapian Sumatera Utara?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari skripsi ini adalah mendeskripsikan tentang situasi kemajemukan hukum yang terjadi di perkeretaapian Sumatera Utara. Tidak
hanya itu saja skripsi ini juga menjelaskan berbagai bentuk hukum dan melihat hukum-hukum ideal yang ada. Melihat bagaimana persepsi setiap orang dalam
memandang hukum dan cara orang tersebut memandang hukum yang hidup. Melalui skripsi ini akan diungkapkan kenyataan yang terjadi sebenarnya terkait
Universitas Sumatera Utara
24
permasalahan hukum yang terjadi di perkeretaapian Sumatera Utara. Sehingga skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam permasalahan hukum.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah terbentuknya pola pikir yang lebih luas dalam memandang permasalah hukum, tidak lagi
memandang bahwa hukum itu bersifat sentral karena terdapat hukum-hukum lain yang cukup berpengaruh di dalam kehidupan sosial. Menimbulkan respon
masyarakat, peneliti maupun ilmuan sosial dan budaya untuk lebih sensitif terhadap permasalahan kemajemukan hukum sehingga menimbulkan konsep-
konsep serta teori-teori baru mengenai kemajemukan hukum tersebut. Melalui tulisan ini penulis berharap bahwa muncul kepekaan setiap mahasiswa antropologi
terhadap situasi yang ada disekeliling kita dalam menenggapi segala permasalahan yang ada sehingga kajian dalam dunia antropologi dapat lebih berkembang dan
dikenal oleh kalangan masyarakat luas.
1.5 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sumatera Utara. Dengan cakupan pembahasan mengenai kemajemukah hukum yang terjadi di perkeretaapian Sumatera Utara.
Untuk itu cakupan dalam lokasi penelitian meliputi seluruh daerah oprasional kereta api yang berada di Sumatera Utara. Perkeretaapian Sumatera Utara
memiliki 4 klasifikasi kelas kereta penumpang, yakni eksekutif, bisnis, ekonomi dan K.A khusus bandara. Namun untuk jenis kereta juga dapat dibedakan lagi
yakni Sri Lelawangsa, Sribilah, Sirex, Putri deli dan KA bandara. Perkeretaapian
Universitas Sumatera Utara
25
Sumatera Utara juga memiliki satu jenis kereta pengangkut barang, satu jenis kereta pengangkut minyak dan pengangkut batu kerikil.
Pusat kantor kereta api Sumatera Utara terdapat di Medan. Maka dari itu stasiun kereta api Medan memiliki peranan sangat penting bagi stasiun lainnya
yang ada di Sumatera Utara. Pasalnya stasiun kereta api Medan merupakan stasiun yang titik point pertama bagi semua keberangkatan kereta api dengan
tujuan mana saja. Aturan yang diberlakuakan pada stasiun ini juga sedikit berbeda dengan stasiun-stasiun lain yang berada pada Divisi regional yang sama.
Saya memilih perkeretaapian Sumatera Utara dikarenakan ada hukum- hukum yang berbeda dengan hukum formal yang berlaku di sini. Selain itu juga
kereta api yang berstatus sebagai badan Usaha Milik Negara ini sebagian besar asetnya di sewa oleh pihak swasta. Hingga akhirnya terlihat bahwa banyak aturan
yang muncul di lingkungan kereta api karena semakin banyak pelaku yang terlibat di dalam perkeretaapian itu sendiri.
1.6 Metode Penelitian