Pengaruh Kondisi Geografis Terhadap Perkebunan di Sumatera Utara Sekilas Tentang Kehadiran Deli Maatschappij

41

2.2.2 Pengaruh Kondisi Geografis Terhadap Perkebunan di Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1 o – 4 Lintang Utara dan 98 o – 100 o Bujur Timur yang pada tahun 2004 memiliki 18 kabupaten dan 7 kota serta terdiri dari 328 kecamatan. Secara keseluruhan Provinsi Sumatera Utara mempunyai 5.086 desa dan 382 kelurahan serta memiliki luas daratan sebesar 72.981,23 km 2 . 24 Wilayah Sumatera Utara sendiri terdiri dari daerah pantai, daratan rendah dan daratan tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur di tengah- tengah dari Utara ke Selatan. Berdasarkan topografi daerah, Sumatera Utara di bagi atas 3 bagian yakni bagian timur dengan keadaan yang relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian barat merupakan daratan bergelombang. Wilayah pantai timur yang merupakan daratan rendah seluas 24.921,99 km 2 atau 34,77 dari luas wilayah. Sumatera Utara sendiri memiliki iklim yang termasuk tropis dan dipengaruhi oleh angin passat dan angin Muson. Provinsi ini juga memiliki kelembaban udara rata-rata78 - 91 dengan curah hujan 800-4000mm tahun dan mendapat penyinaran matahari sebesar 43 25 . Keadaan tanah dan iklim tersebut menjadikan daerah Sumatera Utara menjadi daerah yang subur. Kondisi alam yang menguntungkan ini sangat cocok 24 Geografis Sumatera Utara terdapat pada www.disdik.sumutprov.go.idprovilsumut.php diakses 10 desember 2013 25 Topografi dan iklim terdapat pada www.kanwilsumut.djpbn.depkeu.go.idindex.php?option=com_contentview=articleid=3Item id=3 diakses 10 desember 2013 Universitas Sumatera Utara 42 untuk ditanami tanaman- tanaman bernilai ekonomis. Tanaman-tanaman tersebut seperti tembakau, karet,coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, dan kayu manis. Tanaman- tanaman ini dikelolah oleh perkebunan milik Belanda. Sebelum kedatangan Kolonial Belanda dan tumbuhnya perkebunan-perkebunan besar wilayah sumatera Utara merupakan hutan belantara yang memiliki keuntungan ekonomis yang kecil. 26

2.2.3 Sekilas Tentang Kehadiran Deli Maatschappij

Pada tahun 1858, Holandia berhasil membuat pemimpin kesultanan Siak tunduk dan menjadi bagian dari Hindia-Belanda. Ini diatandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Siak antara Sultan Siak dengan Hollandia pada tahun tersebut. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa Kesultanan Siak dan daerah-daerah takhlukannya merupakan bagian dari kekuasaan Hollandia di Hindia Belanda. Sebuah kesultanan kecil di pantai timur Sumatera yang tanahnya subur serta menghasilkan lada, pinang, pala, gambir, dan tembakau yang diekspor ke Semenajung Malaya juga ikut tunduk. Kesultanan kecil ini berpusat pada sebuah kota yang bernama Labuhan. Kota Labuhan ini memiliki Sultan bernama Mahmud Perkasa Alam. Sultan inilah yang menandatangani Acte van Verband yakni suatu perjanjian antara kesultanan Deli dengan kerajaan Hollandia pada tahun 1862. Pada perjanjian itu Sultan Deli mengakui kekuasaan Sultan Siak yang telah 26 Dona Sofia: Keberadaan Angkutan Kereta Api di Sumatera Timur Skripsi 2004 jurusan sejarah fakultas sastra USU, hal: 18 Universitas Sumatera Utara 43 tunduk pada Hollandia yang dengan demikian Sultan Deli juga tunduk pada Hollandia. Deli kemudian mulai didatangi pengusaha Hollandia Jacobus Nienhuys pada tahun 1863. Nienhyus dan Sultan Mahmud Perkasa Alam membuat suatu persetujuan dimana orang Hollandia mulai diberi kesempatan untuk membuka perkebunan tembakau di Deli. Gambar 2: Kebun Tembakau Deli 27 Nienhuys pun mendapat konsesi dari sultan tersebut. Jika pada awalnya tanaman tembakau di Deli ditanam dan dikelola secara tradisional oleh para penduduk lokal, maka sejak kedatangan Nienhuys tanaman tembakau ditanam pada kebun yang lebih luas dan dikelola oleh orang asing. 27 Sumber gambar Alexander, 2012 dalam Parjis Van Soematra Universitas Sumatera Utara 44 Gambar 3: Jacobus Nienhuys 28 Pada tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor perkebunannya Deli Maatschappij bergeser menjauhi kota sang sultan. Kantor tersebut didirikan pada sebuah kampong bernama Medan Putri. Sekeliling Kampong yang masih hutan belukar merupakan potensi besar bagi perluasan kebun-kebun tembakau. Kampong ini juga berada di jalur jalan antara kota Labuhan dan Deli Tua. Gambar 4: Pembukaan Hutan Untuk Kebun Tembakau 29 Orang-orang dari labuhan dan Deli Tua menjadikan kampong ini sebagai tempat berkimpul untuk berdagang pada waktu-waktu tertentu. Posisi yang strategis ini 28 Sumber gambar Lucman, 2007 dalam Sejarah Medan Tempo Doeloe 29 Sumber gambar: Op.Cit Alrxander, hal 8 Universitas Sumatera Utara 45 yang membuat Nienhuys memilih kampong Medan putri sebagai pusat pengaturan kebun-kebun tembakaunya Alexander: 2012: 39-41. Memasuki tahun 1870-an, komoditas perkebunan tidak hanya terfokus pada tembakau saja namun telah merambah ke komoditas lainnya seperti karet, coklat, teh, dan kelapa sawit. Demikian juga halnya dengan perkebunan tidak lagi terkonsentrasi di Deli tetapi sudah memasuki daerah lain seperti Binjai, Langkat, Serdang, Padang Tebing Tinggi, Siantar dan Simalungun. Gambar 5: Stasiun Medan pada tahun 1884 30 Mengingat pesatnya perkembangan perusahaan perkebunan Deli maka dibangunlah jaringan kereta api di tanah Deli tersebut pada tahun 1883 yakni Deli Spoorweg Matschappij yang mana transportasi kereta api ini digunakan sebagai 30 Sumber gambar:Op.Cit Luchman. Hal: 65 Universitas Sumatera Utara 46 sarana pengangkutan komoditas perkebunan dari pedalaman menuju pusat kota Medan di sekitar Esplanade Lapangan Merdeka. Gambar 6: Lapangan Merdeka Sebelum 1890 31 Prospek yang menjanjikan dari sektor perkebunan Sumatera Timur ini telah mendorong penataan disejumlah bidang untuk mendukung pengembangan kota Medan dan Sumatera Utara saat ini untuk menjadi kawasan yang maju dan Modern. Sehingga pada akhirnya Medan menjadi ibu kota Sumatera Utara pada tahun 1907. Kemudian pasca Indonesia merdeka memasuki awal tahun 1950-an , kabinet pemerintahan Indonesia di bawah kendali Bung Karno melakukan nasionalisasi aset pemerintah kolonial Belanda menjadi milik pemerintah Indonesia. 32 31 Sumber gambar: Ibid, hal 64 32 Op.Cit L.Damanik, M.Si Universitas Sumatera Utara 47

2.2.4 Kaitan Perkembangan Kereta Api Sumatera Utara Dengan Kereta Api Indonesia