Pegawai Loket Kondisi Kemajemukan Hukum Pegawai KA

109 dengan kepentingannya. Selain itu juga pengawasan yang kurang dari pihak kereta api menjadi pemicu munculnya aturan-aturan baru yang di buat oleh para pegawai kereta api.

5.1.1 Pegawai Loket

Pegawai loket adalah orang yang bertugas melayani penjualan, pemesanan dan pembatalan tiket. Semua stasiun yang tersebar di Sumatera Utara memiliki pegawai loket hanya saja antara stasiun yang satu dengan lainnya memiliki pegawai loket dengan jumlah yang berbeda. Pada stasiun kecil biasanya hanya ada 2 petugas loket yang sistem kerjanya bergantian Shift. Sedangkan pada stasiun besar biasanya memiliki lebih dari 2 pegawai loket. Para pegawai loket ini berada dibawah pengawasan kepala stasiun masing- masing. Misalnya untuk pegawai loket stasiun Lubuk Pakam maka berada langsung di bawah pengawasan kepala stasiun Lubuk Pakam. Dengan begitu pegawai loket ini juga harus mematuhi segala aturan yang terdapat di stasiun tempat ia bertugas. Walaupun demikian tetapi tetap saja para pegawai loket ini memiliki aturan tersendiri dalam menjalankan tugasnya dan tanpa harus diketahui oleh kepala stasiun. Seperti yang dipaparkan oleh salah seorang informan saya yang bertugas sebagai pegawai loket dan bernama Colena. Ia merupakan anak dari salah seorang pegawai kereta api stasiun Medan. Colena memaparkan bahwa dirinya bekerja menjadi pegawai kereta api melalui hasil seleksi penerimaan pegawai baru. Akan Universitas Sumatera Utara 110 tetapi ia juga tidak memungkiri bahwa ayahnya yang menyuruhnya untuk mendaftarkan diri sebagai pegawai kereta api. Berikut pengakuan Colena: “….ya, biasanya kalau ada apa-apa pegawai kereta api duluan yang tau, sama kayak kerja ini kan, bapak saya kan kerja di kereta api, jadi dia diluanlah yang tau kalo dikereta api ada penerimaan pegawai, jadi saya disuru bapak saya untuk masuk ke sini”Colena, November 2013 Dapat dilihat bahwa segala informasi yang berkaitan dengan kereta api termasuk informasi lowongan pekerjaan maka yang wajib diluan mengetahui adalah pegawai kereta api itu sendiri. Jadi wajar saja jika sebelum informasi lowongan kerja itu sampai kepada masyarakat umum, tetapi sudah banyak para calon-calon pegawai yang mendaftarkan diri untuk bekerja di kereta api. Sehingga ketika masyarakat umum baru mengetahuinya maka kuota pendaftaran hanya tersisa sedikit. Maka tidak jarang jika yang masuk dan bekerja di kereta api tersebut sebagian besar adalah keluarga pegawai. Lain lagi jika berbicara mengenai seragam. Petugas loket yang satu ini sama sekali tidak menganakan seragam pegawai kereta api. Ia hanya berbusana layaknya pegawai swasta. “...Sayakan baru di sini jadi saya belum ada seragam. Seragamnya masih dijaitkan….udah 4 bulan sih di sini. Ya kan yang penting bajunya sopan” Colena, Novenber 2013 Pengakuan informan juga ia tidak pernah mendapat teguran dari kepala stasiun terkait permasalahn seragam. Selain itu juga dalam hal jam kerja Colena juga sering bertukar shift dengan petugas loket lain. Jika ada hal penting yang mendadak dan tidak bisa ditinggalkan maka Colena bisa bertukar shift dengan Universitas Sumatera Utara 111 temannya. Dalam hal pertukaran Shift ini para pegawai tidak perlu memberitahukannya kepada kepala stasiun. “…kepala stasiun enggak perlu tau masalah ini, kan yang penting loket tetap ada yang jaga, misalnya saya shift pagi dan ada urusan, ya saya minta gantikan dulu la sama kawan untuk gantikan saya dan nanti waktu shift ke dua baru saya gantikan dia”Colena, November 2013 Dapat dilihat bahwa meskipun Colena seorang pegawai loket yang seharusnya terikat oleh aturan yang dibuat oleh kereta api tetapi tetap saja ia dan temannya masih bisa memberlakukan aturan yang telah disepakati bersama oleh keduanya yakni teman pengganti shiftnya. Tidak hanya itu saja, permasalahan seragam juga tidak terlalu dipersoalkan oleh kepala stasiun dan seakan-akan kepala stasiun memahami kondisi yang dialami oleh Colena. Sehingga membiarkannya untuk tidak memakai pakaian seragam untuk beberapa bulan ini. Padahal kita sama-sama tahu bahwa dalam sebuah instansi sudah seharusnya menyeragamkan semua aturan bagi semua pegawainya. Dalam hal melakukan pekerjaannya sebagai pegawai loket Colena menjelaskan bahwa setiap pegawai harus menuliskan laporan mengenai tiket setiap loket akan tutup. Hal ini dilakukan oleh pegawai yang bertugas pada shift terakhir dan mengisi daftar hadir setiap harinya. Gambar 21: Pegawai loket yang sedang mengisi laporan Universitas Sumatera Utara 112 Selain itu juga petugas loket dapat melakukan pembatalan tiket jika identitas yang dituliskan pada penumpang terjadi kesalahan. Maka saat menuliskan laporan maka harus dibuat “batal petugas”dan kemudian dapat melakukan registrasi tiket yang baru untuk penumpang. Gambar 22: Laporan penjualan tiket di layar komputer pegawai loket. Begitu banyak ditemui hal yang tidak singkron antara aturan yang telah ditetapkan dan aturan yang berlaku dilapangan. Hal ini semakin diperkuat oleh bukti nyata yang terjadi dilapangan. Colena yang bertugas sebagai pegawai loket tetapi sama sekali tidak berada di dalam loket. Gambar 23: Loket Stasiun Lubuk Pakam yang terlihat kosong Melainkan duduk dengan pegawai lainnya yang berada di kantor dan sambil bercerita dengan pegawai lainnya serta sembari melihat-lihat penumpang yang ingin membeli tiket. Universitas Sumatera Utara 113 “..kan sunyi di situ, jadi saya duduk di sanala sama kawan-kawan, sambil ngelihatin orang-orang yang lihat-lihat kesini, nanti saya tanya, mau beli tiket?....ya kalo distasiun medan mungkin gak bisa gini la, tapi karena disini gak pala rame jadi bisa”Colena, November 2013 Melalui apa yang dikatakan oleh Colena, dapat diketahui bahwa tidak terjadi keseragaman hukum antara setiap stasiun yang ada. Selain itu juga pengaruh pengawasan kepala stasiun yang lemah menjadikan pegawai yang ada memberlakukan aturan yang dibuatnya sendiri dan dianggap dapat memudahkan dirinya dalam bertugas.

5.1.2 Pegawai Pengelolahan Aset Tanah