Kondisi Kemajemukan Hukum di Aset Kereta Api Kondisi Kemajemukan Hukum di Tiket dan Gerbong Kereta

83 maka ia harus menaati aturan yang telah ada yang terwujud dalam pembayaran sewa rumah yang ditempatinya. Pihak kereta api juga tidak mengindahkan aturan yang telah ditetapkan tersebut karena dinilai tidak melakukan apa-apa ketika melihat kondisi seperti ini. pihaknya juga tidak memberikan sanksi apapun terkait penempatan rumah persewaa yang tidak dikenai biaya sewa tersebut. Pelegalan aturan ini dirasa wajar karena melihat bahwa yang menempati rumah persewaan tersebut adalah bagian dari pihak kereta api yakni pegawai kereta api itu sendiri.

3.4 Kondisi Kemajemukan Hukum di Aset Kereta Api

Diawal telah dipaparkan beragam hukum yang ada di aset tanah dan bangunan. Hukum-hukum tersebut tidak hanya berupa hukum formal tetapi juga terwujud dalam hukum non-formal. Dari paparan diatas terlihat bahwa muncul aturan-aturan baru yang menciptakan mekanisme pengaturan sendiri dalam masyarakat self regulation yang sekaligus berfungsi sebagai sarana pengendalian sosial social control. Pembentukan hukum yang majemuk ini tidak terlepas dari keterlibatan langsung agen pembentuk hukum tersebut. Agen-agen yang dimaksud adalah individu-individu yang terlibat langsung dengan kereta api. Berdasarkan pemaparan diatas dapat dilihat bahwa kemajemukan hukum tersebut terjadi akibat adanya kepentingan dan hubungan kerja sama antara pihak swasta. Begitu banyaknya hubungan kerja sama yang terjalin dengan pihak swasta juga mengakibatkan munculnya beragam aturan-aturan baru yang berlaku di Universitas Sumatera Utara 84 lingkungan aset tanah dan bangunan tersebut. Selain itu juga pengaruh hubungan kekerabatan menjadi salah satu pemicu munculnya sebuah aturan baru yang dilegalkan. Kesemua aturan-aturan ini berlaku sama dan inilah yang mengakibatkan kemajemukan hukum di aset tanah dan bangunan. Universitas Sumatera Utara 85 BAB IV HUKUM MENGENAI TIKET DAN GERBONG KERETA

4.1 Hukum Mengenai Tiket

Merujuk pada syarat-syarat angkutan penumpang STP Bagian I tahun 2012 pasal 5 yang menyatakan bahwa “setiap penumpang kereta api wajib memiliki tiket” dan Keputusan Direksi PT. KAI Persero Nomor: KEP.ULL.003V6KA-20013 tanggal 24 mei 2013 tentang tarif reduksi angkutan kereta api serta TELEX Direksi No.C115 tanggal 10 juli 2013 tentang pelayanan tarif reduksi angkutan KA menetapkan bahwa terhitung mulai tanggal 1 juni 2013 penetapan tarif reduksi untuk pelayanan penjualan tiket dilihat berdasarkan reduksi eksternal dan reduksi internal. A. Ketentuan Reduksi Eksternal 1. Anak-anak usia kurang dari 3 tahun tidak mengambil tempat duduk dengan reduksi 90 semua kelas KA, apabila mengambil tempat duduk reduksi 0 semua kelas KA. 2. Lansia usia 60 tahun atau lebih dengan reduksi 20 semua kelas KA. 3. Veteran anggota LVRI hari senin sd kamis kecuali hari ramai yang ditetapkan oleh perusahaan dikenakan reduksi 50 semua kelas KA, hari jumat sd minggu dan hari ramai dikenakan reduksi 30 semua kelas KA. 4. PWRI degan reduksi 20 semua kelas KA. 5. TNI PORLIdengan reduksi Eks 25, Bisnis dan Ekonomi 50 6. Wartawan dengan reduksi Eks 0, Bisnis dan Ekonomi 20. Universitas Sumatera Utara 86 7. KOPPRI hari senin sd kamis dengan reduksi 10 semua kelas KA, hari jumat sd minggu dan masa angkutan lebaran reduksi 0 semua kelas KA. Akan tetapi syarat dan ketentuan lainnya harus dipenuhi oleh calon penumpang reduksi eksternal yakni: foto copy KTP bagi lansia, Kartu LVRI bagi Veteran anggota LVRI, kartu PWRI bagi anggota PWRI, KTA bagi anggota TNIPOLRI, kartu PERS bagi wartawan, kartu KORPRI bagi anggota KORPRI. Apabila tidak melengkapi melampirkan foto copy pada saat pembelian tiket maka dianggap penumpang umum dengan reduksi 0 dan tarif reduksi tidak berlaku untuk KRDI Srilelawangsa. B. Ketentuan Reduksi Internal 1. KA jarak jauh dan menengah a. Besaran reduksi 100 - KRU KA dinas yang telah melakukan dinas dan kembali ketempat keduduknya semula atau untuk memulai dinas tidak ditempat keduduknya Pegawai PKM, PKWTOutsourchig - Petugas karena tugas harus di atas KA Petugas PS, Lokrit, Bordes Rit, Pemeriksa kebersihan - Pegawai yang karena tugasnya harus naik KA untuk kepantingan operasional, pemeliharaan atau perawatan tidak berhak atas tempat duduk - PegawaiPKM yang sedang mengikuti Diklat dan melaksanakan praktek kerja lapangan menggunakan KA Universitas Sumatera Utara 87 Dengan syarat dan ketentuan yakni: menggunakan seragam R.6 dan bagi petugas PS Lokrit Bordes Rit wajib memiliki surat tugas serta tidak berhak atas tempat duduk kecuali KRU KA LD sepanjang tempat duduk masih tersedia. b. Besaran Reduksi 75 - Dewan Komisaris, Direksi, Direksi Anak Perusahaan, Pegawai, PKM, PKWT Dengan syarat dan ketentuan yakni: wajib menunjukkan KMFKBD saat pembelian tiket. c. Besaran Reduksi 50 - Keluarga pegawai, pensiunan suamiistri, pegawai yang memasuki bebas tugas, pegawai anak perusahaan, outsourching. Dengan syarat dan ketentuan yakni: menyerahkan foto copy KBD saat membeli tiket, anak usia 1 tahun wajib memiliki KBD, dan untuk pegawai anak perusahaan dan outsourching dapat reduksi 50 yang telah memiliki voucher. 2. KA jarak dekat lokal KRDI Lelawangsa - PegawaiPKMPKWTOutsourching tidak dikenakan bea perjalanan pada KA jarak dekat lecuali pada KRL Jabodetabek membayar penuh. - Selain dari pegawaiPKMPKWTOutsourching membayar penuh 100. Universitas Sumatera Utara 88 Dengan syarat dan ketentuan yakni: setiap ada pemeriksaan di atas KA oleh kondektur atau petugas PS wajib menunjukkan KMFKBDKartu identitas kepegawaian Outsourching. Dalam hal memanfaatkan fasilitas reduksi para pegawai wajib menggunakan pakaian Dinas R6 atau seragam dinas sesuai dengan ketentuan unit kerjanya dan tidak tertutup oleh pakaian lainnya, selain dari pada itu maka akan dikenai biaya penuh 100 dengan kata lain tidak dikenakan reduksi. Selain itu juga pegawai PKM PKWT Outsourching termasuk petugas posko yang berpergian untuk kepentingan dinas maka tetap dapat naik kereta api walau saat okupasi KA telah mencapai 100 Full dengan tetap membeli tiket tanpa nomer bangku dan menempati kereta makan. Bagi pegawai anak perusahaan atau pegawai outsourching dapat mengajukan permohonan voucer potongan harga tiket ke Manager Angkutan di lingkungan DriveDaop dan penerbitan voucer potongan harga berada di bawah pengawasan Customer Care CC. Selain itu juga khusus bagi pelayanan pemesanan tiket untuk pegawai tidak terdapat pada aplikasi RTS melainkan dengan menghubungi IT Helpdesk. Selain itu juga bagi penumpang yang tidak memiliki tiket dilarang memasuki wilayah peron kereta dan menaiki kereta hal ini sesuia dengan Peraturan Pemerintah No.72 tahun 2009 pasal 124 yakni: “Setiap orang dilarang masuk kedalam peron stasiun, kecuali petugas dan penumpang yang memiliki karcis” dan pasal 128 yakni; “ Orang yang tidak memiliki karcis dilarang menaiki kereta api kecuali orang yang ditugaskan oleh penyelenggara sarana perkeretaapian”. Larangan-larangan memasuki peron stasiun juga sering terlihat Universitas Sumatera Utara 89 dibeberapa stasiun yang ada dan penjagaan ketat juga dilakukan pegawai kereta api tepat di depan pintu masuk peron stasiun agar tidak sembarangan orang masuk kedalam. Gambar 12: Pelarangan memasuki peron stasiun Akan tetapi dibeberapa stasiun yang ada seperti stasiun kecil aturan-aturan tersebut sama sekali tidak berlaku. Bahkan wilayah peron kereta api dijadikan tempat berjualan oleh para pedagang dan bagi penduduk setempat peron kereta api terkadang dijadikan tempat santai untuk melihat kedatangan kereta api. Aturan yang ada seakan tidak berlaku dan dianggap sebagai pajangan semata. Setiap orang bebas keluar masuk ke dalam peron stasiun tanpa harus memiliki tiket kereta. Hal ini dikarenakan penjagaan terhadap wilayah peron dibeberapa stasiunsangat lemah. Bahkan petugas hanya diam dan tidak memberi teguran terhadap orang-orang yang keluar masuk peron stasiun kereta. Pemandangan ini dapat terlihat dibeberapa stasiun seperti Bandar Khalifah, Bantang Kuis, Lubuk Pakam. Bahkan di Stasiun Kisaran, Para pengantar atau penjemput penumpang yang tidak memiliki tiket dapat memasuki peron melalui gudang pengiriman barang. Karena wilayah pengiriman barang terhubung langsung dengan peron Universitas Sumatera Utara 90 stasiun dan petugas gudang terkadang tidak mempermasalahkan bagi pengantar atau penjemput penumpang untuk masuk melalui gudang tersebut menuju peron stasiun. Dari pemaparan diaatas dapat dilihat bahwa aturan formal tidak selamanya berjalan. Pada dasarnya semua stasiun memiliki satu pokok aturan yang sama yang bersumber dari Negara dan biasa disebut sebagai aturan formal. Aturan ini berlaku bagi semua stasiun yang ada di DivRe 1 Sumatera Utara. Akan tetapi fakta di lapangan berbicara lain, aturan ini tidak selamanya berjalan. Individu- individu yang berada di lingkup stasiun memiliki cara berhukumnya sendiri dan membuat aturan baru yang tanpa disadari telah menjadikan aturan tersebut terlihat legal untuk diberlakukan.

4.1.1 Loket Tiket

Loket adalah tempat pelayanan tiket kereta api. Pada stasiun besar seperti stasiun Medan memiliki 5 loket yang terdiri dari loket 1 revarasi dan penukaran struk, loket 2 dan 3 melayani penjualan tiket ekonomi, loket 4 dan 5 melayani penjualan tiket eksekutif dan bisnis. Namun untuk pemesanan tiket kereta bandara memiliki loket yang berbeda yakni berada pada lantai 2 stasiun. Gambar 13: Loket stasiun besar Medan Universitas Sumatera Utara 91 Dari gambar diatas telah jelas diperlihatkan posisi loket sesuai dengan pelayanan tiketnya. Akan tetapi terjadi sesuatu hal yang ganjil di sini. Dapat dilihat bahwa loket ke 5 merupakan loket pelayanan tiket eksekutif dan bisnis namun pada loket tersebut juga dilayani penjualan tiket kereta ekonomi menuju Binjai. Padahal bila dilihat dengan seksama loket pelayanan tiket kelas ekonomi berada pada loket 1 dan 2 tetapi untuk pelayanan tiket ekonomi tujuan Binjai diarahkan kepada loket 5. Hal ini menunjukkan bahwa keberlakuan aturan tidak selamanya berjalan sesuai dengan apa yang tertulis. Akan tetapi keberlakuan atururan terkadang berjalan sesuai dengan kondisi serta keinginan dari pada individu yang membuat dan menjalankan aturan tersebut atau dengan kata lain membuat pengaturan sendiri self-regulation. Tidak terlepas dari permasalahan loket di stasiun kecil biasanya terdapat 2 loket yang terdiri dari loket revarasi dan loket penjualan tiket. Pada stasiun kecil loket penjualan tiket tidak membedakan jenis tiket apakah itu ekonomi, bisnis ataupun eksekutif semuanya dilayani pada 1 loket yang sama. Akan tetapi ada juga stasiun kecil yang memiliki 1 loket yang melayani semuanya dari mulai revarasi tiket sampai penjualan tiket. Salah satunya adalah loket tiket stasiun Bandar Khalifah. Gambar 14: Loket stasiun Bandar Khalifah Universitas Sumatera Utara 92 Disini dapat dilihat bahwa ada perbedaan pada loket-loket yang terdapat dimasing-masing stasiun yang ada di DivRe 1 Sumatera Utara. Yang mana pelayanan loket di stasiun kecil tidak begitu diprioritaskan sehingga hanya terdapat 1 loket untuk melayani semua jenis tiket kereta.

4.1.2 Calo Tiket

Tiket kereta api dahulu dikenal dengan sebutan karcis yang mana pada karcis tersebut hanya tertera harga, tujuan dan tanggal keberangkatan. Dalam karcis tidak dituliskan identitas yang lebih lengkap seperti nama penumpang pemilik karcis. Sehingga sangat mudah bagi calo untuk melancarkan aksinya yakni dengan cara membeli karcis dari loket lalu menjualnya kembal kepada penumpang. Pergerakan calo ini sangat lihai, dimana para calo akan datang lebih awal dan mengantri di depan loket karcis layaknya calon penumpang lainnya. Pada saat itu pihak kereta api menbatasi pembelian karcis yakni maksimal 5 karcis pada setiap pengantri yang berada di loket. Sehingga calo juga membeli karcis sebanyak 5 untuk dijual kembali kepada penumpang dengan harga yang berbeda. Jika pada saat itu harga karcis kereta ekonomi hanya bekisar Rp.14.000,- maka calo akan menjual kembali karcis tersebut dengan harga Rp.20.000,- kepada penumpang. Meskipun penumpang tahu bahwa harga karcis yang dibeli pada calo lebih mahal, para penumpang tersebut tidak merasa keberatan pasalnya mereka tidak perlu lagi mengantri berdesak-desakan di depan loket untuk membeli karcis. Terlebih lagi jika pegawai loket telah memberitahukan bahwa karcis telah habis Universitas Sumatera Utara 93 maka penumpang akan membeli karcis melalui calo. Para penumpang tak ingin keberangkatannya tertunda dikarenakan karcis yang telah habis. Calo-calo karcis yang ada biasanya berdiri di depan stasiun dan melihat-lihat para penumpang yang sedang kebingungan memperoleh karcis. Jika penumpang tersebut sudah biasa menggunakan transportasi kereta api maka ia tidak lagi sulit membedakan mana calo dan mana penumpang. Terkadang juga jika para penumpang telah mengenal baik calo yang ada dan sering membeli karcis melalui calo, maka tak jarang pula para penumpang tersebut akan memesan karcis kepada calo untuk keberangkatannya selanjutnya. Untuk memberitahukan keberangkatan selanjutnya. Antara calo dengan penumpang terjalin melalui via telepon dan Para calo juga mengenali mana pelanggan tetapnya mana yang tidak. Seiring dengan perkembangan teknologi kini para penumpang lebih mengenal sebutan tiket dari pada karcis. Pasalnya dokumen perjalanan terebut telah berganti menjadi lembar kertas yang di dalamnya memiliki keterangan yang lebih lengkap dibanding dengan karcis. Lembar kertas tersebut bertuliskan identitas penumpang berupa nama, nomer tempat duduk, harga, tanggal,waktu, tujuan keberangktan, jenis kereta yang di tumpangi, barkot dan nama dari pegawai yang melayani penjualan tiket. Sehingga sistem ini mempersempit ruang gerak para calo yang ada. Mereka kesulitan untuk memperoleh tiket pasalnya saat ini setiap penumpang yang akan membeli tiket harus memperlihatkan kartu identitasnya berupa Universitas Sumatera Utara 94 KTPSIMPasspor atau kartu identitas lainnya. Yang pada akhirnya menjadikan usaha percaloan tiket hilang. A B Gambar 15: A dan B Himbauan untuk menghindari calo tiket Pihak kereta api menghimbau agar para penumpang tidak membeli tiket kepada calo dan berusaha mengikis percaloan yang ada dengan kebijakan- kebijakan yang tertera pada gambar di atas. Akan tetapi tanpa sadar pihak kereta api telah menumbuhkan percaloan baru dengan wujud yang berbeda dengan wujud gerai pemesanan tiket seperti Rail Agent, Mobile Ticketing Online, Stasiun Online, PadiTrain, PT.Pos Indonesia, Drive Thru, Indomaret, Cotos, Fastpay, Alfamart, Tiket.com, Aeroticket, ppob BRI-Delaprasta, FinChannel. 43 Ini merupakan bentuk percaloan baru namun memiliki perbedaan karena percaloan yang satu ini bersifat legal dan sudah mendapat izin dari pihak kereta api. Namun pihak kereta api pasti tidak akan menerima jika ini dikatakan sebagai perwujudan calo tiket yang baru dan lebih modren. Saya memberi istilah percaloan lama sebagai calo individu dan percaloan baru sebagai calo gerai. 43 Gerai pemesanan tiket, http:www.kereta-api.co.idlayanan-produkreservasi-tiket.html diakses pada 28 februari 2013 Universitas Sumatera Utara 95 Gambar 16: Gerai pemesanan tiket PT. Anugrah Fajar Jika dilihat dan dianalisis dari percaloan yang ada diawal hingga percaloan yang ada saat ini maka tidak akan ada bedanya yakni: 1. Calo individu membeli karcis diloket menggunakan uangnya dan menjualnya kembali kepada penumpang dengan mengambil keuntungan. 2. Calo gerai juga demikian, ia bekerjasama dengan pihak kereta api serta menanamkan modal untuk penjualan tiket kereta api dan menjual tiket kereta api kepada penumpang dengan mengambil keuntungan. Bedanya adalah calo gerai mendapat izin dari pihak kereta api dan bersifat legal sedangkan calo individu adalah sebaliknya. Maka yang terjadi sebenarnya adalah percaloan tidak hilang melainkan tetap ada hanya saja dengan wujud yang berbeda.

4.1.3 Ketentuan Pembatalan Tiket

Dalam hal meningkatkan pelayanan maka saat ini kereta api telah menyediakan layanan pembatalan tiket bagi penumpang yang keberangkatannya terhalang karena sesuatu urusan tertentu. Untuk itu pihak kereta api telah Universitas Sumatera Utara 96 mengatur proses pembatalan tiket jarak jauh dan menengah semua kelas pelayanan yang tertera sebagai berikut: 1. Pembatalan tiket wajib menyerahkan foto copy kartu identitas sesuai dengan nama yang tercetak pada tiket. 2. Mengisi formulir permohonan pembatalan tiket dan melampirkan tiket yang akan dibatalkan. Formulir permohonan terdiri dari data yang harus diisi berupa data tiket dan data penumpang serta keterangan bea pengambilan tiket akan dilakukan secara tunai atau di transfer. Jika pilihan berupa tunai maka harus dijelaskan kapan dan stasiun mana bea batal tiket akan diambil. Namun apabila pilihan berupa transfer maka harus mengisi nomer rekening bank. 3. Pengambilan bea batal tiket secara tunai hanya dilayani di stasiun Medan, Tebing Tinggi, Siantar, Kisaran, Tanjung Balai, dan Rantau Prapat. 4. Permohonan pembatalan tiket dapat dilakukan selambat-lambatnya 30 menit sebelum jadwal keberangkatan KA yang tertera di tiket dan dikenai bea 25 dari tarif KA. 5. Bea batal tiket dapat diambil dalam jangka waktu 30 sd 45 hari setelah menerima print out bukti pembatalan. 6. Lembar kedua bukti pembatalan tiket beserta print out bukti pembatalan diberikan kepada penumpang sebagai bukti pengembalian bea pada waktu dan stasiun yang telah ditentukan. 7. Menunda jadwal keberangkatan dapat dilakukan 1 hari sebelum hari keberangkatan dan dikenai bea 25 dari tarif kereta api. Universitas Sumatera Utara 97 8. Ketentuan ini mulai berlaku pada tanggal 1 maret 2013. Pembatalan tiket hanya dapat dilakukan di loket yang berada di stasiun kereta api dan tidak dapat dilakukan pada gerai pemesanan tiket yang ada, meskipun tiket diperoleh dari gerai pemesanan tiket tersebut. Hanya stasiun-stasiun yang telah ditetapkan oleh pihak kereta api sajalah yang dapat melakukan pembatalan tiket.

4.2 Hukum di Gerbong Kereta

Pada dasarnya rangkaian kereta api terdiri dari lokomotif dan gerbong kereta. Gerbong kereta berisi penumpang kereta dan lokomotiflah yang menarik rangkaian gerbong kereta tersebut. Tanpa lokomotif maka gerbong kereta tidak akan bergerak dan tanpa gerbong maka lokomotif tidak dapat dikatakan sebagai kereta api, karena antara lokomotif dan gerbong kereta merupakan satu rangkaian yang membentuk istilah kereta api. Di dalam gerbong kereta juga terdapat hukum. Hukum-hukum yang terdapat dalam gerbong tersebut ada sudah ditetapkan dan ada juga yang tercipta dengan sendirinya. Sama seperti pembahasan sembelumnya hukum yang ditetapkan tersebut terkadang tidak berjalan dengan semestinya dan terkadang hukum yang tak bernama unnamed law yang mendominasi dalam gerbong ini. Begitu banyak aturan-aturan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Universitas Sumatera Utara 98 Aturan formal mengenai gerbong kereta api tertuang dalam SOP Standart Operation Procedure dan diberlakukan bagi gerbong kereta penumpang yang mana terdiri dari 7 poin penting yakni: 1. Bekerja sama dengan kondektur dan semua crew KA secara terkordinasi dalam hal keamanan. 2. Setiap 30 menit sekali melakukan pengecekan dan mengontrol keamanan disetiap kereta dan mengingatkan penumpang untuk berhati-hati terhadap barang bawaannya. 3. Mengambil tindakan terhadap penumpang yang melakukan tindak pidana pencopetan, penjambretan, penodongan, main judi maupun mabuk dan menyerahkan ke kantor polsuska terdekat. 4. Membantu pengawasan agar pintu kereta selalu dalam keadaan tertutup dan terkunci. 5. Melarang pedagang asongan, pengemis, naik ke atas KA dan menurunkannya apabila kedapatan di atas KA. 6. Setiap KA berhenti Polsuska, Polisi, Brimob dan Security harus turun disamping kereta dan melihat situasi di luar sambil memperhatikan penumpang atau orang-orang yang dicurigai. 7. Mencatat semua kejadian dalam buku laporan kejadian dan diserahkan dilaporkan kepada Katon I yang berada di Medan Katon II yang berada di Kisaran untuk selanjutnya diteruskan kepada yang berwenang. Namun sama seperti sebelumnya ke 7 poin ini tidak selamanya benar-benar diberlakukan di semua jenis kereta penumpang. Pada jenis kereta eksekutif dan Universitas Sumatera Utara 99 bisnis ke 7 poin ini sangat diberlakukan tapi tidak pada jenis kereta ekonomi poin ke 4 dan 5 tidak berlaku sama sekali. Pintu pada gerbong kereta ekonomi masih terdapat yang terbuka dan pedagang masih bebas berjualan di dalam gerbong kereta.

4.2.1 Pedagang di Gerbong Kereta

Larangan bagi para pedagang untuk tidak lagi berjualan di dalam gerbong kereta telah diberlakukan tetapi tetap saja sampai saat ini para pedagang masih terlihat berada di dalam gerbong untuk menjajahkan barang dagangannya. Para pedagang yang menjajahkan barang dagangannya di gerbong kereta terdiri dari pedagang keripik, cakar ayam, sate, ice cream, mainan anak-anak, permen dan rokok, buah, pulsa, peyek, dodol, donat, kue basah, lemang, nasi bungkus, gantungan jilbab, burung dan ayam goreng, koran dan majalah, minuman, pecal, kerupuk jangek, mie instan yang diseduh pop mie serta kopi dan teh. Gambar 17: Pedagang Kripik yang berjualan di gerbong kereta Satu jenis barang dagangan tidak terdiri dari 1 pedagang melainkan banyak pedagang. Sebagian besar dari pedagang ini adalah orang dewasa yang Universitas Sumatera Utara 100 telah bekeluarga. Tidak jarang juga anak dari pedagang tersebut ikut berdagang di dalam gerbong kereta dengan jenis barang dagangan yang berbeda. Diantara pedagang-pedagang tersebut ada yang memiliki hubungan suami istri yang artinya suami dan istri sama-sama berdagang di dalam gerbong kereta. Adajuga pedagang yang memiliki hubungan kerabat kakak dan adik dan hubungan kerabat lainnya. Secara tidak langsung para pedagang ini telah menjadikan gerbong kereta api sebagai lahan usaha keluarga. Hal inilah yang membuat larangan pagi pedagang berjualan tidak berlaku. Pasalnnya mereka telah mengais rezeki lewat berdagang di dalam gerbong kereta secara turun temurun dan sudah sejak lama sebelum aturan pelarangan itu diciptakan. Para pedagang mengaku bahwa pihak kereta api sempat melarang mereka untuk berjualan di dalam gerbong KA. Tapi larangan ini tidak dihiraukan oleh para pedagang. Pihak kereta api juga merasa kewalahan dalam menangani masalah pedagang ini hingga akhirnya membiarkan para pedagang untuk tetap berjualan di dalam gerbong KA. Menurut salah seorang pedagang kerupuk jangek pihak kereta api pernah melakukan kutipan kepada pedagang agar mereka tetap bias berjualan di dalam gerbong KA dan menurutnya juga sampai pada saat ini pihak kereta api melakukan pelarangan pada pedagang ini untuk berjualan di dalam gerbong KA. Seperti yang dikatakan oleh bu Ani seorang pedagang kerupuk jangek: “…dulu ada dikutip 8000 tiap orang jualan, tapi sekarang uda enggak lagi gak tau kenapa… sebetulnya kami jugak uda gak dibolehkan jualan buktinya kereta api sering diperlambat gak kasian sama awak …kalo gak tepat waktu gak bias ngejar kereta laen”.Ani, oktober 2013 Universitas Sumatera Utara 101 Bu Ani menganggap bahwa pihak kereta api sengaja memperlambat keberangkatan kereta sebagai bentuk pelarangan berjualan terhadap pedagang. Kenyataannya memang sering kali keberangkatan kereta terlambat sehingga membuat para pedagang sulit mengejar kereta berikutnya dan para pedagang memanfaatkan situasi dimana terjadi selisih antara kereta yang satu dengan kereta lainnya untuk berpindah ke kereta tersebut. Tetapi ini hanya berlaku bagi jenis kereta ekonomi. Sebab pada kereta eksekutif dan bisnis mereka sama sekali tidak diizinkan masuk dan menjajahkan barang dagangannya. Para pedagang ini hanya bisa menjajahkan dari luar pintu kereta. Selain itu juga kereta eksekutif dan bisnis telah dilengkapi gerbong kantin sehingga para penumpang tidak merasa memerlukan keberadaan pedagang untuk memperoleh makanan dan minuman. Kesemua aturan beserta larangan yang dibuat untuk pedagang sama sekali tidak berlaku. Para pedagang ini berusaha agar tetap dapat berjualan di dalam gerbong kereta. Beberapa pedagang yang ada juga memiliki hubungan kerebat dengan kondektur atau masinis kereta sehingga para pedagang mengatas namakan hubungan kerabat ini sebagai bentuk pelegalan tindakan berjualan di dalam gerbong KA. Karena salah seorang kerabat dari pedagang tersebut memiliki kuasa dalam gerbong KA kondektur, masinis tersebut maka pedagang ini tidak menghiraukan larangan dan aturan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan apa yang di tuliskan oleh Fikarwin Zuska bahwa: “…apa yang diharapkan oleh peraturan-peraturan agar terwujud dilapangan, maka lewat relasi kuasa yang terbentuk dan berproses diantara pelaku, peraturan itupun tidak selamanya jalan”Zuska, 2008:199 Universitas Sumatera Utara 102 Selain itu juga hal lain yang menyebabkan pelarangan pedagang ini sulit untuk diterapkan adalah karena ulah pegawai yang memiliki kuasa ini kondektur, masinis. Seperti yang dikatakan oleh seorang pensiunan kondektur bernama Tukirno: “…orang ininya yang salah dikira dia keluarganya aja yang mau jualan di kereta api itu, orang lainkan jugak mau jualan…aa jadi itulah yang buat sulit tukang jualan ini dilarang, kalo dilarang yang satu, yang satu lagi bilang dia kok gak dilarang. Makanya sulit kalo bicara tukang jualan ini”Tukirno, Oktober 2012 Berdasarkan informasi yang diperoleh maka dapat dilihat bahwa permasalahan pedagang ini tidak akan pernah selesai. Kemungkinan larangan untuk berjualan di dalam gerbong KA tidak pernah terlaksana dengan baik.

4.2.2 Kondisi di Dalam Gerbong Kereta

Berbicara mengenai kondisi gerbong maka akan berbicara mengenai fasilitas dan aturan-aturan yang ada di dalam gerbong tersebut. Antara gerbong eksekutif dan bisnis berada pada satu rangkaian kereta yang dilengkapi dengan beragam fasilitas. Untuk gerbong eksekutif dilengkapi dengan AC, TV, kotak P3K dan tempat duduk yang nyaman dan dapat ditukar posisinya sesuai keiingan penumpang serta bantal dan selimut bagi tiap penumpangnya serta toilet. Bedanya dengan bisnis hanya terletak pada TVnya saja. Kedua gerbong ini di lenkapi dengan fasilitas kantin dan gerbong makan, dimana penumpang dapat memesan makanan dan minuman serta dapat langsung diantar ketempat duduk penumpang. Lain lagi halnya dengan kondisi gerbong ekonomi, fasilitas yang ada hanyalah ac dan toilet serta kotak P3K. Tetapi anehnya kotak P3K tersebut sama Universitas Sumatera Utara 103 sekali tidak berisi obat atau apapun dengan kata lain adalah kosong. Menurut salah seorang penumpang bernama Citra hal ini diakibatkan oleh ulah pedagang yang ada : “Waktu itu sempat ada obat disitu, paramex, bodrex,minyak kayu putih, betadin, hansaplas, perban, kapas, sama obat-obat lain lah, tapi sama orang jualan ini diambilinyadi bawak pulang, jadi malaslah orang ini ngisi kotak itu lagi”Citra, Januari 2014 Citra melihat sendiri bahwa para pedagang mengambil persedian obat yang ada di kotak P3K tersebut. Menurut Citra ulah pedagang ini tidak semestinya seperti itu, padahal obat yang ada di kotak P3K harusnya digunakan untuk kepentingan bersama bagi semua penumpang yang membutuhkan. Gambar 18: Kotak P3K yang terlihat kosong Kondisi lain adalah tempat duduk kereta ekonomi tidak dapat di tukar- tukar posisinya sesuai dengan keinginan penumpang. Padahal pada dinding tempat duduk tertempel stiker yang bertuliskan bahwa tempat duduk dapat ditukar posisinya sesuai dengan keinginan. Universitas Sumatera Utara 104 Gambar 19: Stiker yang menempel pada dinding tempat duduk Hal lainnya adalah tentang pelarangan merokok di dalam gerbong kereta, tetapi bagi perokok aktif tetap saja merokokm di dalam gerbong padahal ruang dalam gerbong memakai AC. Cara agar para perokok ini dapat merokok adalah mereka akan meninggalkan bangunya untuk sementara dan memilih berada di dekat pintu gerbong kereta agar saat ia merokok tidak mengganggu orang yang ada di dalam gerbong kereta. Dapat di temui banyak orang yang berdiri di depan pintu gerbong kereta padahal mereka telah memiliki nomer bangku hal ini dikarenakan mereka akan mengambil waktu sebentar untuk merokok. Gambar 20: Larangan merokok di dalam gerbong kereta Universitas Sumatera Utara 105 Meskipun para perokok aktif ini merokok di depan gerbong pintu kereta akan tetapi tetap saja itu masih dalam area wilayah gerbong kereta dan seharusnya itu tidak dibenarkan. Para perokok ini tidak memperdulikan larangan yang telah di tetapkan oleh pihak kereta api. Jika ada petugas yang lewat maka para perokok ini akan berusaha menyembunyikan rokoknya dan seolah-olah ia tidak merokok sama sekali dan hanya menikmati perjalanan dengan berada di depan pintu gerbong kereta.

4.2.3 Nomor Tempat Duduk Ganda

Kejadian terhadap nomor tempat duduk ganda jarang terjadi. Yang dimaksud dengan tempat duduk ganda adalah dalam 1 gerbong terdapat 2 nomer bangku yang sama. Dengan kata lain 2 orang penumpang memiliki 1 nomor tempat duduk yang sama. Seperti yang terjadi pada bulan juni pada tahun 2013 tepatnya di Stasiun Kisaran. Ada 2 orang penumpang yang sama-sama memiliki nomor bangku yang sama dan keduanya terkejut ketika melihat tiket yang mereka miliki. Karena kedua tiket mereka memiliki nomor tempat duduk yang sama dan gerbong yang sama. Kemudian salah seorang dari mereka melapor kepada petugas Polsuska yang berada di dalam gerbong kereta. Kedua tiket penumpang ini di bawa polsuska kepada pegawai loket tiket dan meminta penjelaskan mengapa bisa terjadi seperti ini. Tidak berapa lama Polsuska tersebut kembali ke dalam gerbong kereta dan memberi tahukan bahwa ini adalah kesalahpahaman seharusnya salah satu penumpang ini berada di gerbong nomor 4 dengan nomer bangku yang sama. Seketika itu juga salah satu Universitas Sumatera Utara 106 dari penumpang tersebut berpindah menuju gerbong kereta nomor 4. Fenomena kejadian ini pernah saya pertanyakan kepada bapak Rajagukguk yang tidak lain adalah pegawai kereta api yang memiliki jabatan sebagai Kepala SDM di kantor kereta api DivRe 1 Sumatera Utara. “..itukan karena kesalahan pada sistemnya. Biasanya kalau penumpang ramai kereta api menambah satu gerbong, jadi waktu gerbong itu ditambahkan gak dilihat urutannya karena terburu-buru, jadi gitula jadinya. Seharusnya gerbong 4 diletakkan di belakang gerbong 3 tapi karena mau cepat diletakkanlah di depan gerbong 1, jadi petugas loket kan hanya melihat apa yang tertera di komputernya makanya bisa salah tulis gitu. Tapi jarangnya itu..” Rajagukguk, Agustus 2013 Ilustrasinya adalah: Bagan 4.1: Ilustrasi Gerbong Kereta api Gerbong 4 sebagai gerbong tambahan seharusnya berada di belakang gerbong 3 namun karena saat melakukan penyambungan gerbong dan ingin cepat maka diletakkanlah gerbong 4 kedepan gerbong 1. Hal ini juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi dimana saat itu penumpang sudah banyak yang berdatangan dan langsung menaiki gerbong kereta api yang tersedia. Untuk menghemat waktu maka diambilah jalan cepat dengan meletakkan gerbong 4 kedepan gerbong , maka urutan gerbong tersebut menjadi tidak beraturan. Dari kasus diatas dapat dilihat bahwa ada pengaturan sendiri yang dilakukan agar mempermudah penyambungan gerbong dan mengefisienkan waktu. Akan tetapi ada sisi lain yang dilupakan di sini yakni sistem pertiketan menjadi tidak Gerbong 3 Gerbong 2 Gerbong 1 Gerbong 4 Universitas Sumatera Utara 107 beraturan. Para penumpang juga merasa bingung dengan nomor bangku yang ganda ini dan membuat penumpang harus berpindah tempat lagi sesuai dengan apa yang diintruksikan oleh Polsuska yang bertugas melakukan pengawasan terhadap penumpang. Lain sisi lain ini kan menimbulkan anggapan bahwa kereta api memiliki pelayanan yang kurang memuaskan.

4.3 Kondisi Kemajemukan Hukum di Tiket dan Gerbong Kereta

Kondisi kemajemukan hukum yang ada di tiket dan gerbong kereta terjadi akibat adanya hukum formal dan non-formal yang saling mengatur. Hukum formal di adopsi hanya sebahagiannya saja karena dianggap dapat dilaksanakan dengan mudah. Selain itu juga adanya hukum-hukum baru non-formal yang nyatanya tidak terlepas dari pada kepentingan dari agen-agen yang ada di lingkungan kereta api membuat hukum yang ada semakin beragam. Tidak terlepas dari pada itu, kereta api juga lebih memilih mengambil sebuah tindakan yang menguntungkan bagi pihaknya dan tanpa sadar bahwa tindakan tersebut juga bagian dari sebuah hukum baru yang saja tercipta. , Universitas Sumatera Utara 108 BAB V HUKUM PEGAWAI KERETA API

5.1 Kondisi Kemajemukan Hukum Pegawai KA