Hukum di Stasiun Hukum di Aset Bangunan

78 rumah persewaan. Tidak terlepas dari pada itu dalam lingkup bangunan ini juga terdapat hukum-hukum yang mengaturnya baik itu formal maupun non-formal. Hukum formal berasal dari undang-undang perkeretaapian dan hukum non-formal adalah hukum yang tak bernama Unnamed Law. Hukum-hukum tersebut tidak muncul dengan sendirinya tetapi ada agen-agen yang menyebabkan hukum tersebut muncul dan berlaku dalam lingkup aset bangunan tersebut. Aset milik kereta api yang satu ini juga dapat disewa dan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Masing-masing dari pemanfaatan bangunan yang ada akan dikenakan biaya sewa. Besar harga sewa yang ditetapkan juga tergantung dengan kondisi dan luas banguan tersebut. Berdasarkan temuan lapangan yang saya peroleh, terjadi ketidak seimbangan aturan di aset milik kereta api ini. Pasalnya pihak kereta api hanya ingin berada di pihak yang diuntungkan saja, selain itu juga terdapat individu-individu pengguna aset bangunan ini yang sama sekali tidak dikenai biaya sewa. Sehingga menciptakan situasi hukum yang majemuk dalam hal pengelolahan aset bangunan milik kereta api tersebut.

3.3.1 Hukum di Stasiun

Stasiun merupakan salah satu aset yang berfungsi sebagai tempat menurunkan dan menaikkan penumpang kereta api. Berbagai aset seperti peron, dipo lokomotif, dan lainnya milik kereta api juga berada di stasiun. Sebagai tempat pemberhentian kereta api stasiun pastinya dipadati oleh penumpang yang hendak melakukan perjalanan dengan menggunakan jasa transportasi kereta api. Universitas Sumatera Utara 79 Kini Stasiun tidak hanya dipadati oleh penumpang banyak agen-agen lain yang memanfaatkan bangunan stasiunsebagai lahan usaha. Seperti yang terdapat di beberapa stasiun yakni stasiun kereta api Medan, Kisaran, Rantau Prapat. Namun yang paling jelas terlihat adalah di Stasiun kereta api Medan, yang mana pihak swasta menyewa ruang-ruang yang ada di stasiun guna mendirikan minimart, cafe-resto, Toko Roti, loket taksi serta ATM. Harga sewa yang dikenakan juga cukup beragam tergantung dengan jenis usaha dan luas ruang yang disewa. Contohnya harga yang ditetapkan untuk sewa penempatan ATM saja dikenakan biaya sebesar 9 juta. Di awal tahun 2013 masih terlihat kios- kios kecil berdiri di dalam stasiun dan terlihat pedagang asongan masih menjajahkan barang dagangannya di areal stasiun. Namun kini kios-kios yang berdiri di dalam stasiun dan pedagang asongan tersebut sudah tidak terlihat lagi. Kini yang ada hanyalah minimart-minimart milik pihak swasta yang memiliki modal cukup besar. Di sini juga dapat dilihat bahwa pihak pengelolah stasiun mengutamakan hal yang membawa keuntunngan baginya. Yang mana hanya pemilik modal besarlah yang mampu mendirikan usaha di stasiun kereta api. Terlepas dari pada penyewan ruang-ruang yang ada di stasiun. Pihak stasiun juga memiliki beberapa aturan terkait dengan pelayanan yang ada di stasiun dan biasa disebut dengan standart operation procedure SOP di stasiun yang mana terdiri dari 7 poin penting yakni: 1. Melakukan kerja sama dengan PPKA dan JRR untuk jadwal langsiran agar tidak membahayakan penumpang yang berada di peron. Universitas Sumatera Utara 80 2. Setiap 60 menit sekali melakukan patroli di wilayah emplasmen stasiun serta kereta yang parkir memastikan tidak ada orang yang berada di jalan rel dan di dalam kereta 3. Mengambil tindakan terhadap setiap orang yang berada di stasiun yang melakukan tindakan kriminal pencurian, pencopetan, dll 4. Melakukan pengawasan terhadap percaloan tiket dan penumpang yang tidak memiliki tiket serta mengawasi antrian di depan loket. 5. Melarang gelandangan, pengemis, pengamen, berada di dalam emplasmen stasiun. 6. Setiap kereta api berangkat maka petugas Polsuska, Brimob dan Security wajib melakukan pemeriksaan serentak terhadap penumpang liar. 7. Mencatat semua kejadian dalam buku laporan kejadian buku jurnal dan diserahkan dilaporkan kepada Katon I yang berada di Medan Katon II yang berada di Kisaran untuk selanjutnya diteruskan kepada yang berwenang. Namun diantara ke 7 poin tersebut tidak selamanya benar-benar berjalan dan diberlakukan. Pada poin ke 5 tidak berlaku di beberapa stasiun seperti di stasiun Perlanaan, Kisaran, Sei Bejangkar, Lima Puluh dan beberapa stasiun kecil lainnya masih terlihat pengamen dan pengemis yang berada di wilayah stasiun. Hal ini memperlihatkan bahwa pelayanan di stasiun kecil yang ada tersebut tidak begitu memberlakukan poin ke 5 ini. Meskipun pada dasarnya SOP ini harus di berlakukan disemua stasiun yang ada di DrivRe 1 Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 81

3.3.2 Hukum di Gudang Milik Kereta Api