Tekhnik Analisa Data Rangkaian Pengalaman Penelitian di Lapangan

28 memposisikan diri sebagai seseorang yang tidak memiliki pengetahuan apapun tentang hukum-hukum yang terdapat di kereta api. Sehingga ingin belajar dari kondisi lapangan dan para informan untuk mengetahui hukum-hukum yang terdapat di perkeretaapian tersebut. Hubungan baik diciptakan melalui pendekatan dengan para informan, bersikap ramah dan terbuka merupakan cara yang efektif dalam mendekatkan diri dengan informan, membangun rasa percaya informan bahwa peneliti benar-benar ingin belajar dari informan. Sehingga dengan hal tersebut informan lebih terbuka untuk memberikan informasi dan menjelaskan mengenai situasi hukum yang terjadi di kereta api. Untuk mengadakan kontak dan membangun hubungan dengan pegawai-pegawai kereta api di sini saya berlaku sebagai penumpang yang berstatus sebagai mahasiswi yang sedang melakukan tugas kuliah dan bukan sedang melakukan penelitian. Rapport yang terjalin dengan baik dihasilkan melalui tahap perkenalan dan selanjutnya bertatap muka dengan intens. Sehingga informan tidak menimbulkan keraguan sama sekali dengan saya sebagai peneliti.

1.6.2 Tekhnik Analisa Data

Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut data yang berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa Universitas Sumatera Utara 29 dipahami dengan mudah. Tekhnik analisa data yang digunakan adalah dengan mengorganisasikan data hasil observasi dan wawancara kedalam suatu pola. Mengkategorikan setiap sumber informasi dan data dengan menghubung- hubungkan data yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Melalui analisa data ini dapat ditemukannya kesimpulan yang menjelaskan penelitian yang telah disusun secara sistematis.

1.6.3 Rangkaian Pengalaman Penelitian di Lapangan

Guna mendukung data yang akurat saya akan mendeskripsikan secara dengan sederhana pengalaman yang diperoleh selama penelitian dilakukan. Hal ini merupakan bagian dari penelitian antropologis, yang mana dalam pengalaman penelitian akan membantu penyempurnaan data lapangan. Pengalaman penelitian di lapangan memberikan suatu hal yang baru bagi saya. Pengalaman tersebut membuat saya belajar memahami situasi di sekitar wilayah penelitian. Situasi tersebut dapat membuat saya tertawa, terharu bahkan sedih dan terkadang jengkel. Pengalaman ini dimulai dari pengurusan surat ijin penelitian dan terjun langsung ke lapangan. Selama penelitian saya menghadapi orang-orang baru dan situasi baru yang sangat asing. Namun seiring dengan berjalannya penelitian saya semakin terbiasa dengan situasi tersebut. Banyak kendala yang dihadapi saat melakukan penelitian mengenai kemajemukan hukum yang terjadi di perkeretaapian Sumatera Utara ini. Salah satunya adalah masalah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian dan akses untuk masuk ke lingkungan kereta api. Universitas Sumatera Utara 30 Diawali dengan pemberian surat ijin ke kantor kepala stasiun kereta api. Saat mengantarkan surat ijin tersebut saya ditemani oleh salah seorang teman. Sesampai di stasiun saya meminta ijin untuk mengantarkan surat ijin penelitian ke kantor kepala stasiun. Petugas penjaga pintu masuk stasiun hanya memperbolehkan orang yang bersangkutan dengan penelitian tersebutlah yang diijinkan untuk masuk dan menemui kepala stasiun. Akhinya saya masuk ke dalam kantor kepala stasiun namun yang bersangkutan tidak berada di tempat. Hingga akhirnya surat ijin tersebut diberikan kepada wakilnya. Di dalam kantor tersebut telah dipenuhi oleh dua orang wartawan dari instansi yang berbeda. Mereka membicarakan tentang ijin peliputan berita dan meminta data kelajuan penumpang sepanjang tahun 2013. Akan tetapi saya tidak ditanya seputar penelitian yang akan dilakukan, wakil kepala stasiun tersebut hanya memberikan sebuah penjelasan bahwa surat ini seharusnya diserahkan ke kantor kereta api langsung dan hubungi bagian hukum yang ada di kantor tersebut. Salah satu pegawai stasiun mengatakan pada saya bahwa “orang libur kok kamu penelitian sih dek” saya hanya menjawab dengan senyuman. Kondisi saat itu mendekati libur hari raya. Kemudian saya bergegas pergi meninggalkan stasiun. Karena dalam situasi yang libur saya memilih menyerahkan surat ijin selesai libur hari raya ke kantor kereta api yang letaknya berada di belakang stasiun kereta api Medan. Sesampainya di kantor kereta api tersebut saya diantarkan oleh seorang scurity menuju kantor bagian umum yang mengurus segala jenis surat yang masuk. Universitas Sumatera Utara 31 Beberapa hari kemudian saya kembali lagi untuk melihat surat balasan terkait ijin penelitian. Namun belum ada respon dari pihak SDM terkait surat tersebut. Tiga hari kemudian saya kembali ke kantor tersebut namun belum membuahkan hasil. Lima hari kemudian saya kembali lagi dan masih sama belum ada surat balasan. Satu minggu kemudian saya datang kembali dan bertanya mengenai surat ijin yang diberikan. Lalu saya di minta untuk mendatangi langsung kantor SDM. Di kantor SDM tersebut saya berjumpa dengan kepala kantor SDM yakni bapak Rajagukguk. Beliau menanyakan bahwa apa kaitannya antropologi dengan hukum dan apa kaitannya dengan stasiun kereta api Medan. Saya berusaha menjelaskan namun bapak Rajagukguk merasa apa yang saya sampaikan adalah salah dan merasa bahwa saya “mengurui” dirinya. Saya meminta maaf karena tidak bermaksud untuk menggurui beliau. Beliau menganggap bahwa tidak ada kaitannya antara antropologi dengan hukum dan beliau juga mengatakan jika saya berasal dari jurusan hukum maka tidak perlu ditanyakan mengenai permasalah hukum ini. Selama kurang lebih dari 3 jam saya berada di dalam kantor bagian SDM tersebut dan diberi penjelasan-penjelasan oleh Pak Rajagukguk. Saya memberikan Proposal yang telah direvisi kepada beliau untuk membantu mempermudah dalam menyatukan pendapat dan menjelaskan apa yang saya maksudkan. Namun tetap saja tidak membuahkan hasil dan yang lebih parahnya beliau mengatakan bahwa proposal saya tidak nyambung sama sekali. Universitas Sumatera Utara 32 Beliau juga menyarankan pada saya untuk mengganti saja judul skripsi saya dengan judul-judul yang diberikannya. Namun beliau juga berkata “sayang juga kalau diganti berarti kamu harus mengulang dari awal”. Beliau menyarankan agar melakukan penelitian di Bandara Kuala Namu saja. Saya memahami keaadaan ini dan akhirnya diam. Pak Rajagukguk tidak mengerti atas apa yang saya maksudkan. Disela-sela pembicaraan yang terjadi, saya bertanya dan berusaha memperoleh informasi mengenai situasi yang terjadi di perkeretaapian Sumatera Utara dan aturan-aturan yang berlaku di sana. Namun beliau tidak menyadari hal tersebut, ia menjawab tiap-tiap pertanyaan yang saya ajukan. Setelah cukup lama berbincang-bincang beliau mengatakan pada staffnya bahwa surat ijin saya ditunda dan saya dianjurkan untuk mendiskusikannya lagi dengan dosen pembimbing. Dengan keadaan tersebut saya bergegas untuk datang ke kampus menemui dosen pembimbing dan menceritakan semuanya. Penelitiaanpun dilaksanakan walau tanpa surat ijin balasan dari kantor kereta api Medan. Dikarenakan saya tidak mendapatkan surat ijin balasan dari pihak kereta api. Maka saya memasuki wilayah kereta api dengan cara membeli tiket kereta api Binjai seharga Rp.5000,-. Dengan demikian saya bisa memasuki wilayah stasiun secara utuh. Saya juga memasuki stasiun kereta api Bandara yang berada dalam gedung yang sama dengan stasiun kereta api Medan. Saya berbincang-bincang dengan pegawai kereta api yang sedang duduk bersantai, serta dengan penumpang kereta api yang sedang merokok. Selain berbincang-bincang saya juga melihat sekeliling stasiun guna megetahui kondisi yang sedang terjadi. Universitas Sumatera Utara 33 Selain itu juga mengambil beberapa foto selama berada di stasiun. Foto-foto tersebut berhubungan dengan aturan, jadwal serta himbauan yang tertempel di bagian-bagian tertentu sisi dinding stasiun. Pintu keluar kereta api hanya dapat dibuka dari dalam, saat keluar stasiun saya membuka sendiri pintu tersebut tanpa ada yang menjaga. Ketika saya keluar, ada salah seorang yang ingin menjemput penumpang masuk melalui pintu tersebut. Padahal di depan pintu tersebut telah di tuliskan “Dilarang Masuk”. Di luar stasiun terdapat parkir sepeda motor dan saya juga tidak melewatkan kesempatan untuk berbincang-bincang dengan petugas parkir yang ada. Saya menanyakan terkait kepemilikan lahan parkir dan pengelola tempat parkir tesebut. Selama melakukan penelitian saya tidak pernah membawa nama universitas atau mengatas namakan penelitian skripsi. Saya hanya mengatas namakan diri pribadi dan selaku mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan. Apabila informan merasa curiga dan bertanya “untuk apa menanyakan pertanyaan seperti itu?”. Saya hanya menjawab dengan kalimat “Cuma ingin tahu saja”. Berdasarkan pengalaman pribadi, jika dijelaskan bahwa saya sedang melakukan penelitian skripsi maka informan akan berbalik bertanya dan meminta penjelasan kepada saya atau bahkan timbul kecurigaan. Terkait dengan hal tersebut maka akan timbul banyak pertanyaan tentang jurusan seperti: “dari jurusan apa?”, bila di jawab jurusan antropologi maka informan akan balik bertanya “ antropologi itu apa?”, “belajar tentang apa itu?”, “nanti kalo tamat kerjanya di mana?”. Serta pertanyaan tekait skripsi seperti: “penelitian apa?”, “kenapa di stasiun kereta api?”, “apa yang mau diteliti?” dan banyak Universitas Sumatera Utara 34 pertanyaan-pertanyaan lainnya, yang akhirnya tidak membuahkan hasil sama sekali. Dengan kata lain saya tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Saya lebih sering membawa teman dalam melakukan penelitian di lapangan dan berusaha menempatkan diri bukan sebagai peneliti, tetapi lebih kepada penumpang yang ingin tahu banyak tentang kereta api. Saya juga mencari informasi kepada penjual tiket di loket stasiun maupun penjual tiket yang berasal dari sebuah gerai pemesanan tiket. Saya merasa lebih mudah mendapatkan informasi melaui sesama penumpang dan pedagang dibandingkan dengan pegawai kereta api. Jika pegawai tersebut remaja pria maka lebih mudah untuk diwawancarai. Dalam melakukan penelitian saya juga sering berpergian dengan menggunakan kereta api dan berhenti di stasiun-stasiun tertentu untuk mengetahui aturan yang berlaku di sana. Tidak hanya itu, saya juga menggunakan sepeda motor untuk mencari informan yang bertugas sebagai palang pintu. Tidak jarang ketika penelitian dilakukan, saya lebih sering pulang kerumah dalam situasi malam hari. Saya juga menjalin hubungan pertemanan dengan para pegawai kereta api yang ada guna mendapatkan informasi yang akurat. Hubungan via telepon dan sms pun menjadi media yang sangat membantu saya untuk berhubungan dengan mereka. Terlalu seringnya saya berkomunikasi lewat hanphone dengan pegawai yang ada, sampai-sampai ia mengira bahwa saya menyukainya. Tidak hanya sebatas itu saja, saya sangat terkejut ketika melihat pemukiman liar yang ada di sekitar bantalan rel, situasi pemukiman di sana ada yang terlihat kumuh dan ada yang tidak. Banyak juga diantara rumah penduduk Universitas Sumatera Utara 35 berdiri secara permanen dan bertingkat. Disisi lain banyak juga remaja yang sedang membuka lapak perjudian sambil bermabuk-mabukan. Saya tidak berani mengabadikan gambar mereka karena saya takut mereka akan marah. Pemukim yang berada di sekitar bantalan rel ada yang bersikap ramah dan ada yang tidak. Sehingga saya harus pandai bersikap saat berada di lokasi ini. Universitas Sumatera Utara 36 BAB II GAMBARAN UMUM PERKERETAAPIAN SUMATERA UTARA

2.1 Kondisi Umum Perkeretaapian Sumatera Utara