Gambar 1
Sa tersebut, m
ini tanpa kereta api
kereta api pemanfaat
meskipun perkeretaa
Be yang terle
tersebut d berserakan
sering kal kendaraan
menghanc tukang bec
11: A dan Gaharu
alah seorang mengatakan
menyewa d . Mereka ju
i ini. Pihak tan tanah
hal ter apian.
elum berap etak di sisi-
dibuat oleh p n kemana-m
li dihancurk n milik
curkan pem cak.
A B Pemuk
u
g informan n bahwa ia d
dan tidak m uga tidak di
k kereta ap milik kere
rsebut be
pa lama ini -sisi bantala
pihak keret mana. Namu
kan oleh p penduduk
mbatas terse
kiman yang
saya bernam dan keluarg
memerlukan ikutip iuran
pi juga tida eta api yan
ertentangan
i pihak ker an rel yang
ta api agar b mun Ainun j
enduduk se saat me
ebut adalah
72
g ada di pin
ma Ainun y anya menem
n izin mend n apapun ke
ak mengena ng berada
dan m
reta api me g menurut p
batu-batu y juga berkat
etempat kar nyebrangi
h penduduk
B nggiran ba
yang tingga mpati tanah
irikan bang tika menem
akan sanksi di pinggir
melanggar
embuat sem pengakuan A
yang ada di a bahwa pe
rena diangg rel. Keb
k yang ber
antalan rel
al di bantala h milik kere
gunan dari mpati tanah
i apapun te ran bantala
undang-un
macam pem Ainun pem
sekitar rel embatas ter
gap mempe banyakan
rprofesi se
jalan
an rel ta api
pihak milik
erkait an rel
ndang
mbatas mbatas
tidak rsebut
ersulit yang
ebagai
Universitas Sumatera Utara
73
Akibat adanya pemukiman dibantalan rel maka kecelakaan di sana juga tidak terhindarkan. Kereta api yang melintas di sana telah banyak memakan
korban, namun penduduk setempat melihat hal tersebut sudah biasa. Tidak ada pilihan lain selain tinggal di pinggiran bantalan rel kereta api. Korban-korban
yang meninggal tertabrak kereta api sama sekali tidak disantuni oleh pihak kereta api karena melihat bahwa itu merupakan kesalahan korban.
Bukan hanya itu saja yang terjadi, isu yang beredar saat ini adalah pada tahun 2016 mendatang semua rumah yang ada di pinggiran bantalan rel akan
digusur dan masing-masing rumah penduduk yang ada di sana akan diberikan ganti rugi sesuai dengan jenis bangunan yang dimilikinya. Apabila bangunan
tersebut tidak permanen maka akan diberi ganti rugi sebesar Rp. 2.500.000,- dan apabila bangunan tersebut permanen akan diberi ganti rugi sebesar Rp.5000.000,-.
Namun belum jelas apakah ini akan benar-benar terealisasi atau tidak kedepannya, karena penduduk setempat juga belum mendapat kepastian yang jelas terkait hal
tersebut. Dalam melihat permasalahan mengenai pemukiman yang ada disekitar
bantalan rel tidak hanya terdapat di jalan Gaharu saja, akan tetapi masih banyak wilayah serta daerah lain yang mengalami hal yang serupa. Seperti halnya
pemukiman yang berada di sekitar bantalan rel yang ada wilayah dekat Thamrin. Banyak pemukiman yang nyaris saja tidak memiliki jarak terhadap rel kereta api.
Apabila kereta api melewati kawasan ini maka kereta api akan berjalan dengan perlahan dan berulang kali membunyikan klakson kereta api yang menandakan
kereta api sedang melintas. Atap dari rumah-rumah penduduk yang berada di sana
Universitas Sumatera Utara
74
sangat dekat jaraknya dengan jendela kereta api yang sedang melintas. Kita dapat melihat dengan jelas ketika berada di dalam kereta api yang sedang melintasi
kawasan tersebut. Pihak kereta api juga tampak tidak mau mengambil pusing mengenai
permasalah pemukiman yang berada di sekitar bantalan rel ini. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh salah satu informan saya bernama Joko yang
bekerja dibagian pengelolahan aset pertanahan milik kereta api bahwa :“ yang harus dikerjakan itu yang bisa menghasilkan uang”Joko, oktober 2013. Pihak
pengelolah aset pertanahan tidak mau dipusingkan dengan hal ini, ia akan mengerjakan sesuatu yang dapat menguntugkan bagi dirinya.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Keebet Von Benda- Beckman tentang konsep Forum Shopping dan Shopping Forums K.Benda-
Beckman, 2000: 64 yang menjelaskan bagaimana cara sebuah lembaga berbelanja hukum atau memilih suatu hal yang akan menguntungkan bagi
lembaga tersebut. Pihak pengelolah aset pertanahan tidak berani mengambil resiko karena ini dinilai tidak menguntungkan bagi dirinya dan hanya akan
menyebabkan terjadinya konflik antara para pemukim bantalan rel dengan pihak kereta api. Sehingga sampai saat ini pemukiman sekitar bantalan rel masi saja
tetap ada. Pihak kereta api melarang mendirikan atau melakukan aktivitas apapun
dalam wilayah 8 meter dari bantalan rel. Namun banyak pihak-pihak yang tidak mengindahkan hal ini. Pihak kereta api juga dinilai tidak konsekuen atas aturan
yang ditetapkannya. Pasalnya selain tidak mau mengambil pusing permasalahan
Universitas Sumatera Utara
75
pemukiman ini, pihak kereta api juga tidak mempermasalahkan bahwa beberapa pos penjaga palang pintu berada kurang dari 8 meter, sesuai dengan jarak aman
yang telah ditetapkan. Terlihat sangat begitu jelas bahwa aturan-aturan yang telah ditetapkan tidak selamanya berjalan dengan semestinya. Bahkan aturan-aturan lain
hidup guna menyesuaikan keadaan yang ada. Hal ini tampak jelas ketika pihak kereta api membuat pembatas antara rel
kereta dengan pemukiman penduduk dan memberi peringatan berupa bunyi klakson kereta api untuk memberi tahukan bahwa kereta sedang melintas, yang
tujuannya agar penduduk di sekitar bantalan rel dapat mengambil sikap dan tidak melakukan aktifitas apapun di wilayah rel kereta api. Sehingga kereta api dapat
melintas dengan aman tanpa kendala apaun serta menghindari terjadinya kecelakaan antara kereta api dengan penduduk setempat.
Sebelumnya penelitian mengenai pemanfaatan tanah kereta api juga pernah dilakukan oleh Budiarsih dalam bentuk skripsi dan berlokasi di jalan
Sawo, Kota Depok. Dalam tulisannya dijelaskan bahwa di lahan sekitar bantalan rel berdiri pemukiman maupun pusat perdagangan. Di lahan tersebut juga berdiri
kios-kios yang disewa oleh para pedagang. Pemanfaatan tanah kereta api tersebut tidak dikenakan sanksi oleh pihak kereta api walaupun hal itu bertentangan
ataupun melanggar undang-undang perkereta apian. Ia juga menjelaskan bahwa ada tuumpang tindih antara hukum formal dengan peraturan yang dibuat
berdasarkan kesepakatan diantara pihak-pihak yang terlibat. Kesepakatan yang dimaksud lebih dipilih untuk dijadikan acuan oleh pihak-pihak yang terlibat di
Universitas Sumatera Utara
76
dalamnya melalui suatu mekanisme interaksi sosial tertentu yang bersifat akomodatif dan dapat mendatangkan keuntungan.Budiarsih, 2008
42
Berdasarkan penelitian budiarsih tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa aturan yang ditetapkan ternyata tidak selamanya berjalan dengan semestinya di
lapangan. Bahkan tercipta sebuah pengaturan baru yang terjadi akibat kesepakatan yang dilakukan. Hal yang sama terjadi pada pemanfaatan tanah milik kereta api
yang ada di DivRe 1 Sumatera Utara ini. Dimana para pemukim yang berada di sekitar areal bantalan rel juga tidak mendapat sanksi dari pihak kereta api. Situasi
ini juga memperlihatkan ada tumpang tindih hukum yang terjadi di sini.
3.2.3 Legitimasi di Aset Pertanahan