Latar Belakang Masalah Kemajemukan Hukum Perkeretaapian Sumatera Utara

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Skripsi ini menjelaskan tentang situasi kemajemukan hukum yang terjadi pada masyarakat. Kemajemukan hukum di masyarakat terjadi di masing-masing bidang lapangan kehidupan. Seperti halnya juga yang terjadi di lingkungan kehidupan perkeretaapian Sumatera Utara. Kemajemukan hukum itu sendiri diartikan oleh Masinambow adalah bahwa dalam dunia pragmatis sedikit-dikitnya ada dua sistem norma atau dua sistem aturan yang terwujud di dalam interaksi sosial Masinambow, 2000:5. Begitu juga dengan yang terjadi pada lingkungan sosial perkeretaapian Sumatera Utara, yang mana di lingkungan perkeretaapian ini muncul situasi kemajemukan hukum. Oleh sebab itulah, dalam skripsi ini saya berusaha memaparkan kondisi yang sebenarnya terjadi berdasarkan fakta yang diperoleh dari lapangan selama penelitian dilakukan. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena pada dasarnya ketika berbicara mengenai kereta api maka secara langsung akan berbicara mengenai aturan-aturan yang berlaku dan hidup di lingkungan perkeretaapian Sumatera Utara. Oleh karena itu, tidak cukup hanya membahas tentang transportasinya saja, banyak komponen lain yang terkait dengannya, baik itu stasiun, rel, peron, lokomotif, gerbong, palang pintu, pegawai kereta api, penumpang, pedagang dan Universitas Sumatera Utara 2 masing-masing komponen yang ada di lingkungan kereta api tersebut memiliki aturan-aturan yang berbeda satu sama lain. Masalah kemajemukan hukum yang terjadi di perkeretaapian Sumatera Utara perlu dilihat dan dipahami. Hal ini dikarenakan bahwa kondisi hukum yang ada di perkeretaapiaan Sumatera Utara terkait dengan kebijakan, relasi-realsi sosial yang terbentuk, kontak antara individu-individu yang ada di lingkungan kereta api dan yang semuanya juga mungkin terkait dengan proses globalisasi. Dapat diketahui bahwa pada dasarnya hukum tidak dapat dipandang semata-mata berwujud peraturan perudang-undangan serta tidak dapat dipandang sebagai institusi yang terisolasi dari aspek-aspek kebudayaan yang lain. Tetapi hukum merupakan produk dari suatu relasi sosial dalam suatu sistem kehidupan masyarakat 1 . Selain itu juga hukum dalam wujudnya dapat berbentuk peraturan- peraturan lokal yang bersumber dari suatu kebiasaan masyarakat customary law folk law, termasuk pula di dalamnya mekanisme-mekanisme pengaturan dalam masyarakat self regulation, yang juga berfungsi sebagai sarana pengendalian sosial social control dan menjadi alat untuk menjaga keteraturan sosial social order 2 . Sejalan dengan penjelasan di atas maka secara lebih fokus lagi tulisan ini bercerita tentang bagaimana hukum itu ternyata diberlakuakan di lapagan. Selain itu juga menjelaskan bahwa hukum itu bukan hanya berbentuk aturan tertulis saja 1 I Nyoman Nurjaya 2009, artikel “ pengembangan Tema Kajian Metodologi dan Model Penggunaannya Untuk Memahami Fenomena Hukum di Indonesia. Terdapat pada http:editorsiojo85.wordpress.com20090331antropologi-hukum diakses pada 12 oktober 2013. 2 Pospisil 1971 dalam artikel Boy Yendra Tamin”Sistem Hukum Adat di Tengah Kuatnya Sistem Hukum Gelobal” terdapat pada http:boyyendratamin.blogspot.com2011sistem-hukum-adat- ditengah-kuatnya.html di akses 12 oktober 2013 Universitas Sumatera Utara 3 melainkan banyak hukum yang tidak tertulis yang nyatanya hidup di satu lingkungan sosial yang sama. Sebagian besar dari hukum-hukum baru yang muncul diakibatkan oleh adanya kepentingan dari masing-masing agen pembuat hukum tersebut. Tidak hanya sebatas itu saja, proses saat hukum itu terbentuk juga merupakan bagian dari pada hukum. Legitimasi yang muncul dikarenakan pelegalan hukum dengan mengatas namakan hubungan kerabat juga termasuk dalam pembahasan hukum. Atas dasar inilah saya tertarik untuk menulis kemajemukan hukum yang terjadi di perkeretaapian Sumatera Utara. Dimana ada tumpang tindih hukum yang terjadi di sini. Di satu sisi hukum Negara harus menjadi panglima di lingkungan perkeretaapian namun kenyataannya adalah sebaliknya. Hukum Negara pada dasarnya tidak di tolak dan tetap di berlakukan di lingkungan kereta api akan tetapi hukum Negara tersebut hanya sebagian yang diserap dan diberlakukan sesuai dengan kepentingan-kepentingan para agen yang terlibat di lingkungan kereta api tersebut. Selain itu juga guna memenuhi kepentingan dari tiap agen yang terlibat maka diciptakanlah sebuah hukum yang baru Unnamed law. Hukum-hukum tersebut tercipta dalam bentuk yang beragam dan keberagaman hukum inilah yang mengakibatkan kemajemukan hukum di perkeretaapian Sumatera Utara. Dalam tulisan ini kesemuanya itu dipaparkan dengan cukup jelas, dimana kemajemukan hukum itu terjadi di tiap-tiap bagian dari kereta api. Untuk saya membagi pokok pembahasan menjadi 4 bab. Ke-4 bab tersebut masing-masing memiliki spesifikasi yang berbeda dan memiliki kait-kemait dari masing-masing Universitas Sumatera Utara 4 bab. Pada bab 2 dijelaskan mengenai gambaran umum perkereta apian Sumatera Utara. Dimana dalam bab tersebut dijelaskan mengenai awal mula kehadiran kereta api pada tahun 1886 di Sumatera Utara hingga saat ini. Bab ini juga menjelaskan komponen-komponen lain yang terkait dengan kereta api, struktur organisasi serta undang-undang yang menjadi aturan formal bagi kereta api. Pada bab selanjutnya bab 3, 4 dan 5 saya mulai berbicara mengenai hukum-hukum yang terdapat di kereta api. Saya memutuskan membagi pembahasan kedalam tiga bab dikarenakan agar pembahasan dalam tiap babnya tidak terlalu melebar dan fokus. Saya juga mengklasifikasikan pembahasan yang saling terkait kedalam satu bab yang sama. Seperti pada bab 3 yang membahas mengenai hukum mengenai aset kereta api berupa tanah dan bangunan serta cara penyewaan aset tersebut. Dalam bab ini diceritakan mengenai berbagai fakta lapangan yang sama sekali beseberangan dengan aturan formal yang mengatur perkeretaapian Sumatera Utara terutama dalam hal permasalahan aset. Pada bab 4 skripsi ini dijelaskan mengenai hukum tiket dan gerbong kereta. Saya memilih untuk menyatukan pembahasan mengenai tiket dan gerbong ini karena antara keduanya memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Pembahasan mengenai tiket tidak berlaku tanpa pembahasan mengenai gerbong kereta sebab pada dasarnya penumpang yang memiliki tiket yang dapat masuk ke dalam gerbong kereta. Untuk itulah penulis memilih menggabungkan kedua pembahasan ini kedalam satu bab. Dalam bab ini saya berusaha menceritakan bagaimana kondisi yang terjadi pada pertiketan kereta api dan prosedur-prosedur yang harus ditaati. Selain itu Universitas Sumatera Utara 5 juga saya akan berbicara mengenai percaloan tiket yang marak terjadi dan melihat aturan-aturan yang bermain di dalamnya. Ketika berbicara mengenai hukum yang ada di gerbong kereta api saya berusaha memaparkan situasi dan kondisi yang terjadi di dalam gerbong kereta, aturan yang diberlakukan dan menggambarkan kasus-kasus yang berkaitan langsung dengan hukum-hukum yang berlaku di gerbong kereta. Pada bab 5 saya berusaha menceritakan tentang hukum pegawai kereta api, bab ini menceritakan bagaimana para pegawai kereta api menciptakan hukumnya sendiri sesuai dengan apa yang diinginkan dan memenuhi kepentingan dari masing-masing pegawai tersebut. Untuk itu dalam bab ini saya mengklasifikasikan lagi pembahasan sesuai dengan jenis tugas dari pada pegawai kereta api yakni, pegawai loket, pegawai pengelolahan aset, OTC, masinis, kondektur dan juga pegawai penjaga pintu perlintasan. Melalui tiga bab pembahasan yang ada, kesemuanya menceritakan tentang situasi kemajemukan hukum yang terjadi di ranah perkeretaapian Sumatera Utara. Selain itu saya ingin memperlihatkan bahwa situasi kemajemukan hukum di perkeretaapian Sumatera Utara memang benar ada. Pihak kereta api harus menyadari bahwa ada lebih dari satu hukum yang mengatur dalam lingkungan kereta api. Selain itu juga pihak kereta api harus mengetahui bahwa terjadi tumpang tindih hukum antara hukum formal dengan pengaturan sendiri yang telah dibuat dan disepakati bersama. Dapat diketahui bahwa undang-undang perkeretaapian yang seharusnya dipatuhi seakan-akan tidak berlaku dilapangan karena adanya hubungan relasi Universitas Sumatera Utara 6 kuasa antara individu-individu yang berada di lingkungan kereta api dan melakukan kesepakatan sehingga melegalkan tindakan yang pada dasarnya menyalahi aturan sebenarnya. Hal menarik yang ingin saya perlihatkan adalah bagaimana hukum-hukum yang ada saling bekerja dan diberlakuakan sama di lapangan. Serta memperlihatkan bahwa kepentingan dari masing-masing individu dapat memicu terciptanya hukum. Oleh karena itu ada keterkaitan antara kepentingan dengan hukum. Selain itu juga saya ingin memperlihatkan bagaimana hubungan kekerabatan juga dapat mendorong terciptanya suatu aturan baru, yang tanpa sadar mengenyampingkan aturan formal.

1.2 Tinjauan Pustaka