76
dalamnya melalui suatu mekanisme interaksi sosial tertentu yang bersifat akomodatif dan dapat mendatangkan keuntungan.Budiarsih, 2008
42
Berdasarkan penelitian budiarsih tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa aturan yang ditetapkan ternyata tidak selamanya berjalan dengan semestinya di
lapangan. Bahkan tercipta sebuah pengaturan baru yang terjadi akibat kesepakatan yang dilakukan. Hal yang sama terjadi pada pemanfaatan tanah milik kereta api
yang ada di DivRe 1 Sumatera Utara ini. Dimana para pemukim yang berada di sekitar areal bantalan rel juga tidak mendapat sanksi dari pihak kereta api. Situasi
ini juga memperlihatkan ada tumpang tindih hukum yang terjadi di sini.
3.2.3 Legitimasi di Aset Pertanahan
Ketika membahas masalah aturan yang ada di kereta api maka secara tidak langsung juga akan membahas legitimasi yang terdapat di dalamnya, yang dalam
tulisan ini legitimasi tersebut diartikan sebagai pembenaran sebuah tindakan yang mengatasnamakan hubungan kerabat.
Keberadaan aset perkeretaapian ternyata juga dimanfaatkan oleh kerabat pegawai kereta api sebagai lahan usaha. Sebagian dari mereka menggunakan
tanah keretaapi untuk mendirikan bangunan berupa kios-kios kecil. Dengan mengatasnamakan hubungan keluarga, para kerabat pegawai kereta api ini dapat
dengan mudah menggunakan lahan milik kereta api tersebut. Salah seorang pedagang makanan dan minuman yang berada di deberang stasiun bandar
42
Budiarsih Pramasweri 2008 skripsi “Kemajemukan Hukum Dalam Pemanfaatan Tanah PT.KAI di Jalan Sawo-Kota Depok Untuk Kegiatan Perdagangan terdapat pada
http:lontar.ui.ac.idopacthemeslibri2detail.jsp?id=123355lokasi=lokal.pdf Diakses 18 juni 2013
Universitas Sumatera Utara
77
Khalifah Medan, mengakui bahwa lahan tempat kiosnya berdiri merupakan tanah milik kereta api. Menurut keterangannya, ia telah menempati lahan ini sudah sejak
lama. Pada waktu itu ia hanya dikenai biaya sewa sebesar Rp.500.000,- dan itupun hanya sekali saja. Hingga saat ini ia belum pernah dikenai biaya sewa
tanah lagi, hal ini dikarenakan bahwa salah seorang anggota keluarganya merupakan pegawai kereta api.
Dapat dilihat dengan jelas bahwa hubungan kerabat mampu melegalkan sesuatu aturan baru dan mengenyampingkan aturan formal yang ditetapkan.
Aturan yang sebenarnya harus dijalankan adalah setiap penyewa wajib melakukan pembayaran sewa lahan setiap tahunnya dan menentukan jangka waktu
penggunaan lahan. Namun yang terjadi adalah sebaliknya lahan milik kereta api tersebut
dengan bebas dimanfaatkan dan tidak memiliki jangka waktu penggunaan lahan. Keadaan ini sama sekali tidak dikenakan sanksi dari pihak perkeretaapian
meskipun sudah terlihat jelas bahwa hal ini telah menyimpang dari aturan yang ada sebenarnya. Hubungan kerabat menjadi suatu pembenaran atas aturan baru
yang telah dibuat. Semakin terlihat jelas bahwa aturan formal tidak berjalan dengan semestinya di lapangan dan bahkan yang terjadi adalah munculnya aturan-
aturan baru yang dianggap lebih legal untuk dilakukan.
3.3 Hukum di Aset Bangunan
Aset milik kereta api tidak hanya berupa tanah saja, namun ada juga yang berbentuk bangunan. Bangunan tersebut dapat berupa gedung stasiun, gudang dan
Universitas Sumatera Utara