Pedagang di Gerbong Kereta

99 bisnis ke 7 poin ini sangat diberlakukan tapi tidak pada jenis kereta ekonomi poin ke 4 dan 5 tidak berlaku sama sekali. Pintu pada gerbong kereta ekonomi masih terdapat yang terbuka dan pedagang masih bebas berjualan di dalam gerbong kereta.

4.2.1 Pedagang di Gerbong Kereta

Larangan bagi para pedagang untuk tidak lagi berjualan di dalam gerbong kereta telah diberlakukan tetapi tetap saja sampai saat ini para pedagang masih terlihat berada di dalam gerbong untuk menjajahkan barang dagangannya. Para pedagang yang menjajahkan barang dagangannya di gerbong kereta terdiri dari pedagang keripik, cakar ayam, sate, ice cream, mainan anak-anak, permen dan rokok, buah, pulsa, peyek, dodol, donat, kue basah, lemang, nasi bungkus, gantungan jilbab, burung dan ayam goreng, koran dan majalah, minuman, pecal, kerupuk jangek, mie instan yang diseduh pop mie serta kopi dan teh. Gambar 17: Pedagang Kripik yang berjualan di gerbong kereta Satu jenis barang dagangan tidak terdiri dari 1 pedagang melainkan banyak pedagang. Sebagian besar dari pedagang ini adalah orang dewasa yang Universitas Sumatera Utara 100 telah bekeluarga. Tidak jarang juga anak dari pedagang tersebut ikut berdagang di dalam gerbong kereta dengan jenis barang dagangan yang berbeda. Diantara pedagang-pedagang tersebut ada yang memiliki hubungan suami istri yang artinya suami dan istri sama-sama berdagang di dalam gerbong kereta. Adajuga pedagang yang memiliki hubungan kerabat kakak dan adik dan hubungan kerabat lainnya. Secara tidak langsung para pedagang ini telah menjadikan gerbong kereta api sebagai lahan usaha keluarga. Hal inilah yang membuat larangan pagi pedagang berjualan tidak berlaku. Pasalnnya mereka telah mengais rezeki lewat berdagang di dalam gerbong kereta secara turun temurun dan sudah sejak lama sebelum aturan pelarangan itu diciptakan. Para pedagang mengaku bahwa pihak kereta api sempat melarang mereka untuk berjualan di dalam gerbong KA. Tapi larangan ini tidak dihiraukan oleh para pedagang. Pihak kereta api juga merasa kewalahan dalam menangani masalah pedagang ini hingga akhirnya membiarkan para pedagang untuk tetap berjualan di dalam gerbong KA. Menurut salah seorang pedagang kerupuk jangek pihak kereta api pernah melakukan kutipan kepada pedagang agar mereka tetap bias berjualan di dalam gerbong KA dan menurutnya juga sampai pada saat ini pihak kereta api melakukan pelarangan pada pedagang ini untuk berjualan di dalam gerbong KA. Seperti yang dikatakan oleh bu Ani seorang pedagang kerupuk jangek: “…dulu ada dikutip 8000 tiap orang jualan, tapi sekarang uda enggak lagi gak tau kenapa… sebetulnya kami jugak uda gak dibolehkan jualan buktinya kereta api sering diperlambat gak kasian sama awak …kalo gak tepat waktu gak bias ngejar kereta laen”.Ani, oktober 2013 Universitas Sumatera Utara 101 Bu Ani menganggap bahwa pihak kereta api sengaja memperlambat keberangkatan kereta sebagai bentuk pelarangan berjualan terhadap pedagang. Kenyataannya memang sering kali keberangkatan kereta terlambat sehingga membuat para pedagang sulit mengejar kereta berikutnya dan para pedagang memanfaatkan situasi dimana terjadi selisih antara kereta yang satu dengan kereta lainnya untuk berpindah ke kereta tersebut. Tetapi ini hanya berlaku bagi jenis kereta ekonomi. Sebab pada kereta eksekutif dan bisnis mereka sama sekali tidak diizinkan masuk dan menjajahkan barang dagangannya. Para pedagang ini hanya bisa menjajahkan dari luar pintu kereta. Selain itu juga kereta eksekutif dan bisnis telah dilengkapi gerbong kantin sehingga para penumpang tidak merasa memerlukan keberadaan pedagang untuk memperoleh makanan dan minuman. Kesemua aturan beserta larangan yang dibuat untuk pedagang sama sekali tidak berlaku. Para pedagang ini berusaha agar tetap dapat berjualan di dalam gerbong kereta. Beberapa pedagang yang ada juga memiliki hubungan kerebat dengan kondektur atau masinis kereta sehingga para pedagang mengatas namakan hubungan kerabat ini sebagai bentuk pelegalan tindakan berjualan di dalam gerbong KA. Karena salah seorang kerabat dari pedagang tersebut memiliki kuasa dalam gerbong KA kondektur, masinis tersebut maka pedagang ini tidak menghiraukan larangan dan aturan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan apa yang di tuliskan oleh Fikarwin Zuska bahwa: “…apa yang diharapkan oleh peraturan-peraturan agar terwujud dilapangan, maka lewat relasi kuasa yang terbentuk dan berproses diantara pelaku, peraturan itupun tidak selamanya jalan”Zuska, 2008:199 Universitas Sumatera Utara 102 Selain itu juga hal lain yang menyebabkan pelarangan pedagang ini sulit untuk diterapkan adalah karena ulah pegawai yang memiliki kuasa ini kondektur, masinis. Seperti yang dikatakan oleh seorang pensiunan kondektur bernama Tukirno: “…orang ininya yang salah dikira dia keluarganya aja yang mau jualan di kereta api itu, orang lainkan jugak mau jualan…aa jadi itulah yang buat sulit tukang jualan ini dilarang, kalo dilarang yang satu, yang satu lagi bilang dia kok gak dilarang. Makanya sulit kalo bicara tukang jualan ini”Tukirno, Oktober 2012 Berdasarkan informasi yang diperoleh maka dapat dilihat bahwa permasalahan pedagang ini tidak akan pernah selesai. Kemungkinan larangan untuk berjualan di dalam gerbong KA tidak pernah terlaksana dengan baik.

4.2.2 Kondisi di Dalam Gerbong Kereta